Glamorpolitik: Apakah Artis Caleg Peduli Rakyat atau Cuma Sensasi Belaka?

Andi Muhammad Alghifari
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Ekonomi Pembangunan
Konten dari Pengguna
24 Desember 2023 9:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andi Muhammad Alghifari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
interview. Foto: istock
zoom-in-whitePerbesar
interview. Foto: istock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Fenomena munculnya selebriti dan artis sebagai calon legislatif (caleg) di Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan kejadian yang menarik perhatian publik. Dalam pemilu 2019 kemarin, setidaknya ada 48 artis nasional yang maju sebagai caleg partai politik atau calon perseorangan. Hal yang menarik masyarakat adalah sejauh mana artis dan selebriti memiliki dasar kepedulian untuk memperjuangkan masyarakat, atau hanya mengejar sensasi belaka.
ADVERTISEMENT
Artis dan selebriti pada dasarnya merupakan public figure dengan tingkat popularitas yang tinggi di masyarakat. Mereka, seperti penyanyi, aktor, aktris, presenter, atlet, dan pekerja hiburan lainnya merupakan tokoh masyarakat dengan jumlah pengikut banyak (Yessica et.al, 2017). Hal tersebut yang kemudian mendasari para partai politik tertentu untuk menggandeng mereka sebagai caleg dengan harapan suara rakyat penggemarnya juga akan ikut.

Alasan Artis dan Selebritis Menjadi Caleg

interview. Foto: istock
Alasan artis dan selebriti mencalonkan diri menjadi anggota dewan juga beragam. Terlepas karena disambangi atau dekati partai politik tertentu, pada dasarnya ada dua motivasi utama. Pertama, keinginan murni untuk peduli rakyat dan berniat memberikan sumbangsih. Kedua, hanya mengambil kesempatan popularitas saja untuk mendulang suara (Wardani, 2019). Di satu sisi ada artis seperti Fahri Hamzah yang kepeduliannya akan masalah sosial politik memang kuat. Namun, ada pula yang sebatas selebritis instagram yang kiprahnya masih dipertanyakan.
ADVERTISEMENT
Jika dilihat kasus-kasus spesifik, pada pemilu 2019 lalu muncul nama seperti Ardina Rasti sebagai caleg Partai Demokrat. Ia mengusung agenda optimisme dan kepercayaan diri pemuda. Selain itu ada juga Anggita Sari Dewi, artis dan penyanyi dangdut yang terjun ke politik dari Partai Golkar. Dalam kampanyenya, Anggita menyoroti masalah-masalah sosial dan kemiskinan rakyat (Talakua & Lekatompessy, 2020). Kemudian artis seperti Indah Permatasari pindah ke Partai Politik Indonesia Maju (Perindo) setelah gagal lewat PSI. Ia berjanji memperjuangkan organda dan isu kemiskinan (Aldo & Pang, 2019).

Bagaimana Kinerja Artis dan Selebritis sebagai Caleg?

meeting. Foto: istock
Selebriti yang juga berprofesi ganda sebagai aktor sekaligus artis dangdut, Nurul Arifin, tergolong produktif dalam mengemban amanah sebagai wakil rakyat. Pada periode 2014 silam, politikus yang kini menjabat sebagai anggota dewan perwakilan daerah petahana ini sukses menggulirkan beberapa inisiatif strategis, seperti Peraturan Daerah (Perda) tentang perlindungan pekerja rumah tangga, aksi kepedulian pascabencana letusan Gunung Kelud, program adopsi anak-anak telantar, serta pelatihan kewirausahaan bagi perempuan dari kalangan tidak mampu (Wardani, 2016). Beragam terobosan ini dipandang telah secara signifikan memberikan manfaat bagi konstituennya. Meski demikian, prestasi Nurul bukanlah cerminan dari semua selebritas yang memilih terjun ke politik praktis.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, tidak sedikit selebritas kurang menunjukkan kinerja dan dedikasi setara, bahkan cenderung apatis dalam mengemban amanah dan melaksanakan tugas sebagai legislator/pembuat kebijakan publik. Sejumlah caleg artis yang berhasil menembus kursi DPR misalnya, sehari-hari hanya mondar-mandir dari satu hotel ke hotel lain, alih-alih hadir ke gedung parlemen untuk membahas dan mengesahkan anggaran nasional (Wardani, 2019). Perilaku inkonsistensi ini seolah menunjukkan bahwa sebagian selebritas politikus belum sepenuh hati berkomitmen dan bertanggungjawab dalam memprioritaskan aspirasi dan kepentingan publik yang sesungguhnya menjadi esensi utama seorang politisi.

