Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Saya Akhirnya Membatalkan Pernikahan, Kisah Fransiska Nikah dengan Pria Ngaku Duda
1 Juni 2018 23:50 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
Tulisan dari VITO.ID tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seorang lelaki bernama Krist B, sebut saja namanya demikian, memperkenalkan diri pada saya sekitar awal tahun 2015. Dia mengaku dari awal jika dirinya seorang duda cerai. Dia muslim dan saya Katolik.
ADVERTISEMENT
Kami berkenalan hingga menjadi teman. Terutama saya tahu jika Didi, nama lainnya, merupakan relawan yang aktif untuk pasangan calon gubernur dan wakil gubernur di Jakarta. Saya pun juga sangat aktif dalam sosial media untuk men-share tentang pasangan kepala daerah ini. Boleh disebut, mereka adalah idola kami berdua.
Didi sering menghubungi saya. Dan diawal perkenalan kami, Didi sedang dalam kondisi retak hubungannya (pacaran) dengan seorang wanita yang dia akui bernama W. Didi banyak curhat mengenai retaknya hubungan mereka yang berakhir dengan putus. Dalam ceritanya, Didi lebih banyak mengkisahkan bahwa W lah yang salah dan jahat. Well, saya hanya mendengarkan dan percaya saja (gak terlalu penting juga sih buat saya pada waktu itu)
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, Didi sepertinya nyaman dengan saya. Setiap hari gencar mendekati saya. Awalnya saya hanya menganggap dia teman saja. Lalu lambat-laun, kami dekat dan mungkin karena Didi yang lebih sering mengisi hari-hari saya. Singkat cerita, hubungan kami menjadi spesial ke arah yang lebih serius dan ingin membangun komitmen berumah tanggatangga.
Didi seorang asli Makassar. Dan sudah lama tidak tinggal di Makassar, katanya. Dan memang lama tinggal di Jakarta. I trust. Didi sangat loyal dan sabar kepada saya. Soal loyal, saya tidak terlalu mengagung-agungkan, karna saya pun seorang wanita karier yang cukup cemerlang. Hanya saja, mungkin saya luluh dengan sikap Didi yang sangat sabar menghadapi kerasnya prinsip dan pemikiran saya.
Singkat cerita lagi, hampir setahun saya menjalani hubungan dalam suka dan duka, tidak mulus, banyak kerikil-kerikil mengintari. Namun entah bagaimana, kami dapat melaluinya. Lalu saya dan ibu saya berangkat ke Makassar untuk liburan. Dan disanalah, ibu saya menanyakan keseriusan kepada Didi mengenai hubungan kami.
ADVERTISEMENT
Selengkapnya di sini...