Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menghadapi Krisis Iklim melalui Investasi Ekonomi Hijau Berkelanjutan
23 April 2024 16:31 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Ancelmus Andi Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“If we don't prepare now, we will panic and fail. Last time I checked there were no other planets for sale”. Sebuah kalimat acak yang saya dapatkan ketika tengah berselancar di dunia maya, namun cukup membawa pada permenungan mengenai perbuatan kita dan dampaknya pada bumi kita.
Jika kita melihat pada kondisi saat ini, terutama dimana manusia membangun peradabannya. Interkonesi antara bumi, lautan dan atmosfer telah menjaga keimbangannya dan menjaga kondisi planet bumi ini sehingga nyaman ditinggali.
ADVERTISEMENT
Masalahnya perkembangan peradaban seringkali dilakukan dengan mengorbankan bumi. Investasi besar-besaran dalam rangka memperebutkan keuntungan ekonomi dalam rupa eksploitasi sumber daya secara berlebihan dan masifnya perusakan lingkungan tanpa memikirkan aspek berkeberlanjutan kian mengikis keseimbangan tersebut. Adalah perubahan iklim (climate change) sebagai salah satu dampak dari rusaknya keseimbangan bumi dan menyebabkan berbagai anomali iklim dan musim sehingga berdampak pada munculnya banyak kejadian cuaca ekstrim.
Berbagai upaya internasional telah diupayakan untuk mengatasi permasalahan lingkungan maupun perubahan iklim, salah satunya melalui The Paris Agreement. Dalam perspektif perubahan iklim Paris Agreement memiliki peranan sentral karena merupakan perjanjian internasional yang mengikat secara hukum mengenai perubahan iklim. Tujuan utamanya adalah untuk menjaga agar kenaikan suhu rata-rata global tetap terkendali di bawah 2°C dari tingkat pra-industri" dan berupaya "untuk membatasi kenaikan suhu menjadi 1,5°C di atas tingkat pra-industri.
Gambaran kondisi suhu pemanasan global di tanah air, diilustrasikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Gambar 2. Anomali suhu udara tahunan merujuk pada perbedaan suhu udara pada suatu tahun tertentu dibandingkan dengan rata-rata suhu udara selama 30 tahun (disebut periode normal tahun 1991-2020). Data dari 116 stasiun pengamatan BMKG menunjukkan bahwa suhu udara rata-rata di Indonesia selama periode 1991-2020 adalah 26,7°C. Pada tahun 2023, suhu udara rata-rata naik menjadi 27.2°C. Oleh karena itu, anomali suhu udara rata-rata tahun 2023 adalah 0,5°C. Secara umum suhu udara di Indonesia pada tahun 2023 masih berada pada batas aman dari The Paris Agreement. Namun demikian pada siaran pers BMKG (10/02/2024), Dwikorita selaku kepala BMKG menyatakan bahwa Badan Meteorologi Dunia (WMO) baru-baru ini mengumumkan bahwa tahun 2023 merupakan tahun dengan suhu terpanas sepanjang sejarah pengamatan instrumental. Anomali suhu rata-rata global mencapai 1,4°C di atas periode pra-industri. Angka ini hampir mencapai batas yang disepakati dalam Paris Agreement tahun 2015. Pada tahun 2023, tercatat adanya rekor suhu harian global baru serta terjadi gelombang panas ekstrim yang melanda berbagai wilayah di Asia dan Eropa.