Apakah Fenomena Ini Positif atau Negatif?

leadership. Foto: istock
Fenomena keterlibatan selebritas dalam panggung politik Indonesia menuai beragam tanggapan yang berseberangan. Di satu sisi, sejumlah kalangan akademisi memandang hal tersebut sebagai bentuk pelecehan dan penggelapan politik nasional yang seharusnya dijalankan dengan kredibilitas serta integritas yang tinggi. Menurut perspektif ini, keterlibatan figur publik tanpa kompetensi memadai hanya akan mencoreng marwah dunia politik sebagai wadah pengambilan keputusan strategis bagi kemajuan bangsa (Yessica et al., 2017).
ADVERTISEMENT
Namun demikian, tidak sedikit pula pihak yang justru menaruh harapan pada hadirnya para artis di kancah perpolitikan. Kehadiran mereka dipandang dapat mengembalikan wajah manusiawi, ramah dan dekat dengan rakyat pada para politikus, sekaligus menjadi corong aspirasi masyarakat yang lebih berempati. Selain itu, selebritas yang terjun ke politik kerap memiliki image antikorupsi dan concern terhadap isu-isu sosial, sehingga diharapkan mampu menjadi agen perubahan dan pembaruan (Wardani, 2016).
election. Foto: istock
Sebagai penutup, keikutsertaan artis dan selebriti dalam panggung kepolitikan Indonesia hingga kini masih menimbulkan pertanyaan apakah hanya sensasi dan popularitas semata atau benar-benar memperjuangkan kepentingan rakyat. Fenomena yang telah muncul sejak 2014 ini belum menemui titik terang ke arah mana kepentingannya, namun ke depannya sesungguhnya masih membutuhkan terobosan positif. Jika niat, kompetensi, integritas dan akuntabilitasnya teruji, maka seharusnya para artis dan selebritis tetap diberi kesempatan memperjuangkan rakyat di parlemen.
ADVERTISEMENT

DAFTAR BACAAN:

Aldo, B., & Pang, Y. (2019, Januari). “Indah Permatasari Pindah ke Perindo Setelah Gagal Lewat PSI.” Diakses dari https://news.detik.com/berita/4418206/
Talakua, L.C., & Lekatompessy, J.E. (2020). “Politik Media Selebritis: Studi Kasus Anggita Sari Dewi Caleg DPR RI dari Partai Golkar pada Pemilu 2019.” Diakses dari https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurna/article/view/28585
Wardani, N.E. (2016). “Model Komunikasi Politik Nurul Arifin (Studi Pada Masa Kampanye Caleg Artis-Selebriti Pada Pemilu Legislatif 2014).” Diakses dari http://repository.uinsby.ac.id/id/eprint/3502
Wardani, N.E. (2019). “Politisi Selebritis di Panggung Politik Indonesia Pasca Orde Baru.” Diakses dari https://jurnal.unpad.ac.id/jkk/article/view/15061
Yessica et.al. (2017). “Partisipasi Politik Artis di Indonesia (Studi Tokoh Artis Indonesia yang Berkompetisi di Pemilihan Legislatif).” Diakses dari http://repository.unri.ac.id/xmlui/handle/123456789/4901