Konten dari Pengguna

Menganyam Mimpi Wanita NTT yang Hampir Redup

Qlapa
Qlapa adalah situs jual beli online produk handmade dan kerajinan tangan seperti fashion, perhiasan, dompet kulit, kuliner, hingga dekorasi rumah.
20 Juli 2017 16:47 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Qlapa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menganyam Mimpi Wanita NTT yang Hampir Redup
zoom-in-whitePerbesar
Sebagai salah satu kerajinan tradisional, anyaman memang sudah menjadi bagian dari budaya Indonesia. Selain bahannya yang alami, produk turunan dari anyaman juga sangat banyak, contohnya saja tikar, keranjang, tas, dan lain-lain. Di beberapa daerah di Tanah Air, kemampuan menganyam bahkan diajarkan secara turun-temurun.
ADVERTISEMENT
Salah satu daerah yang penduduknya memiliki kemahiran dalam menganyam adalah Nusa Tenggara Timur (NTT). Namun sayang kerajinan ini sempat ‘terlupakan’ dan hanya ibu-ibu paruh baya yang memiliki kemampuan menganyam. Pada 2015, kerajinan menganyam ini kembali dibangkitkan oleh Hana Keraf dan kawan-kawan.
Berawal dari masalah sosial
Latar belakang Hana yang sempat bekerja di sebuah Non Government Organization (NGO) di NTT membuatnya cukup mengenal wilayah tersebut. Di sana ia menemukan bahwa masalah kesehatan pada ibu dan anak cukup memprihatinkan, bahkan di sana juga merupakan wilayah dengan kasus kematian ibu dan anak tertinggi. Hal ini dipengaruhi oleh rendahnya tingkat sosial ekonomi. Meskipun pemerintah dan beberapa NGO telah menggalakan program kesehatan gratis, nyatanya ada saja gap yang membuat masyarakat tidak bisa mengakses pelayanan kesehatan. Salah satunya adalah para ibu yang ternyata tidak memiliki uang cash untuk sehari-hari. “Untuk bisa berobat ke Puskesmas kan harus punya fotokopi KTP, nah mereka uang seribu rupiah aja untuk fotokopi nggak ada,” ujar Hana yang orang tuanya lahir di NTT.
ADVERTISEMENT
Untuk menjawab masalah ini, dipilihlah model bisnis kewirausahaan sosial yang berkelanjutan. Hanna bersama dengan Azalea Ayuningtyas, Melia Winata, dan Zona Ngadiman membangun sebuah social entrepreneurship bernama Du’ Anyam.
Du’ Anyam adalah sebuah kewirausahaan sosial yang mengusung peran aktif dalam mengatasi masalah kesehatan ibu dan anak yang terjadi di NTT. Lewat Du’Anyam, Hanna dan teman-temannya menggandeng para ibu dan wanita di daerah NTT untuk menganyam daun lontar sebagai satu alternatif pendapatan tambahan dari sekadar berladang.
Proses produksi di dua daerah
Di lini produksi, Du’Anyam memiliki dua wilayah. Pertama di NTT sebagai pusat pengolahan raw material, kemudian Jakarta sebagai kantor utama dan tempat workshop. Bahan setengah jadi berupa hasil anyaman dikirim ke Jakarta untuk diolah menjadi ragam produk, seperti tas, souvenir, dan produk kerajinan lain berbahan daun lontar.
ADVERTISEMENT
Dari segi desain, meski menggunakan bahan alami namun produk yang dihasilkan Du’ Anyam bergaya modern dan tidak ketinggalan zaman. Hal ini juga berkat masukan dari tim Du’Anyam pada para ibu penganyam. Hana juga menambahkan, bahwa Du’Anyam tak ingin dikenal semata karena menjual kemiskinan dari NTT. “Kami ingin Du’Anyam dikenal karena memang kualitas dan desain produknya yang bagus.”
Hasil produksi Du’ Anyam sebagian besar dipesan oleh hotel-hotel, dan juga dijual secara online salah satunya di Qlapa.