Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Solusi Menghindari Pacaran Bukan dengan Nikah Muda
5 Mei 2018 21:05 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Anang Syaifulloh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini nikah muda semakin marak. Sebenarnya bukan fenomena baru, tetapi nikah muda semakin populer dengan adanya sosial media yang semakin mendukung gerakan ini. Apakah nikah muda adalah jawaban gaya pacaran yang semakin tidak karuan?
ADVERTISEMENT
Media sosial berperan besar. Ajakan untuk menikah muda semakin luas dengan banyaknya akun yang menyampaikan manfaat nikah muda. Beberapa orang yang terkenal terutama di Instagram juga melakukannya. Baru-baru ini rumah tangga Taqy Malik dan Salmafina goyah. Pernikahan muda keduanya baru berumur beberapa bulan. Tagar #NikahMuda dipost lenih dari 150 ribu kali.
Bagi sebagian orang nikah muda dilakukan untuk mencegah zina dari pacaran. La Taqrabu Zina,ini benar adanya. Gaya pacaran jaman sekarang semakin memprihatinkan. Kos bebas di beberapa kota besar bukan menjadi rahasia lagi. Posting foto yang terlalu mesra di sosmed bukan hal yang tabu lagi. Apalagi hubungan badan menjadi tanda cinta kedua pasangan. Lantas gerakan nikah muda muncul untuk mengatasi itu semua. Efektifkah?
ADVERTISEMENT
Selain itu, nikah muda juga mendatangkan rizki. Ini juga benar adanya. Secara logika, menikah akan menambah semangat suami atau istri untuk mencari rizki karena mungkin ada cita-cita kedua pasangan yang ingin dicapai. Lagi-lagi pacaran tidak menuju ke arah ini. Semangat membahagiakan pasangan tidak menuju ke arah yang jelas karena belum ada ikatan.
Akar masalahnya adalah zina dan hubungan haram maka solusinya adalah menghalalkan. Apakah solusi linier ini adalah solusi terbaik?. Tidak sesederhana itu. Semua amal baik itu dunia dan akhirat membutuhkan ilmu. Mendirikan bangunan butuh ilmu agar tidak roboh, membuat perahu butuh ilmu agar tidak tenggelam. Bahkan keutamaan orang berilmu lebih tinggi daripada orang yang rajin dan bekerja keras.
ADVERTISEMENT
Tanpa ilmu semuanya akan sia-sia. Amal belum tentu diterima, seperti meraba di tempat kegelapan. Menikah bukan hanya membutuhkan ilmu tentang nikah. Ada juga ilmu fiqh, muamalah, tasawuf dll. Sudahkah pelaksana nikah muda mempunyai ilmu yang cukup dalam membangun dan mengarungi lautan pernikahan?. Tanpa ilmu bangunan pernikahan akan roboh atau perahu pernikahan akan tenggelam.
Menghindari zina dan mendapat rizki yang barokah lebih tepatnya dengan mencari ilmu. Tidak ada yang salah dengan menunda menikah karena sedang mencari ilmu terutama agama. Persiapan bekal lebih utama. Membangun rumah butuh material, mengarungi samudera butuh persediaan bekal yang cukup. Masihkah ingin menikah tanpa bekal? hanya karena menghindari zina atau sekedar mengikuti tren sosial media?
Persiapkan jiwa dan raga terlebih dahulu. Mangga yang matang lebih manis daripada yang masih muda. Carilah ilmu melalui guru yang bijaksana. Mengaji ke pondok pesantren bisa menjadi solusi untuk mencapai kematangan yang hakiki. Bukankah ketika buah matang akan lebih banyak yang melirik?
ADVERTISEMENT
Gerakan ayo mondok atau ayo ngaji lebih bisa menjawab masalah zina saat ini daripada gerakan nikah muda yang mengatasi masalah dengan sementara.