Konten dari Pengguna

Harakiri dalam Perspektif masyarakat Jepang Masa Kini

Ananda Putri Rizki
Mahasiswi Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Semarang
31 Mei 2022 14:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ananda Putri Rizki tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jepang merupakan satu negara yang sangat menjunjung tinggi tradisi leluhurnya. Jepang, memiliki berbagai tradisi dalam kehidupan sehari-hari salah satunya yaitu Harakiri. Harakiri berasal dari dua kata, hara berarti perut dan kiri berarti merobek atau memotong. Jadi, Harakiri merupakan ritual bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut. Mereka melakukan ritual tersebut, ketika kalah dalam pertemuan melawan musuh.
ADVERTISEMENT
Ritual Harakiri sudah ada sejak era samurai pada masa pemerintahan Shogun Takugawa. Harakiri dilakukan atas dasar on yang berarti pengabdian yang besar dan tanpa batas pada kaisar sebagai penguasa dan giri yang berarti kesetiaan dan pengabdian yang mendalam seorang bawahan kepada penguasa yang diekspresikan melalui kematian. Sehingga, Harakiri selalu identik dengan kematian dan bunuh diri.
Prajurit pada era samurai, selalu menjalankan ritual Harakiri tersebut. Bagi mereka, Harakiri adalah wujud dari pengorbanan mereka terhadap orang lain dibandingkan dengan kepentingannya sendiri. Selain itu, Harakiri juga wujud dari upaya menjaga harga diri dari orang tersebut. Selain, sebagai wujud dari pengorbanan, Harakiri juga dijadikan sebagai hukuman mati pada para samurai yang melakukan pelanggaran, seperti perampokan, pemerkosaan, dan lainnya. Oleh karena itu, sebagian masyarakat di luar Jepang menganggap bahwa Harakiri termasuk ritual yang hanya akan menyakiti diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Setelah masa pemerintahan Shogun Takugawa berakhir, Harakiri masih tetap dilestarikan oleh masyarakat Jepang dengan konsep yang lebih modern. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa Harakiri menjadi wujud dari harga diri dari seseorang. Ketika mereka melakukan suatu kesalahan, maka mereka akan merasa malu dan mengundurkan diri. Mengundurkan diri biasanya dilakukan oleh para pejabat atau pegawai yang melakukan korupsi atau melakukan kesalahan dalam menjalankan tugas. Seperti, yang dilakukan oleh menteri luar negeri Jepang, Seiji Maehara yang mengundurkan diri dari jabatannya karena telah melakukan kesalahan dengan melanggar UU Partai Politik Jepang. Seiji menerima donasi dari warga Korea Selatan yang bertempat tinggal di Tokyo, padahal menurut undang-undang menerima segala bentuk sumbangan dari warga asing tidak diperbolehkan. Meskipun, dana tersebut tidak dipergunakan secara pribadi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan, penjelasan tersebut Harakiri dalam pandangan masyarakat Jepang masa kini berhubungan dengan budaya rasa malu yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Dari budaya malu tersebut, masyarakat Jepang menjalankan kehidupan sehari-harinya dengan tertib. Seperti, ketika mereka mengantre di toilet umum. Mereka, dengan tertib mengantre dan rela menunggu giliran mereka tanpa mengambil tempat orang lain. Hal tersebut, dilakukan masyarakat Jepang karena rasa malu karena melanggar tata tertib dan lebih mementingkan kepentingan umum dibandingkan kepentingannya sendiri.
Harakiri yang sudah ada sejak era pemerintahan Shogun Takugawa, memberikan pengaruh bagi masyarakat Jepang masa kini. Harakiri memberikan motivasi pada masyarakat Jepang untuk selalu menerapkan budaya rasa malu dalam kehidupan sehari-hari. Budaya malu tersebut, membuat masyarakat Jepang sangat menjaga kehormatan dirinya dan keluarganya di depan umum dengan cara taat pada tata tertib yang ada. Selain itu, dari budaya rasa malu juga melahirkan masyarakat Jepang yang memiliki jiwa kemanusiaan dan tanggung jawab yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Ketika mereka memiliki jiwa kemanusiaan dan tanggung jawab yang tinggi, maka akan muncul sikap loyalitas terhadap pemimpin, dan lain sebagainya. Meskipun, ritual Harakiri menyebabkan masyarakat Jepang menjadi masyarakat yang tertib. Namun, pada kenyataannya ritual Harakiri ini bagi sebagian masyarakat Jepang menjadi sebuah solusi dari penyelesaian masalahnya. Bunuh diri, bagi sebagian masyarakat Jepang menjadi jalan keluar dari masalah yang mereka alami. Banyak orang yang melakukan bunuh diri, baik itu anak-anak, remaja, dan dewasa. Ketika mereka merasa stres, maka mereka akan melakukan bunuh diri dan rasa malu menjadi alasan mereka untuk melakukan bunuh diri.
Tentunya, kasus bunuh diri sangat memperhatikan bagi masyarakat Jepang. Sebab, dari banyaknya orang yang bunuh diri anak-anak adalah orang yang banyak melakukan tindakan bunuh diri. Harakiri memberikan berbagai dampak baik positif maupun negatif. Dampak yang dihasilkan, bergantung pada diri mereka sendiri, Harakiri pada hakikatnya merupakan ritual bunuh diri. Namun, dilihat dari sudut pandang lain bunuh diri dapat dimaknai sebagai rasa malu yang berhubungan dengan harga diri seseorang ketika berbuat salah ataupun melanggar peraturan sehingga membawa pribadi kita menjadi lebih tertib.
ADVERTISEMENT
Referensi :
Agung, Leo. (2012). Sejarah Asia Timur 2. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Kosasih. (2019). Analisa Budaya Malu Orang Jepang Dahulu dan Sekarang. Jurnal TEXTURA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Ilmu-ilmu Linguistik dan Humaniora, Sosial, dan Humaniora, 6(2), 103-113.
Suliyati, T. (2019). Seppuku: Kematian Terhormat Dalam Tradisi Jepang. Kiryoku : Jurnal Studi Kejepangan, 3(4), 202-213.
https://www.istockphoto.com/id/foto/harakiri-pria-tua-jepang-mencoba-bunuh-diri-gm171319104-21292479