Konten dari Pengguna

Bruno Latour dan Solusi Krisis Lingkungan

Andi Alfian
Magister di Bidang Studi Agama dan Budaya, Universitas Gadjah Mada.
2 Agustus 2024 6:37 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andi Alfian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by Claudio Testa on Unsplash.
zoom-in-whitePerbesar
Photo by Claudio Testa on Unsplash.
ADVERTISEMENT
Bruno Latour adalah seorang filsuf, sosiolog, dan antropolog asal Prancis yang dikenal karena karyanya di bidang sosiologi sains serta teorinya tentang Actor-Network Theory atau yang biasa disingkat dengan ANT (teori semut atau teori aktor-jaringan) sebagai solusi lingkungan. Latour berkontribusi secara signifikan dalam diskusi tentang filsafat sains, terutama seputar sosiologi pengetahuan dan interaksi antara sains, teknologi, dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dalam filsafat Bruno Latour, ekologi dilihat bukan hanya soal lingkungan atau studi tentang ekosistem, tetapi, ekologi dilihat lebih dari sekadar itu, yakni lensa yang melaluinya kita dapat memahami hubungan yang rumit antara manusia, teknologi, dan alam. Latour menantang pemisahan unsur-unsur tersebut, dan kemudian menegaskan bahwa semua unsur-unsur ini sangat berhubungan dan tak terpisahkan.
Konsep ekologi Bruno Latour terkait dengan filsafatnya tentang Actor-Network Theory (ANT) atau teori aktor-jaringan yang menekankan bahwa semua entitas, baik manusia maupun non-manusia, berkontribusi dalam membentuk realitas atau dunia ini. Latour berpendapat bahwa masalah ekologi atau lingkungan, bukanlah masalah yang terisolasi yang disebabkan oleh tindakan manusia semata, tapi oleh banyak aktor yang kompleks.
Oleh karena itu, Bruno Latour mengkritik perspektif tradisional yang menganggap alam sebagai latar belakang pasif dari aktivitas manusia. Latour berargumen bahwa alam memiliki haknya sendiri dan secara aktif berpartisipasi dalam membentuk lingkungan kita, dunia kita. Perspektif Latour ini menantang anggapan bahwa manusia adalah satu-satunya agen atau aktor yang bertanggung jawab atas kerusakan ekologis.
ADVERTISEMENT
Sederhananya, Bruno Latour mengajak kita untuk melihat dunia sebagai jaringan aktor yang saling berhubungan, di mana manusia, non-manusia, teknologi, dan alam menyatu dalam menciptakan jaringan yang kompleks. Latour mengajak kita melampaui solusi yang sederhana terhadap krisis lingkungan dan terlibat dalam upaya kolektif untuk memahami dan mengatasi tantangan ekologis dalam berbagai dimensinya.

Solusi Krisis Lingkungan

Berangkat dari kerangka filsafatnya yang kompleks, Bruno Latour menawarkan perspektif berbeda dalam mengatasi krisis lingkungan. Alih-alih memberikan solusi sederhana, Latour mendorong kita untuk mengevaluasi ulang (dan ulang, secara terus-menerus) hubungan kita dengan alam, serta, Latour juga menawarkan pendekatan yang lebih kolaboratif untuk menemukan resolusi yang berkelanjutan.
Inti dari pendekatan solutif Bruno Latour ini adalah pengakuan bahwa masalah lingkungan tidak semata-mata hasil dari tindakan manusia tetapi muncul dari kegagalan kerja seluruh jaringan aktor yang saling berhubungan. Tanggung jawab bersama ini menggarisbawahi perlunya kolaborasi berbagai pemangku kepentingan, termasuk manusia, non-manusia, teknologi, dan alam, untuk terlibat dalam upaya kerja sama memitigasi dampak krisis lingkungan (saya menggunakan kata memitigasi karena beberapa ilmuwan menyebutkan bahwa krisis lingkungan tidak dapat dicegah).
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, Bruno Latour mengajak kita melihat masalah lingkungan sebagai masalah yang kompleks dan, oleh karena itu, diperlukan upaya terbuka untuk merangkul berbagai aktor. Semakin banyak aktor yang dirangkul, semakin besar peluang mengatasinya. Artinya, dengan mempertimbangkan perspektif berbagai aktor, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang kompleksitas masalah yang sedang kita hadapi. Cara ini akan menghasilkan solusi inovatif dengan memperhitungkan kebutuhan dan agensi semua aktor-dalam-jaringan.
Perlu dicatat pula bahwa filsafat Bruno Latour menantang gagasan konvensional tentang kemajuan dan pembangunan yang lebih memprioritaskan pertumbuhan ekonomi daripada kesejahteraan lingkungan. Hal itu bermasalah karena tidak mengakomodasi aspek lain yang juga tak kalah penting. Dalam konteks semacam inilah, Latour mendorong kita untuk mempertimbangkan kembali hubungan kita dengan alam, mengajak kita untuk mengakui peran aktif alam sebagai aktor dalam membentuk lingkungan kita, dunia kita. Artinya, alam atau non-manusia dilihat sebagai subjek atau aktor aktif yang terlibat. Dengan begitu, kita dapat membina koeksistensi yang lebih harmonis dengan alam.
ADVERTISEMENT
Alhasil, pendekatan Bruno Latour terhadap krisis lingkungan sebetulnya mengantarkan kita pada solusi kolaboratif yang bermula dari penerjemahan ulang aktor-jaringan. Perspektif ini, pertama-tema, mengundang kita untuk memikirkan kembali hubungan kita dengan lingkungan, lalu, mendorong kita mempertimbangkan agensi aktor non-manusia, serta memengaruhi kita untuk terlibat aktif dalam dialog holistik yang melampaui perbedaan. Gagasan Latour ini, singkatnya, memandu kita menuju solusi krisis lingkungan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan.(*)