Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Credit Title, Seberapa Pentingkah Dirimu di Dunia Perfilman
1 Mei 2021 11:16 WIB
Tulisan dari Andien Destiani R tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Setelah menonton film selama 1,5 – 2 jam lamanya, layar lebar yang ada dihadapan kita biasanya akan berubah menjadi layar hitam yang kemudian diisi oleh nama-nama orang yang berjasa dalam pembuatan film yang kita tonton, baik di balik layar maupun di depan layar. Credit title, that’s the name of it.
ADVERTISEMENT
Credit title sendiri memiliki 2 jenis, yaitu opening credit dan closing credit. Namun, kali ini kita akan membahas hal yang jauh lebih penting dibandingkan penjelasan mengenai jenis-jenis credit title, yaitu: seberapa penting credit title diperlukan dalam dunia perfilman?
Begitu ucap Salman Aristo saat sedang memberikan kuliah umum mengenai penulisan skenario hari selasa (20/04) kemarin yang diselenggarakan oleh program studi Televisi dan Film Fikom Unpad. Salman menegaskan bahwa titling dalam penulisan credit seringkali dianggap remeh, padahal hal itu merupakan hal yang penting dalam suatu produksi film.
Sedikit penjelasan mengenai sosok Salman Aristo, ia adalah seorang produser dan penulis skenario yang mana karya-karyanya selalu mengundang decak kagum dari para penikmat film layar lebar Indonesia, termasuk penulis sendiri. Rasanya seperti mimpi dapat mendapatkan ilmu secara langsung dari seorang sineas ternama di dunia perfilman Indonesia.
ADVERTISEMENT
Oke, kembali ke laptop.
Dalam kuliah umum tersebut, Salman mengatakan bahwa sering kali kita (orang Indonesia) memberikan title kepada orang lain itu tidak sesuai dengan job desc yang orang tersebut pegang, alias asal-asalan.
“Padahal sebenarnya, ini (title) bukan buat gaya-gayaan. Kayak, kita dikasih title produser bukan buat ‘nih gue produser’ doang,” lanjutnya.
Titling sendiri bagi Salman bukan hanya sekedar sematan nama dalam sebuah proyek, tapi juga merupakan sebuah tanggung jawab yang berhubungan dengan akuntabilitas dari yang memegang jabatan tersebut. Jika terjadi suatu hal dalam produksi yang berhubungan dengan title yang diberikan, maka dapat ditangani dengan baik oleh yang bersangkutan.
“Kalau bagus ya kita apresiasi. Kalau ada yang salah dari hal yang dikerjakan, ya minta pertanggung jawabannya ke dia (yang ditunjuk memiliki jabatan) biar jelas,” ucap Salman.
ADVERTISEMENT
Salman juga menginfokan hingga hari ini, Hollywood yang disebut-sebut sebagai pusat peradaban film dunia, masih ramai akan diskusi mengenai titling. Bahkan, kontrak bekerja di sana pun salah satu isinya adalah membahas mengenai mau sebesar atau sekecil apa font nama dari orang yang akan dikontrak dalam credit title proyek tersebut.
Di Indonesia sendiri, Salman mengatakan pemberian title ini masih belum dianggap serius dan penting karena masih ada beberapa oknum yang menganggap enteng perihal credit title. Padahal, as what already written before, credit title itu penting karena meliputi perihal tanggung jawab dan kelayakan seseorang dalam menempati jabatannya, bukan hanya untuk terlihat keren semata.
Credit title juga berhubungan dengan mengetahui peran para kru yang mengerjakan proyek bersamaan dengan kita. Hal ini termasuk penting, terutama bagi seorang produser. Sayangnya, dari kacamata Salman, di dalam produksi film sering kali ditemukan produser yang bahkan tidak mengetahui mana yang menjadi supporting actor atau yang menjadi aktor utama. Lucu ya?
ADVERTISEMENT
“Title tuh jadi penting karena ini juga merupakan masalah organisasi dalam bekerja. Apalagi untuk produser, dia harus siap menjadi orang yang paling rewel mengenai titling ini,” ujar Salman melengkapi penjelasannya.
Bagi Salman, seorang produser juga mesti bisa membedakan peran title. contohnya, ia harus dapat membedakan apa bedanya unit production manager dengan production coordinator. Seorang sutradara juga musti paham tugas dari kru yang bekerja dalam proyek yang ia pimpin. Seperti halnya mengetahui astrada 1 tugasnya apa, kemudian astrada 2 tugasnya apa.
Lalu, Salman juga menambahkan, produser juga musti mengetahui mengapa ia perlu mempekerjakan astrada 2 hingga astrada 3. Apakah ada urgency-nya untuk mempekerjakan astrada hingga 3 orang? Lalu, apakah budget untuk mengontraknya ada? Jangan sampai ia (si produser) hanya menghambur-hamburkan uang saja dengan mempekerjakan orang yang tak begitu diperlukan.
ADVERTISEMENT
“Terus ngapain gue ngabisin duit buat mereka kalau kerjaan mereka nanti malah nongkrong-nongkrong gak jelas samping monitor doang?” Ujar Salman disela penjelasannya.
Ternyata, dibalik layar hitam berisi nama-nama orang berjasa akan film yang kita tonton, terdapat urgency yang cukup kuat agar penghargaan terhadap kru ini tidak dianggap remeh oleh orang-orang perfilman, khususnya oleh seorang produser. Titling nyatanya bukan hanya sebuah penyematan jabatan semata, melainkan juga pengembanan tanggung jawab akan nama peran yang ia akan dijalani dalam proses produksi film tersebut.
Penulis berharap bahwa nanti kedepannya dunia perfilman Indonesia akan memberi perhatian lebih jauh terhadap credit title untuk para krunya sehingga mereka mendapatkan apa yang memang pantas untuk mereka. Apresiasi untuk para pahlawan di balik dan di depan layar sinema kita, cheers!
ADVERTISEMENT