Konten dari Pengguna

Apakah Emosi Berpengaruh Terhadap Masalah Medis Seseorang?

Ananda Sakha Haura
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
5 Desember 2022 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ananda Sakha Haura tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Illustration from Canva
zoom-in-whitePerbesar
Illustration from Canva
ADVERTISEMENT
Ketika seseorang sakit, emosi menjadi raja. Nah secara emosionalnya, kita menjadi mudah hancur saat sakit. Hal ini bisa terjadi karena pada dasarnya kita punya ilusi yang membuat kita beranggapan bahwa diri kita sehat, aman, dan sentosa. Namun saat kita sakit, situasi membuat ilusi tersebut hancur sehingga membuat kita merasa tidak nyaman, merasa lemah, dan tidak berdaya.
ADVERTISEMENT
Karena hal tersebut kebanyakan orang yang sedang sakit cenderung lebih memikirkan pengobatan medisnya dibandingkan reaksi emosional yang ia alami akibat sakit. Kita akan berpikir bahwa emosional yang kita punya tidak relevan atau tidak ada hubungannya dengan masalah medis yang dialami. Nah, tetapi emosi benar-benar berpengaruh apa nggak ya bagi kesehatan kita? Yuk simak penjelasan dibawah ini!
Salah satu petunjuk kuat yang memunculkan kemungkinan emosi mempengaruhi sistem kekebalan tubuh ditemukan oleh David Felten, seorang ahli saraf Amerika. Awalnya, Felten menemukan dan mengamati bahwa emosi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem saraf otonom yang mengatur banyak hal. Lalu, Felten yang bekerja dengan istri dan rekannya akhirnya berhasil mendeteksi titik temu antara sistem saraf otonom yang berhubungan langsung dengan sistem kekebalan tubuh yaitu limfosit dan makrofagus.
ADVERTISEMENT
Nah untuk menguji apa sih pentingnya ujung-ujung saraf tersebut dalam sistem kekebalan, Felten melakukan percobaan menggunakan binatang. Ia mencoba memotong dan membuang ujung-ujung saraf tersebut kemudian menggunakan virus untuk menguji kekebalannya. Ternyata, respon kekebalan yang muncul terhadap virus yang diberikan menurun sangat drastis lho! Jadi dapat disimpulkan sistem saraf bukan saja berhubungan, namun mempunyai fungsi dan peran penting bagi fungsi kekebalan itu sendiri.
Kecemasan yang timbul secara berulang-ulang juga bisa membuat sistem kekebalan menurun dan memperparah kondisi medis seseorang. Kenapa bisa? Nah, salah satu contoh yang kuat adalah pengaruh medis akibat stres seperti pada penyakit menular, misalnya flu. Seharusnya, setiap kita terpapar dengan virus menular seperti flu sistem kekebalan yang kita punya bakal melawan virus tersebut. Namun berbeda lagi ketika kita sedang berada dibawah tekanan dan stres, situasi tersebut menyebabkan gagalnya pertahanan sistem kekebalan tubuh kita.
ADVERTISEMENT
Selain mempengaruhi sistem kekebalan tubuh kita, efek stres dan cemas juga dapat memperburuk kondisi seseorang ketika sakit. Nah sebagai contohnya, penyakit jantung yang semakin parah akibat depresi. Dalam sebuah studi terhadap 2.832 orang yang terdiri dari pria dan wanita, ternyata orang-orang yang merasa lemah dan putus asa mempunyai resiko kematian yang lebih tinggi akibat penyakit jantungnya. Pada 3% penderita depresi berat mempunyai kemungkinan kematian empat kali lebih cepat dibandingkan dengan laju kematian orang-orang yang tidak mengalami depresi.
Kenapa bisa begitu? Apa menjelaskan mengapa depresi dapat meningkatkan peluang serangan jantung dan kematian adalah karena adanya pengaruh variabilitas kecepatan detak jantung, meningkatkan resiko tidak teraturnya denyut jantung yang berakibat fatal. Itulah yang membuat orang yang mengalami depresi mempunyai resiko lebih tinggi. Jadi, jangan lupa untuk selalu mengelola rasa cemas dan stres kita ya teman-teman!
ADVERTISEMENT
Selain rasa cemas dan stres, pandangan mental seseorang seperti pesimis dan optimis berpengaruh terhadap kesehatan dan proses kesembuhan lho!. Dalam penelitian, pasien-pasien yang memiliki sifat optimis ternyata melewati proses penyembuhan yang lebih cepat dan jarang mengalami komplikasi medis. Sedangkan pada seseorang yang berpikir pesimis, biasanya cenderung menjurus ke depresi yang pada akhirnya mengganggu sistem kekebalan tubuh.
Harapan yang dimiliki seorang yang optimis juga bisa menimbulkan rasa semangat yang kuat untuk sehat yang membuat kita terdorong untuk menerapkan pola hidup sehat. Lalu, harapan ini juga dapat menjadi daya penyembuhan pasien yang sedang sakit. Orang yang mempunyai pandangan positif dan cerah, tentunya akan lebih mudah menghadapi masalah-masalah sulit termasuk kesulitan medis.
ADVERTISEMENT
Nah contohnya, dalam sebuah studi terhadap penderita cedera tulang belakang, orang-orang yang memiliki pandangan optimis dan mempunyai rasa harapan yang besar ternyata memiliki mobilitas fisik yang jauh lebih baik dibandingkan penderita yang mempunyai harapan rendah.
Reaksi emosional pada kasus ini memang mempunyai pengaruh besar bagi kemauan pasien untuk melakukan upaya-upaya agar kondisi fisik dan sosialnya menjadi jauh lebih baik. Maka dari itu penting bagi kita untuk menumbuhkan sifat optimis dan memberi semangat kepada teman-teman kita yang sedang sakit agar terus berpikir positif.
Sebagaimana yang telah kita ulas diatas, ternyata memang benar bahwa emosi memang benar-benar berpengaruh terhadap kondisi medis seseorang teman-teman!. Hasil studi dan penelitian yang telah kita simak tadi menyatakan bahwa orang yang berada dibawah tekanan atau stres cenderung lebih mudah terpapar penyakit dan meningkatkan resiko kematian bagi penderita sakit berat.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, bisa disimpulkan bahwa sikap kita dalam menyikapi penyakit yang dialami juga berperan penting. Ketika kita berhasil menghindari emosi-emosi negatif seperti rasa putus asa, akan menimbulkan rasa semangat untuk hidup dan cenderung akan melakukan upaya-upaya yang menunjang penyembuhan semaksimal mungkin.
Selain dari diri kita sendiri, peran dokter juga penting untuk mengatasi masalah ini, karena depresi bukanlah hal yang mudah untuk dihindari terutama bagi pasien dengan sakit berat. Karena, selain proses penyembuhan bersifat biologis, psikologis kita juga perlu diperhatikan agar proses penyembuhan lebih cepat dan baik. Jangan lupa jaga kesehatan fisik dan mental ya semua!
Referensi
ADVERTISEMENT