Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
Deposit-refund Scheme sebagai Alternatif Penanganan Limbah Plastik di Indonesia
17 September 2024 10:36 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Andi Farhan Fauzi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Limbah plastik telah menjadi salah satu isu lingkungan paling mendesak di dunia. Dengan populasi yang terus meningkat serta gaya hidup konsumtif, penggunaan plastik sekali pakai semakin tidak terkendali. Dilansir dari situs statista, terdapat sekitar 353 juta metrik ton sampah plastik dihasilkan di seluruh dunia pada tahun 2019. Limbah plastik ini seringkali tidak dikelola dengan baik sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan, terutama di lautan. Indonesia sendiri berdasarkan data United Nations Environmental Program menjadi negara penghasil sampah plastik terbesar kedua setelah Tiongkok.
ADVERTISEMENT
Tak hanya mengancam lingkungan, pencemaran plastik juga mempengaruhi kualitas hidup manusia. Mikroplastik yang terakumulasi di lautan berpotensi masuk ke dalam rantai makanan, berdampak pada kesehatan manusia. Parahnya lagi, studi terbaru menemukan bahwa mikroplastik telah ditemukan di otak manusia sebagaimana terlansir dari the guardian. Masalah limbah plastik yang terus memburuk memerlukan solusi yang tidak hanya efektif dalam mengurangi produksi sampah, tetapi juga mampu melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
Deposit-refund Scheme Sebagai Alternatif Penanganan Limbah Plastik
Salah satu solusi yang tengah dipertimbangkan untuk menangani masalah limbah plastik adalah deposit-refund scheme (DRS). Skema ini telah diterapkan di beberapa negara maju dengan hasil yang cukup efektif dalam mengurangi sampah plastik kemasan. Dilansir dari Recykal, dalam skema ini konsumen membayar deposit tambahan saat membeli produk dengan kemasan plastik atau kaleng. Deposit tersebut akan dikembalikan ketika konsumen mengembalikan kemasan bekas tersebut ke tempat yang telah ditentukan.
ADVERTISEMENT
DRS bekerja dengan cara sederhana namun efektif dalam mengurangi limbah kemasan plastik di masyarakat. Jerman ialah salah satu negara yang berhasil mengumpulkan kembali 98% botol plastik menggunakan sistem ini (tomra). Skema ini mendorong perubahan perilaku konsumen dengan memberikan motivasi ekonomi, sambil memastikan kemasan plastik dikumpulkan kembali untuk didaur ulang.
Penerapan deposit-refund scheme di Indonesia dapat memberikan berbagai manfaat positif, terutama dalam penanganan limbah plastik. Salah satu manfaat utama adalah pengurangan volume sampah plastik yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) atau lingkungan terbuka. Keberadaan skema dapat mendorong masyarakat untuk mengembalikan kemasan plastik, sehingga dapat meminimalkan pencemaran plastik di laut dan darat.
Mengingat kemasan plastik yang dikumpulkan akan didaur ulang kembali, sehingga mampu mengurangi penggunaan bahan fossil untuk memproduksi plastik baru. Skema ini juga dapat membantu mengurangi beban biaya pengelolaan sampah bagi pemerintah daerah, karena volume sampah plastik yang harus ditangani berkurang. Adapun dari sisi ekonomi, DRS dapat menciptakan lapangan kerja baru di sektor pengumpulan, pengolahan, dan daur ulang plastik, serta memperkuat ekonomi sirkular yang lebih berkelanjutan.
Tantangan Penerapan Deposit-refund Scheme di Indonesia
Sama seperti kebijakan-kebijakan lainnya yang menimbulkan berbagai dampak, deposit-refund scheme tentunya tak luput dari hal tersebut. Oleh karena itu berbagai tantangan harus diperhitungkan sebagai langkah perencanaan yang baik. Salah satunya ialah tantangan terkait infrastruktur, terutama di daerah terpencil atau pedesaan yang membuat fasilitas pengembalian akan sulit diakses. Ketimpangan dalam akses ini dapat menyebabkan skema ini lebih berhasil di kota-kota besar tetapi tidak di wilayah pedesaan yang kurang berkembang.
ADVERTISEMENT
DRS juga dapat berdampak pada sektor informal, seperti pemulung yang selama ini mengumpulkan sampah sebagai mata pencaharian mereka. Tiadanya program transisi yang mendukung mereka membuat penerapan DRS bisa mengurangi pendapatan kelompok ini, karena bahan yang biasanya mereka kumpulkan akan langsung diserahkan oleh konsumen ke sistem DRS.
Kemudian dari segi ekonomi, tantangan yang dihadapi tentunya biaya awal yang harus dikeluarkan untuk membangun infrastruktur pengembalian kemasan, seperti mesin pengembalian otomatis (reverse vending machines) dan pusat pengumpulan. Biaya ini bisa menjadi beban bagi pemerintah maupun industri, terutama dalam skala nasional yang sangat luas seperti Indonesia.
Selain itu, biaya tambahan untuk konsumen dalam bentuk deposit yang harus dibayar di awal bisa menjadi tantangan, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang sudah terbebani dengan kebutuhan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Berhenti sepenuhnya dari penggunaan plastik tentunya bukan hal mudah, namun hal demikian bisa kita capai secara perlahan. Dengan menerapkan Deposit-refund scheme, plastik bekas pakai kembali diolah menjadi plastik baru sehingga mengurangi penggunaan bahan fosil untuk diproduksi menjadi plastik baru. Tidak hanya memberikan solusi untuk mengurangi pencemaran plastik, tetapi juga mendorong daur ulang dan ekonomi sirkular. Namun, keberhasilan penerapannya akan sangat bergantung pada kesiapan infrastruktur, kesadaran masyarakat, serta dukungan dari berbagai pihak.