Konten dari Pengguna

Ethereum Kehilangan Tahtanya dalam Dominasi Smart Contract

Andika Dwi Pradityo
Saya merupakan lulusan dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
31 Mei 2022 18:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andika Dwi Pradityo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Koin Ethereum. Foto:pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Koin Ethereum. Foto:pixabay.com
ADVERTISEMENT
Smart Contract merupakan kunci potensi dalam teknologi blockchain yang akan menjadi lebih dari sekedar buku yang menyimpan distribusi daya keuangan. Sejak kemunculan ethereum pada tahun 2015 ia telah menjadi "Raja" yang dalam penggunaan smart contract. Namun, ethereum saat ini berada pada ancaman serius dalam kehilangan mahkotanya akibat proyek-proyek blockchain dan smart contract yang lebih matang.
ADVERTISEMENT
Ethereum adalah koin pertama kali yang memanfaatkan blockchain dan mendukung adanya smart contract. Dengan adanya smart contract memungkinkan segala perjanjian bergantung pada buku besar yang terdistribusi untuk mencatat segala ketentuan transaksi. Ketika semua kriteria terpenuhi segala transaksi yang tercatat pada smart contract tidak dapat berubah.
Platform smart contract seperti ethereum sebagai evolusi kedua dari adanya teknologi blockchain. Smart contract menghilangkan adanya perantara dan membuat suatu sistem lebih efisien dengan transaksi yang lebih cepat serta rendah biaya. Oleh karena itu, smart contract serta blockchain menjadi potensi untuk segala sektor industri gunakan.
Hingga saat ini ethereum merupakan smart contract paling populer di seluruh dunia. Hal ini karena ethereum memiliki basis pengguna terbesar termasuk pengembang dan menjadi rumah bagi berbagai koin yang terdesentralisasi.
ADVERTISEMENT
Namun, dalam beberapa waktu terakhir ethereum tidak mampu untuk mempertahankan mahkotanya dalam smart contract. Jaringan ethereum sangat terhambat dengan adanya skalabilitas dengan banyaknya decentralized application (dApp) yang ethereum sebagai pondasi.
Melihat hal tersebut membuat pengembang ethereum tidak tinggal diam. Jaringan mereka yang berada pada ekosistem blockchain dan smart contract melakukan peningkatan yang bernama ethereum 2.0. Peningkatan ini akan membuat ethereum lebih terukur dengan memanfaatkan mekanisme proof-of-Stake.

Etherium Kehilangan Tahtanya

Ethereum saat ini menghadapi dua kondisi yaitu membentuk uang alternatif dan mempertahankan posisi sebagai platform smart contract terbaik. Ethereum akan kalah dalam dua kondisi tersebut dengan adanya bitcoin sebagai platform uang alternatif yang lebih unggul dan koin smart contract terbaik dalam cryptocurrency generasi awal. Selain itu, kemunculan Algorand, Avalanche dan Solana memiliki tim yang sangat kompeten dalam menggunakan smart contract jika ethereum sebagai perbandingan.
ADVERTISEMENT
Salah satu alasan lain ethereum akan kehilangan mahkotanya yaitu munculnya keraguan tentang penggabungan Ethereum 2.0 yang akan datang. Keraguan ini muncul akibat banyaknya investor khawatir tentang apa yang akan terjadi. Hal ini diperkuat dengan kemunculan Vitalik Buterin sebagai co-developer dari ethereum yang menyatakan tidak senang dengan desain protokolnya.
Tapi, tidak semua orang merasakan hal yang sama seperti investor lainnya. Ethereum masih memiliki banyak pendukung termasuk peneliti Coinvase Institutional. Mereka masih percaya bahwa peningkatan ethereum 2.0 akan mencegah para koin untuk naik tahta. Sehingga ethereum masih menjadi raja smart contract.

Ethereum Killer

Ethereum killer pada beberapa waktu telah terdengar pada penggiat cryptocurrency. Istilah tersebut muncul karena beberapa koin memiliki potensi dalam meningkatkan keuangan yang terdesentralisasi, teknologi yang lebih cepat, hemat energi dan memberikan transaksi yg cepat serta murah. Salah satu ethereum killer yaitu Solana yang pada peringkat ke-9 dalam Coin Market Cap. Solana mengandalkan mekanisme Proof-of-History untuk memvalidasi transaksi.
ADVERTISEMENT
Saingan lainnya yaitu Tezos merupakan salah satu blockchain pertama yang menerapkan mekanisme Proof-of-Stake seperti yang akan ethereum gunakan setelah berevolusi. Tezos sangat populer dalam proyek musik, permainan, dan seni yang memiliki tata kelola komunitas. Hal ini berarti siapa pun yang memiliki setidaknya 8.000 token Tezos dapat menikmati hak suara jaringan.
Para penggemar DeFi tertarik dengan menggunakan blockchain yaitu Avalance yang merupakan rumah untuk tiga pihak independen dalam memastikan skalabilitas. Tiga pihak dalam avalanche menangani tugas yang berebda yaitu pembuatan transaksi token, smart contract dan validasi bukti kepemilikian token.
Ketiga token tadi telah memecahkan masalah skalabilitas yang belum bisa ethereum selesaikan. Selain itu, banyak perdebatan mengenai apakah ethereum 2.0 akan berfungsi seiringan tujuannya. Beberapa pengamat berpendapat bahwa peningkatan kecil pada pengembangannya tidak akan memberikan kebutuhan sebenarnya. Terdapat beberapa masalah bagi pengguna harapkan yaitu membuat transaksi yang lebih cepat dengan harga yang murah. Tapi, pembuatan ethereum 2.0 akan selalu mengalami penundaan karena tekanan dari para pengguna serta tantangan teknis yang tidak terduga.
ADVERTISEMENT
Jika ethereum 2.0 tidak mampu memecahkan masalah skalabilitas. Maka hal tersebut akan menjadi jalan yang mulus bagi para koin ethereum killer. Sama halnya koin Stacks yang bertujuan untuk membawa fungsionalitas smart contract pada Bitcoin.
Koin Stacks adalah blockchain dengan algoritma Proof-of-Transfer unik yang memastikan bahwa semua blok akan menggunakan mekanisme Bitcoin. Dengan cara ini Stacks sebagai lapisan yang dapat terprogram untuk Bitcoin dan mampu memanfaatkan keamanan serta modal uniknya untuk aplikasi terdesentralisasi dalam smart contract.
Stack seperti platform yang telah menangani masalah skalabilitas yang belum bisa ethereum selesaikan. Tetapi, keuntungan terbesarnya adalah bahwa Bitcoin menjadi koin yang paling terdesentralisasi dari semua cryptocurrency. Selain itu, bitcoin merupakan cryptocurrency yang memberikan desentralisasi serta kepercayaan yang sebenarnya dan mengatakan ini lapisan penyelesaian yang paling proses transaksi butuhkan. Dengan membangun kemampuan smart contract dalam bitcoin melalui lapisan Stacks hal ini memungkinkan pembuatan DeFi, NFT, dan dApps lain yang dapat memanfaatkan basis penggunaan yang unik.
ADVERTISEMENT