Jokowi: Gebuk dan Tendang Saja Ormas yang Ganggu Pancasila

19 Mei 2017 18:22 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo di Natuna, Kepulauan Riau (Foto: Dok. Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo di Natuna, Kepulauan Riau (Foto: Dok. Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden)
Presiden Joko Widodo kembali menegaskan bahwa Pancasila merupakan satu-satunya ideologi bagi bangsa Indonesia. Jika ada ormas yang ingin keluar dan mengganggu ideologi Pancasila, UUD 1945, dan NKRI, Presiden memastikan negara tidak akan tinggal diam.
ADVERTISEMENT
"Sekali lagi, negara Pancasila itu sudah final. Tidak boleh dibicarakan lagi. "Kalau ada ormas yang seperti itu, ya kita gebuk," ujar Presiden di hadapan sekitar 1.500 prajurit TNI usai menunaikan salat Jumat dan santap siang di Aula Kartika, Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau, Jumat (19/5) seperti dikutip dari rilis Biro Pers Istana Kepresidenan.
Langkah yang sama akan ditempuh pemerintah jika PKI yang berhaluan komunis bangkit kembali di Tanah Air. Sebab, Ketetapan MPRS Nomor 25 Tahun 1966 telah mengatur hal tersebut dan menyatakan bahwa PKI sebagai organisasi terlarang.
"Ya kita gebuk, kita tendang, sudah jelas itu. Jangan ditanyakan lagi, jangan ditanyakan lagi, payung hukumnya jelas, Tap MPRS," tutur Presiden.
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo di Natuna, Kepulauan Riau (Foto: Dok. Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo di Natuna, Kepulauan Riau (Foto: Dok. Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden)
Masalah lain yang juga disampaikan Presiden adalah dampak dari penggunaan media sosial. Meski demikian, hal ini diakui juga dialami oleh hampir semua negara di dunia.
"Kalau media sosial, di negara mana pun dengan keterbukaan mengalami masalah yang sama semuanya. Ada fake news, ada hoax, berita fitnah, berita bohong dan semua orang banyak yang kena," lanjutnya.
Presiden juga menceritakan pengalamannya saat bertemu berbagai kepala negara atau kepala pemerintahan. Pada umumnya mereka juga mengeluhkan penyebaran berita hoax yang juga terjadi di negara mereka masing-masing.
"Mereka menyampaikan, Presiden Jokowi, kalau media mainstream, koran, majalah, televisi bisa kita ajak bicara. Tapi kalau media sosial, setiap individu bisa menyampaikan berita benar atau tidak benar, setiap individu bisa membuat blog, situs, bisa ngetweet, facebook, bisa membuat vlog, semua individu bisa," tutur Presiden menirukan ucapan mereka.
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo di Natuna, Kepulauan Riau (Foto: Dok. Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo di Natuna, Kepulauan Riau (Foto: Dok. Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden)
Maka itu, dibutuhkan upaya bersama untuk mengatasi dampak negatif dari penggunaan media sosial yang tidak bertanggung jawab itu. Salah satunya ialah dengan melawan penyebaran berita hoax.
Presiden kemudian berpesan agar jangan sampai energi bangsa ini habis karena mengerjakan hal-hal yang tidak perlu.
"Saling fitnah, saling menghujat, saling menjelekkan, saling mencemooh, saling mendemo, saling menolak, habis energi kita untuk itu," katanya.
Turut hadir mendampingi Presiden dalam kunker adalah Menko PMK Puan Maharani, Menhan Ryamizard Ryacudu, Mendagri Tjahjo Kumolo, Seskab Pramono Anung, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Hadi Tjahjanto, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi, dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Mulyono.
ADVERTISEMENT