Konten dari Pengguna

Penurunan Angka Pernikahan Akibat Pandangan Gen Z pada Platform X dan TikTok

Ananda Nabilah Cahyani
Mahasiswa Universitas Diponegoro - Fakultas Sains dan Matematika
23 Oktober 2024 11:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ananda Nabilah Cahyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pernikahan (sumber:https://pixabay.com/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pernikahan (sumber:https://pixabay.com/)
ADVERTISEMENT
Pernikahan merupakan hubungan yang sah di mata agama dan negara. Di Indonesia, tiap-tiap pernikahan akan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, penurunan angka pernikahan di Indonesia kian disorot. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik menjelaskan bahwa jumlah pernikahan di Indonesia pada tahun 2023 sebanyak 1.577.255 atau menurun 128.093 dibandingan tahun 2022, yakni sebanyak 1.705.348. Angka pernikahan di Indonesia dalam satu dekade terakhir turun sebanyak 28,63 persen, seperti dilansir detikJatim pada Minggu (21/10/2024).
ADVERTISEMENT
Mengapa angka pernikahan di Indonesia kian menurun?
Dari keterpaparan generasi muda di media sosial, disinyalir penurunan angka pernikahan di Indonesia dikarenakan banyak dari generasi muda yang menunda untuk menikah atau memilih tidak menikah. Hal ini didukung dengan pernyataan dari Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR). Prof Dr Bagong Suyanto Drs MSi mengatakan bahwa penyebab dari fenomena ini adalah semakin terbukanya peluang perempuan untuk mengembangkan potensi diri. “Angka itu turun karena kesempatan perempuan untuk sekolah dan bekerja semakin terbuka lebar. Disamping itu ketergantungan perempuan juga menurun,” katanya.
Tak hanya itu saja, keberadaan laki-laki dengan kondisi ekonomi mapan yang jumlahnya tidak banyak menjadi salah satu penyebab lainnya. “Keberadaan laki-laki mapan juga makin berkurang karena sekarang mencari pekerjaan semakin sulit,” papar Prof Bagong, dilansir dari Beranda Unair pada Minggu (21/10/2024).
ADVERTISEMENT
Tren tentang menurunnya angka pernikahan di Indonesia ini juga ramai dibahas di berbagai platform media sosial, seperti platform X dan TikTok. Platform X dan TikTok merupakan dua media sosial yang berbeda dalam karakteristik pengguna, konten, dan fungsionalitas. Masyarakat tampaknya cenderung sering terlibat dalam diskusi di beberapa cuitan postingan, salah satunya membahas tentang penurunan angka pernikahan yang terjadi di Indonesia.
Pandangan Gen Z saat ini mengenai pernikahan tampaknya pernikahan tidak lagi menjadi prioritas. Berdasarkan apa yang dilihat di Internet atau media sosial, situasi dalam kehidupan pernikahan dari influencer, orang-orang yang dikenal, atau para artis, memang menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran. Ada beberapa faktor yang dibahas pada kedua platform tersebut. Banyaknya pernikahan yang gagal serta angka KDRT dalam rumah tangga yang masih tinggi menjadi salah satu pertimbangan bagi Gen Z untuk menikah.
ADVERTISEMENT
Kasus perceraian serta kasus KDRT dari kalangan artis yang terekspos di media sosial serta pengalaman dari orang-orang terdekat mereka menjadikan pernikahan sebagai salah satu ketakutan atau pun benteng bagi Gen Z yang melindungi diri untuk tidak melangsungkan pernikahan. Sebab bagi Gen Z sendiri yang tidak ingin menikah takut mengalami kekecewaan atau trauma akibat gagal membina rumah tangga. Mereka menganggap pernikahan bukan hanya soal sex saja, namun bagaimana sebuah rumah tangga memiliki kesesuaian visi dan misi dalam membangun rumah tangga yang harmonis serta kesiapan mental yang tidak terpatok oleh umur atau omongan dari orang lain. Hal tersebut menjadi pertimbangan utama Gen Z dalam memilih pasangan untuk membangun rumah tangga yang harmonis.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, faktor dari segi ekonomi juga masih sering diperbincangkan oleh Gen Z pada kedua platform tersebut. Ekonomi merupakan salah satu pondasi utama dalam membangun sebuah rumah tangga. Mereka merasa biaya hidup sekarang sudah serba mahal. Pernikahan yang tidak memiliki kesiapan dari segi finansial dan didukung dengan kurangnya komunikasi pasangan suami istri tentang kondisi keuangan akan memicu pertengkaran demi pertengkaran yang berujung pada perceraian.
Hal ini menjadikan Gen Z melek akan kesiapan pernikahan dari segi finansial. Mereka mengatakan bahwa hidup ini adalah realistis. Kebutuhan pokok yang semakin mahal, harga tempat tinggal yang semakin melejit, serta kebutuhan untuk membesarkan anak yang jumlahnya tidak kecil. Mereka memilih fokus bekerja terlebih dahulu untuk menyiapkan finansial yang cukup sebelum membangun sebuah rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Ananda Nabilah Cahyani, mahasiswa S1 Matematika Universitas Diponegoro