Konten dari Pengguna

Pemerhati Anak: Pola Asuh Toxic Berbahaya Bagi Tumbuh Kembang Anak

Andas Nidaa'an Khofiyya
Mahasiswa S1 PGSD Universitas Muhammadiyah Surabaya
3 Juni 2022 8:29 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andas Nidaa'an Khofiyya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Animasi Toxic Parents (Sumber: Andas Nidaa'an Khofiyya)
zoom-in-whitePerbesar
Animasi Toxic Parents (Sumber: Andas Nidaa'an Khofiyya)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Namun, bagaimana jika orang tua maupun lingkungan sekitar menerapkan pola asuh toxic atau biasa disebut dengan toxic parents? pola asuh keliru dan tanpa sadar melukai psikologis anak. Menurut Sri Juwita Kusumawardhani, M.Psi., Psikolog (dalam Latifa, 2015), ciri – ciri toxic parents adalah:
ADVERTISEMENT
Tidaklah salah jika orang tua menuntut anaknya melakukan yang terbaik versi mereka. Karena orang tua pasti akan menginginkan hal terbaik untuk anak-anaknya pada masa depan. Akan tetapi, jika hal itu dibarengi dengan kekerasan fisik, verbal, dan psikologis ini merupakan penerapan toxic parents dan akan berdampak buruk bagi tumbuh kembang anak. Anak akan menderita secara mental, merasa tertekan, ketakutan, cemas, sulit beradaptasi, bahkan mereka tidak dapat menjadi diri mereka sendiri. Anak tipe penurut akan berusaha sekeras mungkin untuk membahagiakan orang tuanya dengan cara menekan segala hal yang mereka inginkan. Sementara untuk anak tipe pemberontak akan menjadi pembangkang untuk orang tuanya.
Mungkin hal ini belum disadari oleh orang tua yang menerapkan perilaku toxic parents pada anaknya sehingga mereka masih melakukannya atas dasar untuk kebaikan mereka kelak. Jika toxic parents ini berlangsung sepanjang kehidupan anak, maka kesehatan mental anak akan mengalami gangguan. Apabila kesehatan mental anak terganggu, maka akan memengaruhi perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Pola asuh orang tua akan memiliki pengaruh besar dalam membentuk kepribadian anak. Sehingga dalam mengasuh/dan merawat anak, bukan hanya sekadar memberi makan, minum, dan sekolah. Namun, cinta dan kasih haruslah tertanam sehingga toxic parenting tidak terjadi.