Konten dari Pengguna

Musik di Perpustakaan: Harmoni Ilmu atau Kebisingan?

Iftitaha Ziana Zayadah
Gadis yang akrab dipanggil Ifti adalah seorang mahasiswi di UIN Saizu Purwokerto. Sebab kecintaannya pada buku, ia mengambil prodi Perpustakaan dan Sains Informasi.
23 Desember 2024 14:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Iftitaha Ziana Zayadah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: foto pribadi
zoom-in-whitePerbesar
sumber: foto pribadi
ADVERTISEMENT
Benarkah jika perpustakaan adalah tempat yang hening, membosankan, dan kaku? Tapi jika diamati, rata-rata perpustakaan memang memiliki ciri khas suasana yang demikian, bukan? Lalu kenapa pustakawannya tidak menciptakan suasana yang hangat dan asyik saja? Atau memang perpustakaan haruslah menjadi tempat yang kaku dan sunyi?
ADVERTISEMENT
Jika menilik artinya, perpustakaan itu sendiri adalah pusat informasi dan pengetahuan yang strategis. Perpustakaan merupakan sarana penting dalam mencari ilmu pengetahuan dan informasi. Secara harfiah, perpustakaan diartikan sebagai tempat menyimpan buku atau tempat orang membaca. Jika ditelisik lebih luas lagi, perpustakaan merupakan pusat sumber informasi dan pengetahuan yang menyediakan berbagai koleksi, seperti buku, majalah, jurnal, dan sumber digital lainnya.
Sedangkan suasana sunyi di perpustakaan banyak yang mengartikannya sebagai sesuatu hal yang memiliki tujuan untuk menjaga perpustakaan tetap kondusif, menciptakan ketenangan, dan agar pembaca mudah berkonsentrasi. Selain itu dianggap juga bahwa suasana sunyi dapat membawa para pemustaka untuk fokus, berpikir kritis, dan menyerap pengetahuan secara optimal. Jadi bisa disimpulkan bahwa suasana sunyi (tidak bising) bisa menciptakan ruang yang cocok untuk membaca.
ADVERTISEMENT
Dari pengertian di atas, dapat diamini bahwa kebisingan memang hal yang bisa memudarkan konsentrasi, terlebih ketika kita sedang belajar atau hanya sekedar membaca. Namun apakah yang dimaksud kebisingan? Apakah kebisingan selalu tentang semua hal yang menghasilkan suara, atau hanya suara-suara tertentu?
Jika ditilik dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebisingan yang memiliki kata dasar bising memiliki arti ramai atau hiruk-pikuk; gempar, dan berasa pada telinga seakan-akan pekak (karena mendengar bunyi yang tidak keruan). Dari pengertian kata bising, dapat di lihat bahwa kebisingan yang dimaksud adalah sesuatu hal yang mengganggu dan suara-suara yang dirasa memberikan efek tidak nyaman di telinga.
Namun ada suara-suara yang dikenal dapat memberikan efek tenang dan menyenangkan, yaitu musik. Bahkan musik diketahui dapat mempengaruhi kualitas belajar dan produktivitas. Namun, apakah musik sesuai untuk perpustakaan?
ADVERTISEMENT
Sebenarnya perdebatan tentang musik di perpustakaan masih saja berlangsung. Beberapa orang berpendapat bahwa musik dapat menjadi katalisator untuk meningkatkan kualitas pengalaman belajar dan yang lain beranggapan bahwa kebisingan tersebut justru mengganggu aktivitas belajar. Namun agak tidak adil jika mengkategorikan musik sebagai sebuah kebisingan yang mengganggu karena musik itu sendiri adalah sebuah harmonisasi yang melahirkan keindahan bunyi.
Menurut beberapa penelitian, musik di perpustakaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengunjung. Musik yang tepat dapat meningkatkan konsentrasi, mengurangi stres, dan menciptakan suasana nyaman. Diny Ruti Elvandari dalam penelitiannya menyebutkan bahwa salah satu musik yang tepat untuk diputar di perpustakaan adalah musik klasik. Salah satunya musik klasik karya Mozart. Penelitian Dr. Alfret Tomatis, Dokter dari Perancis menyebutkan bahwa musik klasik karya Mozart memberikan energi kepada otak dan membuatnya menjadi lebih santai.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, pemutaran musik klasik di perpustakaan bisa dikategorikan sebagai hal yang tidak memicu kebisingan. Justru dengan pemutaran musik klasik karya Mozart, pemustaka akan mendapat suasana yang nyaman namun tetap bisa berkonsentrasi. Bahkan Perpustakaan Universitas California, Berkeley, menggunakan musik klasik untuk meningkatkan konsentrasi mahasiswa. Selain untuk meningkatkan konsentrasi, memberikan musik yang khusus seperti musik klasik dengan irama yang lembut dapat memberikan suasana yang lebih rileks sehingga perpustakaan tidak melulu diberi label sebagai tempat yang kaku dan membosankan.
Perpustakaan memang harus menjadi tempat yang menenangkan. Namun tenang bukan selalu tentang sunyi atau sepi hingga menimbulkan kesan kaku. Justru perpustakaan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dengan memutar musik yang sesuai.
ADVERTISEMENT
Musik di perpustakaan dapat menjadi harmoni ilmu jika dipilih dan diterapkan secara tepat. Dengan memilih jenis musik yang sesuai seperti musik klasik, instrumental atau ambient, serta mengatur volumenya agar tidak terlalu keras, perpustakaan dapat menciptakan suasana nyaman dan kondusif bagi para pemustaka. Hal ini dapat meningkatkan konsentrasi dan fokus, mengurangi stres dan kecemasan, serta meningkatkan produktivitas belajar. Selain itu, musik yang tepat juga dapat mengembangkan kreativitas dan imajinasi. Oleh karena itu, perpustakaan perlu mempertimbangkan preferensi pengunjung dan mengatur musik secara berkala untuk menciptakan lingkungan belajar yang harmonis dan optimal.
*) Iftitaha Ziana Zayadah, mahasiswa Prodi Perpustakaan dan Sains Informasi UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto.