Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mahasiswa Merasa Burnout? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya
1 Mei 2023 11:46 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Fitriana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai mahasiswa, kita semua tahu perjuangan yang kita lalui dalam dunia perkuliahan, mempertahankan kehidupan sosial, berusaha mencari waktu untuk diri kita sendiri, serta mempersiapkan karir untuk masa depan.
ADVERTISEMENT
Namun, tanggung jawab yang terus-menerus inilah yang dapat mengakibatkan kelelahan, baik secara emosional, fisik, dan mental. Kondisi ini yang dinamakan burnout.
Burnout bukan hanya perasaan stres atau kelelahan sementara. Kondisi ini merupakan kondisi serius yang dapat mempengaruhi kesejahteraan dan prestasi akademik mahasiswa. Mahasiswa yang mengalami burnout sering merasa terbebani oleh tugas kuliah, kurang motivasi, dan berusaha untuk berkonsentrasi atau menyelesaikan tugas. Mereka mungkin juga mengalami gejala fisik seperti sakit kepala, sakit perut, dan insomnia.
Mahasiswa khususnya, lebih rentan terhadap burnout karena tingginya tuntutan tugas kuliah dan tekanan untuk mempertahankan nilai. Faktanya, survei yang dilakukan oleh American College Health Association menemukan bahwa 85% mahasiswa melaporkan mengalami perasaan kewalahan dan 55% melaporkan mengalami burnout. Lantas, apa saja penyebab burnout di kalangan mahasiswa, dan bagaimana cara mencegahnya?
Penyebab burnout dapat bervariasi dari beberapa mahasiswa, tetapi beberapa penyebab umum meliputi:
ADVERTISEMENT
1. Komitmen berlebihan: Seorang mahasiswa yang mengambil terlalu banyak tanggung jawab, seperti banyak pekerjaan atau posisi kepemimpinan di banyak organisasi, dapat dengan cepat menjadi kewalahan.
2. Perfeksionisme: Mahasiswa yang memiliki harapan tinggi untuk dirinya sendiri mungkin merasa tidak pernah cukup, yang menyebabkan stres dan kecemasan kronis.
3. Manajemen waktu yang buruk: Mahasiswa yang berjuang untuk memprioritaskan kewajiban mereka mungkin berjuang untuk menyeimbangkan tugas kuliah, kehidupan sosial, dan komitmen lainnya.
4. Kurangnya dukungan sosial: Mahasiswa yang merasa terisolasi atau tidak didukung lebih mungkin mengalami burnout.
Penyebab lain dari burnout adalah tekanan untuk mempertahankan nilai tinggi. Banyak siswa merasa bahwa mereka perlu mencapai nilai sempurna untuk berhasil dalam karier masa depan mereka. Namun, tekanan ini dapat merusak kesehatan mental mereka dan menyebabkan perasaan kelelahan.
ADVERTISEMENT
Lantas, Apa Saja Akibat dari Burnout bagi Mahasiswa?
Pertama dan terpenting, burnout dapat berdampak signifikan pada kesehatan mental mahasiswa. Depresi, kecemasan, dan kondisi kesehatan mental lainnya umum terjadi pada mahasiswa yang mengalami burnout.
Selain itu, burnout juga dapat berdampak pada prestasi akademik mahasiswa. Mahasiswa yang kehabisan tenaga mungkin berjuang untuk menyelesaikan tugas atau melakukan ujian dengan baik, yang mengarah ke nilai yang lebih rendah dan masa percobaan akademik
Untungnya, ada langkah-langkah yang dapat dilakukan mahasiswa untuk mencegah burnout. Berikut adalah beberapa strategi yang mungkin berguna:
1. Belajar untuk mengatakan tidak: Tidak apa-apa untuk menolak undangan sosial atau kesempatan ekstrakurikuler jika Anda merasa tidak dapat menanganinya saat ini.
2. Tetapkan ekspektasi yang realistis: Jujurlah dengan diri sendiri tentang apa yang dapat Anda capai secara realistis dalam satu hari atau minggu. Jangan membuat diri Anda gagal dengan berharap terlalu banyak dari diri sendiri.
ADVERTISEMENT
3. Luangkan waktu untuk perawatan diri: Prioritaskan aktivitas yang membantu Anda rileks dan memulihkan tenaga, seperti olahraga, meditasi, atau menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga.
4. Carilah dukungan sosial: Bergabunglah dengan klub atau organisasi di kampus yang sesuai dengan minat Anda untuk menemukan individu yang berpikiran sama dan membangun jaringan dukungan.
Selain itu, universitas dapat membantu mencegah kejenuhan dengan menawarkan layanan dukungan seperti konseling dan lokakarya manajemen stres. Perguruan tinggi juga dapat membatasi jumlah kursus yang diperlukan dan memberikan jadwal yang fleksibel untuk memungkinkan siswa menyeimbangkan beban kerja dan perawatan diri mereka.
Kesimpulannya, burnout di kalangan mahasiswa merupakan masalah serius yang perlu ditangani. Dengan mengetahui penyebab burnout dan menerapkan tindakan pencegahan, dapat membantu memastikan kesejahteraan mental dan emosional mahasiswa. Ingat, penting untuk memprioritaskan perawatan diri dan menemukan keseimbangan yang sehat antara tugas kuliah dan kehidupan pribadi.
ADVERTISEMENT