Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Alasan Rasional Mobil Menteri Harus Mahal
27 Agustus 2019 14:13 WIB
Tulisan dari edhie prayitno ige tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bukan perkara mudah bagi seseorang untuk bisa mendapatkan jabatan menteri. Modal ijazah UI atau ijazah luar negeri sekali pun enggak akan cukup. Modal penghargaan ini dan itu juga masih kurang.
ADVERTISEMENT
Teman saya pernah mendapatkan penghargaan Man of The Year sebagai pengusaha paling jujur. Toh, ia juga tak juga jadi Menteri. Tahun berikutnya, ia masuk parpol dan menjadi pengurus penting di tingkat pusat, tapi masih saja enggak jadi menteri. Jadi menteri itu sulit. Bahkan mungkin lebih sulit dibanding memberantas korupsi di negeri ini.
Itulah sebabnya, untuk para menteri dianggarkan dana hingga Rp 152 miliar buat sekadar membeli mobil dinas. Mobil dinas menteri memang harus tokcer. Mosok menteri naik angkutan umum, dan enggak elok juga kalau mobil dinasnya adalah mobil sejuta umat semacam Kijang Kotak.
Mari sama-sama membayangkan, seandainya mobil dinas menteri bukan mobil mahal.
Alkisah, suatu pagi ada seorang pemilik perusahaan di daerah. Untuk penghematan pengeluaran ia biasa menggunakan taksi online. Kadang pakai Grab, kadang pakai Go-Car, tergantung mana yang memberi promo terbaik dan menguntungkan.
ADVERTISEMENT
Pada saat yang sama, Menteri Koordinator Urusan Jualan Online juga sedang kunjungan dinas. Lupa enggak sarapan, Pak Menteri berpesan kepada sopirnya.
“Mbang, ibu tadi enggak sempat masak. Nanti mampir minimarket cari roti buat sarapan, ya,” katanya.
“Emangnya enggak ada pembantu atau asisten rumah tangga yang nyiapin masak, Pak?” tanya Bambang si driver.
“Enggaklah. 'Kan kita harus kerja, kerja, dan kerja. Mosok pekerjaan sendiri dipasrahkan asisten. Enggak konsisten dong,” kata pak Menteri.
Mobil menepi di sebuah minimarket. Pak Menteri belum sempat keluar, pengusaha yang sedang pesan taksi online itu langsung membuka pintu dan hendak duduk.
“Lho kok bawa penumpang?” tanya si pengusaha.
“Iyalah. Ini 'kan mobil dinas menteri,” jawab si driver.
ADVERTISEMENT
“Ah saya kira taksi online pesanan saya. Lha mobilnya sama sih merek, model, dan warnanya,” kata si pengusaha.
Nah, dari kejadian kecil ini saja sudah bisa dijelaskan. Jadi, menteri memang harus pakai mobil premium biar masyarakat enggak salah paham dikira taksi online. Tentu saja bahan bakarnya jangan premium, nanti malah jebol mesinnya.
Itu baru mobil menteri. Coba bayangkan kalau itu mobil presiden. Kepala Sekretariat Presiden, Heru Budi Hartono, menyebutkan mobil dinas presiden juga sudah sering rusak. Bayangkan saja, ini presiden, lho. Mosok dibiarkan mendorong mobil.
"Power window tidak jalan, elektrik tidak jalan, lantas pernah semua sound system di dalam mobil bunyi, radio semuanya bunyi, membuat tidak nyaman," kata Kepala Sekretariat Presiden Heru, Budi Hartono, di Kantor Kemendagri, Jakarta, Kamis (22/8/2019).
ADVERTISEMENT
Kembali ke soal mobil menteri. Jadi menteri itu tugasnya berat, demi kesejahteraan rakyat Indonesia. Menteri yang ngurus soal pangan misalnya, ia tak akan membiarkan masyarakat kelaparan, jadi lumrah kalau kemudian impor beras dan komoditi lain, sehingga masyarakat terjamin pangannya.
Bayangkan, jika Menteri pangan enggak sigap. Meskipun musim panen, kalau enggak ada impor beras tentu harga tetap stabil. Nah, Pak Menteri 'kan penginnya murah pangan, murah sandang.
“Jadi kalau cuma ngasih mobil dinas segitu harganya, saya ikhlas, rela. Bahkan keikhlasan itu saya tambahi bonus doa agar panjang umur dan murah rezekinya,” kata Pak Prapto, tetangga saya.
Belum lagi kerja jadi menteri itu tingkat di-paido-nya tinggi banget. Saya kok jarang mendengar kerja menteri dipuji. Padahal mereka sudah bekerja sungguh-sungguh. Yang ada justru caci maki. Setiap persoalan hidup, caci maki selalu terlontar. Kasihan 'kan.
ADVERTISEMENT
Begini misalnya. Saat mau ke rumah sakit, terus bangun kesiangan akibatnya antrean rumah sakit sudah padat. Lha kok Kementerian Kesehatan yang disalahkan. Mulai ketersediaan rumah sakit yang sedikit, dokter yang lamban, sampai prosedur yang belibet. Padahal itu semua 'kan demi kenyamanan bersama. Telo tenan.