ADVERTISEMENT
Dalam Frontiers Forum, Johan Rockstrom - seorang ilmuwan yang diakui internasional dalam isu keberlanjutan global dan salah satu inisiator Planetary Boundary memaparkan perihal krisis bumi. Dalam paparan yang mengutip penelitian dari Willeit et al, (2019) disampaikan grafik yang diilustrasikan pada Gambar 3 berikut :
Grafik yang diperoleh dari melalui perhitungan fisika dan matematika yang mereproduksi perjalanan planet bumi selama tiga juta tahun terakhir, menegaskan bahwa tidak dalam satu waktu, sejauh yang kita pahami saat ini bahwa kita melebihi kenaikan suhu 2°C. Menurut Rockstorm, peradaban saat ini tengah berada pada zona goldilocks - tidak terlalu panas, tidak terlalu dingin, dan kondisi inilah yang terjadi selama 10.000 tahun sejak kita meninggalkan zaman es terakhir. Dapat dikatakan bumi telah mengatur dirinya sendiri dalam kisaran yang sempit yaitu plus 2°C, dan pada zaman es dalam interglasial yang hangat, minus 4°C. Namun Rockstorm memproyeksikan bahwa kita akan mengikuti jalan yang akan membawa kita ke kenaikan 3°C sampai 4°C, hanya dalam tiga generasi (Gambar 4)
Planetary Boundary
Kondisi diatas mendorong kebutuhan mendesak dan paradigma baru dalam mengintegrasikan kelanjutan pengembangan masyarakat dan pemeliharaan sistem Bumi yang tangguh dan akomodatif. Dalam hal ini, Planetary Boundaries berkontribusi (Steffen et al. 2015).
Planetary Boundaries merupakan konsep yang diajukan oleh sejumlah ilmuwan, seperti Johan Rockstrom dan Will Steffen, yang mengkaji batasan kuantitatif bagi planet kita. Konsep ini menunjukkan bahwa manusia dapat terus berkembang selama tetap berada dalam batas yang ditetapkan; namun, jika batas tersebut terlampaui, dampak kerusakan pada bumi akan semakin besar.
ADVERTISEMENT
Aspek yang ada pada planetary boundaries meliputi :
• Perubahan iklim (climate change)
• Polusi kimia dan pelepasan entitas baru (novel entities)
• Penipisan lapisan ozon di Stratosfer (stratospheric ozone depletion)
• Pemuatan aerosol atmosfer (atmospheric aerosol loading)
• Pengasaman laut (ocean acidification)
• Perubahan sistem pertanahan (biochemical flows)
• Konsumsi air tawar dan sklus hidrologi global (freshwater use)
• Perubahan sistem lahan (land-system change)
• Hilangnya integritas keanekaragaman hayati (biosphere integrity)
Batas-batas planet menjaga kondisi planet agar manusia bisa hidup sejahtera. Ketika batas itu dilanggar, risikonya menjadi berlipat. Semua batasan planet saling terkait, tetapi iklim dan keanekaragaman hayati adalah yang paling penting dan mempengaruhi batasan lainnya. Kita sudah jauh melebihi batasan-batas ini, sehingga saat ini iklim telah mencapai titik krisis global.
ADVERTISEMENT
Selamatkan Bumi melalui Pola Ekonomi Berwawasan Lingkungan
Sustainability Development telah menarik banyak perhatian di bidang akademik, tata kelola perencanaan dan intervensi pembangunan. Sustainability Development dianggap sebagai paradigma pembangunan yang dapat mengatasi perubahan iklim, penipisan lapisan ozone, kelangkaan air, hilangnya vegetasi, kesenjangan, ketidakamanan, kelaparan, dan kekurangan. Maka dari itu Sustainability Development tidak dapat ditempuh melalui inisiatif yang terisolasi melainkan terpadu yang meliputi aspek sosial, lingkungan hidup dan ekonomi (Mensah 2019)
Sustainability Development melalui gerakan penyelamatan Bumi melalui pola ekonomi berwawasan lingkungan, dapat diakses melalui :
Penutup
Melalui pola sustainability development para investor, termasuk generasi muda dapat memanfaatkan peluang yang terus bertumbuh ini. Bentuk analisa melalui instrumen yang dilandasi oleh ESG dan Taksonomi Hijau, dapat menjadi alternatif yang menarik dan informatif. Disamping itu melihat demikian besarnya dorongan pemerintah Indonesia mengenai ekonomi hijau, agaknya sektor usaha-usaha yang bergerak dalam bidang ekonomi hijau menjadi layak dipertimbangkan untuk target investasi. Melalui tulisan ini terlihat bagaimana arah global terhadap sektor-sektor yang dalam perspektif planetary boundaries didefinisikan sebagai sektor yang merusak planet akan semakin ditinggalkan dan ketat diregulasi, karenanya diproyeksikan akan terjadi pergeseran arah investasi menuju kearah investasi berkelanjutan dan berbasiskan lingkungan.
ADVERTISEMENT