Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Menyajikan Kebaikan dengan Cinta
27 September 2021 10:12 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Ana Anggraini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Cerita Kebaikan yang Menular dari Tetangga
ADVERTISEMENT
Kita semua pasti setuju, bahwa rezeki tidak hanya soal uang. Mendapat tetangga yang baik pun adalah rezeki yang patut untuk disyukuri. Namun, kebanyakan masyarakat lupa bahwa tetangga merupakan saudara yang paling dekat. Merekalah yang lebih dulu membantu jika kita sedang mengalami sesuatu. Saya menjadi teringat dengan tetangga yang dulu kerap mengantarkan makanan pada keluargaku. Mendapatkan kepedulian seperti itu, tentu saja kami menerimanya. Sayangnya, kebaikan yang dilakukan disajikan tidak dengan cinta. Makanan yang diberikan sudah tidak layak lagi.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan tetangga baru yang saat itu pindah ke area tempat tinggalku. Keluarga itu membawa aura positif yang membekas hingga saat ini. Mereka adalah suami istri dengan beberapa anak-anak yang usianya cukup jauh di atasku. Namun, aku dekat dengan anak perempuannya. Hampir setiap hari dia mengajakku bermain dan bercerita. Aku memanggilnya dengan sebutan ayuk, panggilan untuk saudara perempuan yang lebih tua di Palembang.
Keluarga itu banyak sekali mencurahkan kepedulian kepada keluargaku. Seperti berbagi listrik untuk penerangan di malam hari, karena saat itu kami masih menggunakan lampu minyak, dan masih banyak lagi. Namun ada hal yang begitu melekat bagi kami, mereka sering menyisihkan makanan yang dimasak terlebih dahulu untuk diberikan kepada keluargaku. Dengan wajah teduh, ibu itu mengantarkan makanan yang masih hangat dan aromanya begitu menggugah selera.
ADVERTISEMENT
Dari hal itu kami belajar sesuatu, tentang kebaikan yang harusnya disajikan dengan cinta. Memberikan sesuatu kepada orang lain, bukanlah bertujuan untuk membuang barang itu. Melainkan karena memang hendak berbagi pada sesama. Seperti ketika kita membuat suatu masakan dan ingin berbagi ke tetangga, sebaiknya bagian untuk mereka kita sisihkan di awal. Bukan sisa dari apa yang sudah kita makan. Kebaikan yang dilihat dari mereka, menular kepada kami. Jika ingin berbagi makanan pun, kami melakukan hal yang sama seperti itu. Tidak ada salahnya juga jika ingin berbagi kepada orang sesuatu yang tidak terpakai lagi, tetapi pastikan masih layak untuk dimakan/dipakai oleh orang lain. Dan yang tidak kalah penting teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu menular.
ADVERTISEMENT