Terus saat di jalan kejeglong jalan berlubang. Menteri PU juga yang disalahkan, padahal 'kan tahu semua jalan itu buatan manusia. Buatan manusia ya jelas bisa rusak. Lha wong manusia yang buatan Gusti Allah saja akhlaknya bisa rusak, kok. Ya toh?
Melihat foto Jokowi yang seperti pendiam ketika berada satu mobil dengan PM Malaysia naik mobil Proton, saya justru membayangkan apa yang dipikirkan Jokowi. Pasti Jokowi merasa was-was jika mobil nasional Malaysia itu mogok. Padahal saat itu Datuk Mahathir kelihatan bangga banget.
ADVERTISEMENT
Jokowi pasti tahu persis karena ia berasal dari rakyat. Ia tahu bahwa soal kreativitas, Indonesia itu nomor satu di dunia. Barang rosok sebusuk apa pun, ada saja cara untuk membuatnya berguna. Nah, Mahathir 'kan enggak pernah lihat hal semacam itu.
Bagaimana mungkin sebuah sepeda motor bebek tahun 1969 masih bisa jalan padahal semua suku cadang sudah tak diproduksi. Hanya Indonesia yang mampu.
“Tapi seorang menteri itu harus kerja, kerja, dan kerja. Enggak mungkinlah menteri kok mikir pemakaian mobil nasional. Soal Jokowi yang pernah berjanji pakai mobil ESEMKA buatan Solo itu, itu kan jaman di solo. Bukan di Jakarta,” kata Pak Prapto lagi.
“Lho, saya kan juga setuju kalau mobil menteri itu harus mahal. Harus berkelas,” jawab saya.
ADVERTISEMENT
Saya lalu menjelaskan bahwa kedudukan menteri itu sejatinya adalah pahlawan. Manusia-manusia seperti saya, Pak Prapto pasti tidak akan mau kalau ditawari atau ditunjuk jadi menteri. Karena menteri adalah pahlawan bangsa.
Jangan sampai sebagai bangsa yang besar, kita tidak menghormati para pahlawan bangsa. Untuk menghormati, 'kan enggak harus menunggu mereka mati bukan? Kalau mereka sudah mati paling-paling cuma menghormati dengan berdoa. Langkah receh dan semua bisa melakukan. Tapi ketika masih menjabat dan hidup, apa salahnya menghormati para pahlawan itu dengan fasilitas?
Jadi sudahlah, hentikan polemik soal mobil dinas menteri yang harganya miliaran rupiah. Yakinlah Indonesia tidak akan bangkrut hanya karena membeli mobil itu.
Indonesia dan rakyatnya itu jagonya survive dan bergembira. VOC dari Belanda menguras kekayaan kita 350 tahun, apakah kita kemudian jadi miskin dan bangkrut? Enggak 'kan? Justru bangsa kita malah mengelu-elukan orang-orang Belanda itu.
ADVERTISEMENT
Tak heran kalau Patrick Kluivert, Ruud van Nistelrooy, Dennis Bergkamp, Robin van Persie, dan masih banyak lagi pemain bola menjadi idola. Itu karena kita enggak dendam dan enggak benci mereka.
Dilanjutkan oleh Jepang yang menguasai kita tiga setengah tahun. Toh, nyatanya kita juga malah bangga jika mendapat kunjungan dari mereka. Saking bangganya, sineas kita sampai bikin film Menculik Miyabi pada 2010. Findo Purwono HW selaku sutradara sangat memahami manusia Indonesia, makanya dia tetap hormat kepada Jepang.
Usai Jepang, politisi kita rebut dan mulai ada yang berani korupsi. Toh, kita juga tetap baik-baik saja. Perusahaan asing giliran berikutnya, menguras tambang kekayaan alam. Mulai dari tambang tembaga, emas, minyak dan banyak lagi, nyatanya kita juga tetap cengengesan.
ADVERTISEMENT
Kondisi itu masih kurang, maka barisan koruptor ikut-ikutan menguras duit negara. Berapa triliun rupiah uang yang masuk kantong-kantong para koruptor itu. Apakah Indonesia kemudian bangkrut? Enggak 'kan?
Makanya, kalau buat beli mobil dinas Rp 152 miliar itu, sesungguhnya itu anggaran yang amat sangat kecil. Enggak ada apa-apanya. Enggak akan membuat Indonesia menjadi bangkrut. Sudah terbukti, dijajah ratusan tahun, dikorupsi ratusan triliun, dan penjualan aset negara nyatanya gagal membuat Indonesia bangkrut. Woles aja.
Semua upaya pembrangkutan Indonesia sudah dilakukan, tapi Pak Prapto masih bisa cengengesan.
Sudahlah. Mari kita dukung pengadaan mobil Menteri yang amat sangat murah itu. Enggak usah pada rebut. Daripada rebut, mending buka gerai cilok di depan minimarket biar bisa bantu iuran beli mobil dinas itu. Okey? [][][]
ADVERTISEMENT
Penulis adalah penyuka anggrek gratisan, tinggal di Semarang.