Konten dari Pengguna

Cerita Mahasiswa di Purwokerto Bagi Waktu Kuliah dan Dagang demi Bertahan Hidup

Ananda Danuarta
Mahasiswa Universitas Amikom Purwokerto
19 Januari 2023 7:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ananda Danuarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ansaresi Alfajri Laksawukir, 20, Mahasiswa Universitas Amikom Purwokerto, sumber: penulis
zoom-in-whitePerbesar
Ansaresi Alfajri Laksawukir, 20, Mahasiswa Universitas Amikom Purwokerto, sumber: penulis
ADVERTISEMENT
Seorang mahasiswa Universitas Amikom Purwokerto, Ansaresi Alfajri Laksawukir, 20, saat ini tengah menjalani usaha di bidang kuliner di Desa Pamujan, Teluk, Kec. Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah (Jateng).
ADVERTISEMENT
Suatu apresiasi bagi dirinya di mana ia harus membagi waktu antara kuliah dan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi dirinya dan adik-adiknya. Ia memulai usaha kuliner ini dimulai pada tahun 2010 saat ia masih duduk di Sekolah Dasar.
“Awal memulai usaha itu saya SD kelas tiga saat itu saya diajarin sama Ibu tahun 2010-an, awalnya saya jualan kentucky keliling di perumahan, kentucky usus, kentucky tahu dan lain sebagainya, awal jualan ini ya memang sedikit kurang dalam hal pendapatan karena banyak kebutuhan biaya seperti sekolah, kebutuhan hidup, dan lain-lain," kata Ansaresi saat berbincang dengan Danuarta beberapa waktu lalu.
Akhirnya saya memutuskan untuk putar otak dengan jualan ayam gejug, ya suatu kemajuanlah yang awalnya murah jadi sedikit mahal,” tambahnya
Ilustrasi mahasiswa ujian. Foto: exam student/Shutterstock
Memang benar, memulai suatu usaha bukanlah perkara yang gampang. Harus memiliki tekad yang kuat untuk bisa bertahan apalagi dimulai dari nol.
ADVERTISEMENT
“Itu berarti saya kurang lebih sudah dua belas tahun memulai usaha ini, dimulai jualan kentucky sekitaran empat tahunan, lalu pindah ke ayam gejug tahun 2014," ujarnya.
Dia menyebut sudah dua belas tahun jualan dimulai dari kentucky keliling dan akhrinya pindah ke ayam gejug tahun 2014.

Sulitnya Membagi Waktu

com-Ilustrasi jam weker untuk mengatur waktu kerja. Foto: Shutterstock
Ansaresi jualan dengan membagi waktu antara berdagang dan kuliah.
“Pulang sekolah itu kan sore ya waktu itu katakanlah saya SMA, pulang, mencuci beras, menanak nasi, mencuci ayam, menggoreng cabai, setelah melakukan itu semua mau main atau belajar itu terserah, lalu pulang jam sepuluh malam, tidur, bangun jam empat subuh untuk persiapan antar dagangan, waktu itu aku bagi tugas sama ibu saya, antar sampai jam enam, lalu pulang, mandi untuk persiapan sekolah. Awal mulanya saya keteteran ya, untuk sekolah, antar dagangan lah, tapi sampai saat saya kuliah ini ya sudah terbiasa sih," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Ansaresi benar-benar membagi waktunya di mana ia harus pergi ke sekolah dan juga mempersiapkan dagangan untuk dijual, memang usaha itu harus melalui beberapa rintangan sampai terbiasa dengan rintangan tersebut, hingga saat ini Ansaresi masih menerapkannya.

Konsisten dengan Bisnis

Ilustrasi Tabungan atau Menabung. Foto: Shutterstock
Suatu bisnis atau usaha itu memang perlu adanya konsistensi agar usaha tersebut berjalan dengan lancar.
“Yang namanya konsisten itu memang benar-benar susah mas, apalagi saat masa pandemi wah harus putar otak supaya bisnis ini terus jalan, kalo untuk konsisten itu harus dibiasakan biar terbiasa," ungkap Ansaresi.
Konsistensi itu memang harus perlu dijaga apalagi pada saat pandemi harus benar-benar putar otak supaya tetap berjalan, dengan terbiasa hal yang sulit pasti akan mudah.
ADVERTISEMENT
“Karena dalam usaha itu memang cocok-cocokan, ya bisa dibilang takdir saya itu di sini, saya harus benar-benar konsisten untuk menjaga peluang dagang saya agar berjalan terus, ya ini jalan satu-satunya sih untuk bertahan hidup, kenyataan bahwa kita harus bergerak," pungkasnya.
Sampai saat ini, Ansaresi masih konsisten dengan usaha dagangnya untuk bertahan hidup, memenuhi kebutuhan adik-adiknya, kalau bukan karena bisnis ia tidak akan sampai pada saat ini di mana ia menjadi mahasiswa.