Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Persepsi Diri dan Body image: Bagaimana media Membentuk Pandangan Perempuan?
27 November 2024 9:59 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ananda Nur Aini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah anda merasa terpengaruh dengan media sosial dan merasa kurang percaya diri? Di era digital seperti saat ini, besar sekali peran yang dimainkan oleh media dalam membentuk persepsi diri dan image, terutama di kalangan perempuan. Melalui berbagai konten yang disajikan, membuat mereka sering kali terjebak dalam standar kecantikan yang tidak realistis. Hal ini dapat mengakibatkan perasaan tidak puas terhadap diri sendiri yang pada akhirnya akan berdampak pada kesehatan mental dan emosional mereka.
ADVERTISEMENT
Apa itu body image?
Sebelum kita membahas lebih lanjut lagi tentang Persepsi Diri dan Body image: Bagaimana media Membentuk Pandangan Perempuan?, penting bagi kita untuk memahami konsep dasar dari body image itu sendiri.
Menurut Arthur(2010, dalam Denich dan Ifdhil, 2015), body image didefinisikan sebagai imajinasi subyektif yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya. Hal ini mencakupi penilaian yang diterima dari orang lain serta bagaimana seseorang merasa tubuhnya harus disesuaikan dengan persepsi-persepsi tersebut.
Apa saja yang menyebabkan adanya pengaruh standar kecantikan dalam media sosial yang dapat mempengaruhi citra diri perempuan?
Menurut Regita et al(2024, dalam Denich dan Ifdhil, 2015), beberapa hal yang menyebabkan adanya standar kecantikan dalam media sosial antara lain:
ADVERTISEMENT
Media sosial kerap menyajikan standar kecantikan dan gaya hidup tertentu yang dapat memengaruhi seseorang dalam memandang dirinya sendiri dan menimbulkan tekanan terkait penampilan fisik, terutama di kalangan perempuan, sehingga berdampak pada Body Image dan kepercayaan diri(Self-Esteem).
Adanya komparansi sosial atau biasa kita sebut perbandingan sosial membuat pengguna media sosial cenderung mengukur diri mereka dengan orang lain, hal ini tentu bisa menimbulkan perasaan kurang percaya diri atu rasa iri.
Penggunaan media sosial yang intensif, terutama pada platform untuk berbagi foto, dapat mempengaruhi ketidakpuasan terhadap penampilan fisik dan berkontribusi pada pembentukan body image negatif individu, khususnya di kalangan perempuan. Regita et al(2024, dalam Denich dan Ifdhil, 2015).
ADVERTISEMENT
Apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah adanya pengaruh standar kecantikan dalam media sosial?
Berdasarkan pembahasan yang telah kita bahas sebelumnya dapat kita ketahui bahwa media sosial memengaruhi citra diri pada perempuan secara kompleks. Meskipun media sosial menyediakan banyak platform untuk berekspresi, namun paparan terhadap standar kecantikan yang sering tidak realistis dapat memicu ketidakpuasan terhadap tubuh dan citra diri yang negatif.
Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah adanya pengaruh standar kecantikan dalam media sosial antara lain:
Literasi media dapat mengajarkan para perempuan cara memahami serta menganalisis konten secara kritis. Hal ini pun dapat membuat individu, khususnya perempuan melek terhadap konten yang mereka tonton.
ADVERTISEMENT
Platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube perlu melakukan tindak lanjut terkait konten yang mempromosikan standar kecantikan yang tidak realistis. Ini bisa mencakupi penandaan, penghapusan konten merugikan, transparansi algoritma, serta penggunaan teknologi untuk menfilter konten yang diedit secara berlebihan (Denich dan Ifdil, 2015).
Individu dengan dukungan sosial baik berbentuk apresiasi, perhatian, dan umpan baik positif dari orang lain akan merasa dicintai dan dihargai, hal itu akan meningkatkan rasa percaya diri mereka. Ketika lingkungan sosial memberikan dukungan yang kuat, hal ini akan memperkuat kepercayaan diri seseorang dan menciptakan lingkungan yang lebih mendukung baginya. Rida dan Abdul(2022, dalam Denich dan Ifdil, 2015).
ADVERTISEMENT
Mungkin ada sebagian perempuan diantara kita yang terkena dampak dari media sosial yang seringkali mempromosikan standar kecantikan yang tidak realistis dan menyebabkan kita merasa tidak puas atas tubuh kita. Bahkan mungkin sering terlontar kata-kata seperti, "Kenapa ya aku nggak secantik dia?", "Kenapa badan aku ngga sebagus dia sih?", "Andai aja kulit aku seputih dan semulus dia", dan berbagai macam pertanyaan yang mungkin pernah terbesit dalam benak kita.
Untuk mengatasi pengaruh negatif tersebut, diperlukan literasi media yang baik, tindak lanjut dari media sosial, serta dukungan sosial yang memadai. Dengan langkah-langka ini, diharapkan terciptanya lingkungan digital yang lebih sehat dan positif bagi semua orang, khususnya perempuan.
Jangan lupa untuk selalu bersyukur atas apa yang Tuhan telah berikan kepada kita dan selalu berikan afirmasi positif bagi diri kita bahwa kita cantik dan indah.
ADVERTISEMENT
Referensi
Nurdin, A. A., Anjani, A. A., Rabbani, R. A. A., Mahardika, A., & Prasetyo, H. (2024). PENGARUH NEGATIF STANDAR KECANTIKAN DALAM MEDIA SOSIAL TERHADAP CITRA DIRI REMAJA PEREMPUAN. Kultura: Jurnal Ilmu Hukum, Sosial, dan Humaniora, 2(7), 366-372.