Konten dari Pengguna

[OPINI] Kesunyian Di Antara Keramaian : Dilema Menjadi Orang Pendiam

Ana Nahdiah Irfani
Mahasiswa di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
11 Oktober 2024 19:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ana Nahdiah Irfani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi orang pendiam yang hanya tersenyum tipis diantara keriuhan suara obrolan dan canda gurau. (Foto: Ana Nahdiah/Dokumentasi Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi orang pendiam yang hanya tersenyum tipis diantara keriuhan suara obrolan dan canda gurau. (Foto: Ana Nahdiah/Dokumentasi Pribadi)
ADVERTISEMENT
Pernah melihat ketika orang-orang berkumpul dengan riuh suara obrolan dan candaan, lalu diantara orang-orang itu ada satu orang yang duduk tenang mengamati dengan senyuman tipis. Saya adalah orang itu, banyak orang yang menganggap saya aneh dan mempertanyakannya serta tidak mengerti kenapa saya hanya mendengarkan saja dan memilih untuk tidak berbicara.
ADVERTISEMENT
Kalimat yang berkali-kali saya dengar seperti "Kok diam aja, ayo dong ngomong!" Bagaikan suara alarm yang terus-menerus berdering memekakkan telinga.
Dilema Orang Pendiam
Apakah menjadi pendiam merupakan suatu dosa dan kesalahan yang sangat besar. Hingga mereka berkali-kali memaksa agar saya mau berbicara dengan mereka. Andai saja mereka tahu bahwa sebenarnya ada ribuan bahkan jutaan kata yang ingin saya ungkapkan dan ceritakan. Namun saya menunggu waktu dan orang yang tepat untuk mendengarkannya.
Sebab tidak sekali atau dua kali ketika saya mengeluarkan kata-kata di kepala hanya dianggap sebagai angin berlalu oleh mereka. Mereka mengabaikan dan memotong perkataan saya, menganggap bahwa saya tak terlihat.
Perubahan dan Penyesuaian
Awalnya saya tidak seperti ini, seiring dengan bertambahnya usia saya mulai menjadi orang pendiam. Saya lebih sering menikmati waktu dengan kesendirian dan mencari sebuah ketenangan. Lebih memilih untuk menyimpan energi daripada membuang energi untuk halhal yang menurut saya tidak terlalu penting.
ADVERTISEMENT
Selalu terlintas di kepala saya pertanyaan untuk mereka yang selalu berisik dan terlalu memaksakan kehendaknya, saya tidak pernah memaksa mereka untuk diam pada saat mereka terlalu berisik tapi kenapa mereka selalu memaksa saya saat saya berada dalam mode diam.
Saat saya mulai berbicara pun mereka malah mengabaikan dan menganggap saya tak terlihat. Memang tidak semua seperti itu tapi kebanyakannya seperti itu. Orang-orang seperti itulah yang membuat saya semakin menjadi pendiam dan menarik diri karena sudah terlalu lelah dengan anggapan-anggapan yang mereka pikirkan. Saya pun tak masalah dengan hal itu, terserah mereka menganggap saya seperti apa.
Kekuatan Dalam Kesunyian
Orang pendiam selalu disalahpahami dengan anggapan-anggapan seperti terlalu sombong, tidak asik, tidak suka berkumpul bersama, dan lain-lain. Padahal tidak, kesunyian saya ini adalah cara saya untuk menerima informasi. Hanya saja cara saya ini memang berbeda. Tapi tidak semua perbedaan itu merupakan suatu yang salah.
ADVERTISEMENT
Tak selamanya menjadi pendiam itu buruk. Tidak hanya untuk menyimpang energi saja, sayabisa menjadi pengamat yang handal dengan memperhatikan gerakan tubuh dan ekspresi wajah mereka saat berbicara, dan saya bisa memilah kata-kata mana yang perlu sayabicarakan tanpa membuang waktu untuk berbicara basa-basi yang tidak diperlukan.
Pengalaman ini pasti pernah dirasakan oleh orang pendiam diluar sana. Orang pendiam tidak seharusnya langsung dinilai dengan pandangan yang buruk. Sebaliknya, kita perlu menghargai keberagaman kepribadian dan cara berkomunikasi. Menjadi pendiam bukanlah kelemahan, melainkan cara unik kita dalam mengama dan berinteraksi dengan dunia. Mungkin sudah saatnya kita belajar mendengarkan lebih baik, karena dalam kesunyian pun terdapat kebijaksanaan yang berharga