Mengapa Tindakan Konsumsi di Bulan Ramadhan Meningkat Pesat?

Andi Alfian
Kandidat Magister di Bidang Studi Agama dan Budaya, Universitas Gadjah Mada.
Konten dari Pengguna
28 Maret 2023 10:40 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andi Alfian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto oleh Tim Mossholder: https://unsplash.com/photos/FH3nWjvia-U
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh Tim Mossholder: https://unsplash.com/photos/FH3nWjvia-U
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ramadhan telah tiba. Ada sekitar 237 juta umat Islam di Indonesia, dan jika mereka semua berpuasa, maka ada sekitar 237 juta orang sedang menahan diri dari aktivitas makan dan minum sejak fajar menyingsing hingga matahari terbenam.
ADVERTISEMENT
Asumsi bahwa ada berjuta orang yang menahan diri dari makan dan minum barangkali akan mengantarkan kita pada kepercayaan bahwa Ramadhan adalah bulan dengan tingkat konsumsi yang rendah, tetapi faktanya, penelitian malah menunjukkan sebaliknya, bahwa Ramadhan adalah bulan dengan tingkat konsumsi lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan yang lain.
Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), misalnya, pada 2016, mencatat bahwa penjualan di industri makanan dan minuman di Indonesia naik sebesar 7,55 persen pada kuartal pertama 2016 dari periode yang sama pada tahun sebelumnya terutama karena disebabkan oleh meningkatnya konsumsi di sepanjang Ramadhan.
Meningkatnya konsumsi saat Ramadhan juga diungkapkan oleh Rishi Bedi, Managing Director, Asia Pacific di InMobi, bahwa setiap tahun, di Indonesia, kemeriahan Ramadhan memicu aktivitas belanja yang masif. Dia memperkirakan bahwa tahun ini, 2023, akan terjadi lagi pelambungan tingkat konsumsi setelah perayaan Ramadhan dua tahun terakhir dilakukan dengan sederhana karena pandemi.
Ilustrasi buka puasa bersama. Foto: Odua Images/Shutterstock
Salah satu fakta menarik yang diungkapkan oleh riset mereka adalah banyak dari umat Muslim di Indonesia telah merencanakan belanja atau tindakan konsumsi mereka satu bulan sebelum Ramadhan tiba.
ADVERTISEMENT
Peningkatan konsumsi ini berdampak pada banyak hal, terutama pada peningkatan harga komoditas. Dengan kata lain, ketika konsumsi meningkat, harga komoditas juga meningkat. Berdasarkan catatan International Association of Students in Agricultural and Related Sciences (IAAS), ada tiga penyebab kenaikan harga komoditas selama Ramadhan di Indonesia: Pertama, orang mengkonsumsi komoditas yang sama dan permintaan atas komoditas itu meningkat sehingga menyebabkan lonjakan harga.
Kedua, banyak individu saat Ramadhan cenderung menimbun komoditas yang membuat pasar mengalami kelangkaan dan harga komoditas naik. Ketiga, penyedia transportasi umum seperti pesawat terbang, bus, dan kapal laut cenderung menaikkan harga selama Ramadhan.

Mengapa Mengonsumsi Lebih Banyak saat Ramadhan?

Ilustrasi puasa. Foto: Shutterstock.
Sederet fakta dan hasil riset di atas menegaskan bahwa berpuasa tidak cukup mampu menekan hasrat konsumtif kita, bahwa di Ramadhan, aktivitas konsumsi malah meningkat. Hal itulah yang membuat saya, hari-hari belakangan, berusaha mengamati diri saya sendiri dan teman-teman saya yang turut menunaikan puasa untuk menjawab pertanyaan ini: mengapa konsumsi saat Ramadhan cenderung meningkat dibandingkan bulan-bulan lainnya? Saya akan mendeskripsikan apa kami lakukan saat berpuasa.
ADVERTISEMENT
Di antara kami, saya dan teman-teman saya, ada kecenderungan berpuasa pada siang hari dengan penuh rendah hati, lemas, tetapi pada saat yang sama, di malam hari, kami menghabiskannya dengan hiruk-pikuk.
Siang hari, kami menahan diri dari makan dan minum, tapi ketika waktu berbuka puasa telah tiba, kami membanjiri tempat-tempat makan. Di waktu berbuka puasa, nyaris semua dari kami bergulat dengan piring yang penuh dengan makanan.
Pada siang hari, ketika kami berpuasa, kami menghabiskan sebagian besar waktu kami untuk berbaring dan mengobati kebosanan. Sebagian besar dari kami menghabiskan kebosanan dengan menggulir-gulir layar gawai, menonton film, memainkan gim, mengetik, dan berbelanja di toko daring.
Sebagian dari kami, mengobati kebosanan dari berpuasa dengan melakukan berbagai aktivitas konsumtif yang lain. Kami memang tidak makan dan minum, tapi kami menonton, mendengarkan, dan menghibur diri dengan “makanan” dan “minuman” yang tak benda. Kami berpuasa, tapi pada saat yang sama, kami mengkonsumsi banyak hal.
com-Ilustrasi buka puasa bersama Foto: Shutterstock
Saat tengah malam tiba, kami juga kadang-kadang mengadakan makan malam bersama, makan tengah malam. Ini adalah ronde kedua selepas berbuka puasa. Kami biasanya mengkonsumsi makanan kecil atau camilan, kadang-kadang juga makanan besar sambil menunggu waktu makan sahur.
ADVERTISEMENT
Ketika makan sahur tiba, kami mengisi perut kami dengan berbagai jenis makanan yang tersedia, sebanyak mungkin, agar kami mampu menjalani masa-masa berpuasa dari fajar terbit hingga matahari terbenam.
Apa yang saya dan teman-teman saya lakukan tentu saja tidak mewakili 237 juta populasi Muslim di Indonesia, tapi apa yang kami lakukan selama berpuasa barangkali bisa menjadi gambaran kecil mengapa tingkat konsumsi umat Muslim saat Ramadhan meningkat, bahwa tindakan konsumsi adalah alternatif bagi kami untuk mengatasi kebosanan kami selama berpuasa sekaligus perayaan-perayaan kami atas keberhasilan menjalankan hari-hari berpuasa.
Tindakan konsumsi adalah nyawa dari kegembiran-kegembiraan kami selama Ramadhan. Sebagian besar dari kami merayakan Ramadhan dengan buka puasa bersama teman-teman, sahur bersama keluarga, safari Ramadhan dengan kolega, pesta lebaran bersama komunitas yang lebih luas, dan tunjangan hari raya!
ADVERTISEMENT
Singkatnya, Ramadhan sebagai bulan sosial mensyaratkan pertukaran komoditas atau barang-barang sebagai wujud dari kepedulian terhadap sesama manusia. Semua itu adalah tindakan konsumsi.