Konten dari Pengguna

Teror Hantu Wewe Gombel

Anne
Pedagang kuliner Bakul Mpok Ana dan ibu rumah tangga. Unisba Bandung.
9 Oktober 2022 15:35 WIB
comment
138
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anne tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketika kecil, saya tinggal di sebuah desa yang masih kental dengan kepercayaan mistisnya. Apapun yang terjadi di desa pasti akan dikaitkan dengan aura mistis. Bukannya mereka tidak mempercayai Tuhan, tetapi budaya tradisional yang kental membuat pola pikir masyarakatnya tidak berkembang. Tata cara peradaban kuno masih dijadikan panutan.
Foto oleh: Lao Goan/Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh: Lao Goan/Unsplash
Suatu hari, penduduk desa dihebohkan dengan kabar hilangnya anak tetangga berusia 5 tahun. Berbondong-bondong orang mencarinya di sekitar desa, membunyikan kentongan dan bahkan menyalakan obor. Itu terjadi pada senja menjelang magrib, anak itu tidak terlihat lagi sejak sore bermain di halaman rumahnya.
ADVERTISEMENT
Di desa ini jika menjelang matahari terbenam, lingkungan menjadi sunyi. Orang tua melarang anaknya bermain di luar rumah jika sudah menjelang maghrib, mereka akan ditakuti dengan cerita hantu wewe gombel yang suka menculik anak. Sebagai anak-anak, tentu saja cerita itu sangat menakutkan, jadi kami jarang bermain di luar rumah ketika menjelang malam.
Anak ini tetap tidak ditemukan meski warga mencarinya kemana-mana, orang tua anak tersebut bahkan sudah menghubungi orang pintar untuk mencari tahu keberadaan anaknya. Ritual mistik pun mulai dilakukan mengikuti petunjuk sang dukun, seperti menyembelih ayam cemani, membakar kemenyan dan menaburkan garam di area rumahnya.
Semua ritual telah dilakukan tetapi anak itu masih belum ditemukan. Pengajian di musala diadakan untuk mendoakan anak yang hilang dan memohon kepada Tuhan agar segera ditemukan. Ini berlangsung selama beberapa hari.
ADVERTISEMENT
Pada hari kelima, ketika warga mulai putus asa, seluruh desa dihebohkan dengan berita bahwa seorang anak ditemukan di atas pohon kelapa sedang menangis. Warga berbondong-bondong ke tempat itu dan ingin melihat siapa anak itu, apakah anak yang hilang dan sedang dicari.
Ternyata benar, itu adalah anak laki-laki berusia 5 tahun yang hilang dan sibuk dicari oleh penduduk desa. Anak laki-laki itu dalam keadaan sehat, dan ketika ditanya apa yang terjadi dia menjawab tidak tahu. Dia hanya ingat bermain di halaman rumahnya, lalu dia berada di atas pohon kelapa ini. Dia tidak ingat apa pun yang terjadi atau siapa yang ke atas pohon kelapa yang tinggi.
Akhirnya warga membawa pulang anak laki-laki itu dan orang tuanya melakukan ruwatan agar semua malapetaka tidak lagi mengikuti anaknya. Hingga saat ini, tidak pernah diketahui apa yang menyebabkan bocah itu menghilang selama berhari-hari dan berada di atas pohon kelapa. Namun, cerita mitos wewe gombel ini sangat terkenal di masa kecil saya. Mungkin setiap daerah memiliki mitosnya masing-masing, entah benar atau tidak, wallahu a'lam bish-showab.
ADVERTISEMENT