Konten dari Pengguna

Mimpi dan Impian para Tokoh dalam Naskah Drama Mega-Mega

Ananda Fitria
Teman Bermain Anak-Anak (Guru) di TKIT Musholla Iqro'.
21 Desember 2020 7:30 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ananda Fitria tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mimpi dan impian, kenapa kedua kata tersebut berdampingan?
Bukankah keduanya memiliki arti yang sama?
ADVERTISEMENT
Jika menganggap kedua kata tersebut memiliki arti yang sama, kalian keliru. Jadi, apa sih arti mimpi dan impian itu?
Dalam KBBI daring, kata mimpi memiliki arti sesuatu yang terlihat atau dialami dalam tidur. Jadi, mimpi hanya bunga tidur yang menemani ketika tidur. Sedangkan, kata impian dalam KBBI memiliki arti (barang) yang diimpikan; barang yang sangat diimpikan. Jadi, impian adalah segala hal yang akan kalian wujudkan atau menjadi kenyataan.
Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas mimpi dan impian para tokoh dalam naskah drama Mega-Mega karya Arifin C. Noer tahun 1966. Naskah drama Mega-Mega adalah naskah drama psikologi sosial. Naskah bertema tentang masyarakat kelas bawah yang ingin memiliki kehidupan menjadi lebih baik atau sejahtera.
ADVERTISEMENT
Naskah Mega-Mega menceritakan obsesi, pencarian jati diri, egoisme, dan masih banyak lagi yang terdapat dalam tokoh Retno, Mae, Panut, Koyal, Tukijan, dan Hamung dengan cara mereka masing-masing. Citra dalam naskah drama Mega-Mega yaitu permasalahan sosial masyarakat yang cukup besar. Pengarang begitu imajinatif dan mengandalkan tokoh-tokoh yang cerdas dalam naskah.
Pada awal paragraf bagian pertama dalam naskah, cerminan sosial masyarakat digambarkan dengan situasi dan suasana sosial masyarakat ke bawah yang menderita. Bagian pertama menceritakan kehidupan masyarakat kelas bawah yang sangat sederhana di tengah-tengah kota. Bagian kedua menceritakan tentang mimpi para tokoh dan cara mencukupi kebutuhan hidup. Bagian ketiga menceritakan tentang kehilangan segala mimpi dan impian para tokoh.
Pada bagian kedua, para tokoh memiliki banyak mimpi. Bermula Koyal yang memenangkan lotre berkat bulan dan menukarkannya dengan uang. Mereka bebas melakukan apapun dengan uang karena menjadi orang kaya dalam sekejap. Mereka makan, minum, dan membeli barang apapun sepuasnya. Mereka pergi ke tempat manapun dengan cepat dan selamat. Bahkan, mereka menaiki kabut dan membeli keraton. Dalam keraton, mereka berperan menjadi siapa dan apapun. Bagi mereka, menjadi kaya dapat hidup tenang dan nyaman. Kembali, semuanya hanya mimpi karena hal itu di luar logika dan memang bersifat khayal.
ADVERTISEMENT
Retno memiliki impian pasangan hidup baru dan menjadi perempuan baik-baik. Retno termotivasi dari trauma masa lalu yang kehilangan anak dan kehidupan yang tidak sehat. Pada akhir cerita, Retno dan Tukijan pergi untuk mencari kehidupan baru yang lebih baik.
Mae memiliki sifat keibuan dan beliau adalah tokoh utama yang mempersatukan tokoh lainnya. Mae memiliki impian untuk selalu bersama anak-anaknya tersebut agar tidak kesepian kembali, tetapi sebenarnya ia mengimpikan anak kandung. Sudah lima puluh tahun tidak dikaruniakan anak dari rahimnya sendiri. Namun, mereka datang menemani hari tua Mae. Mae bahagia jika melihat semua anak-anak asuhnya memiliki tujuan yang lebih baik.
Panut memiliki impian menjadi kaya dengan melakukan hal-hal yang tidak baik seperti mencopet, mengemis, dan menipu. Namun, tidak diteruskannya lagi karena baginya semua usaha yang telah dilakukannya akan berujung kegagalan.
ADVERTISEMENT
Koyal tidak memiliki impian, ia hanya memiliki mimpi dan berkhayal. Hamung memiliki impian “punya” dan “menjadi” apa-apa. Hamung berusaha mengejar impiannya dengan berpindah ke kota lain, ia banyak belajar dari orang baik sekitarnya. Tukijan memiliki impian membuka tanah di Sumatera dan akan memperbaiki hidupnya.
Pengarang, Arifin C. Noer dapat bergitu imajinatif dalam membuat alur dan mengandalkan tokoh-tokoh yang memiliki harga diri tinggi. Pengarang dapat membuat pembacanya menerka-nerka apa yang terjadi selanjutnya. Arifin C. Noer adalah seorang dramawan, penyair, penulis seknario, serta sutradara film memiliki karya yang sesuai dengan realitas sosial saat itu.