Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
AI Dan Pesan Al-Qur'an : Etika Artificial Intelligence Dengan Konsep Munasabah
28 April 2025 12:14 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Andika Maliyyan Jamman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Era digital 5.0 atau society 5.0 adalah konsep yang memfokuskan pada masyarakat yang dibantu oleh teknologi untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Artificial Intelligence atau yang lebih dikenal dengan sebutan AI benar-benar telah menjadi kebutuhan dasar bagi masyarakat di era sekarang dan masyarakat di era nanti. Bukan sekedar sebagai alat bantu, namun juga telah menjadi alat dalam pengambilan Keputusan.
ADVERTISEMENT
Namun bagaimana jika konsep keterhubungan antar ayat dalam AL-Qur’an yang disebut dengan munasabah, bisa memberikan inspirasi dalam etika pengembangan AI yang berkembang sekarang?
Sebagai seorang muslim yang beriman dan beretika, kita perlu menerapkan nilai-nilai etis yang berlandaskan Al-Qur’an yang telah menjadi pedoman kita. Termasuk dalam menyikapi pengembangan teknologi.
Al-Qur’an sebagai kitab yang terstruktur dan terkenal dengan keindahan susunan ayatnya yang tekoneksi antar ayat satu dengan ayat yang lain, memberikan inspirasi yang relevan bagi pengembangan teknologi yang memiliki prinsip etika yang kokoh.
1. Memahami Konsep Munasabah Al-Qur’an
Munasabah Al-Quran adalah istilah yang merujuk pada keterikatan atau keterkaitan antara ayat yang satu dengan ayat yang lain, atau surah yang satu dengan surah yang lain. Keterkaitan ini bukan hanya menyuguhkan keindahan sastra, namun juga mencakup : sejarah yang melatarbelakangi turunnya sebuah ayat, keterkaitan kontekstual dan hubungan makna antar ayat dan surah itu sendiri, dan bahkan korelasi nama surah dengan isi atau tujuan ayat tersebut.
ADVERTISEMENT
Salah satunya, Imam As-syuyuti yang menyimpulkan bahwa munasabah antar satu surah dengan surah sebelumnya berfungsi menerangkan atau menyempurnakan ungkapan pada surah sebelumnya. Sebagai contoh, dalam surat al-Fatihah ayat 2 ada ungkapan alhamdullah. Ungkapan itu berkolerasi dengan surat al-Baqarah ayat 152
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ ࣖ ١٥٢
“Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” (QS. al-Baqarah: 152)
Tafsir Ibnu Katsir menegaskan bahwa mengingat Allah SWT berarti mengingat segala nikmat-Nya dan bersyukur atasnya. Ayat ini juga mengingatkan untuk tidak kufur dan mengingkari nikmat Allah SWT. Ibnu Katsir juga menjelaskan bahwa bersyukur kepada Allah SWT tidak hanya dengan ucapan, tetapi juga dengan tindakan, yaitu dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Maka dengan ini bisa disimpulkan bahwa kalimat segala puji bagi Allah yang tercantum pada surah AL-Fatihah ayat 2, bisa diwujudkan dengan rasa Syukur dan tidak kufur terhadap nikmat Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Keterkaitannya ayat Al-Qur’an ini bukan hanya sebagai keindahan sastra, melainkan juga menjadi cerminan berfikir yang terstruktur. Setiap bagian membawa makna dan pesan yang utuh dan kohesif. Konsep ini memberikan inspirasi bahwa membentuk segala sesuatu termasuk sistem AI juga membutuhkan keterhubungan yang berkesinambugan antara bagian-bagiannya. Bukan sekedar Kumpulan data dan informasi yang mati atau tanpa jiwa.
2. Etika dalam Al-Qur’an sebagai Pondasi Moral untuk Teknologi
Al-Qur’an tidak hanya wahyu yang berisikan kisah Nabi-Nabi terdahulu. Didalamnya juga mencakup larangan dan perintah yang menjadi syari’at dalam beragama. Al-Qur’an juga mengajarkan nilai-nilai universal sebagai landasan moral, diantaranya : Al-Adl (keadilan), Amanah(kepercayaan), Rahmah (kasih sayang ) serta Hikmah (kebijaksanaan)
Dalam mengembangkan dan menggunakan teknologi AI, diperlukan kebijaksanaan dalam menimbang baik buruk akibatnya. Menjaga kepercayaan manusia sebagai penggunanya. Serta memikirkan dampak sosial yang akan dihasilkan dengan berprinsip rahmatan lil alamin. Bukan hanya mengejar efisiensi lantas meninggalkan prinsip moral yang ada.
ADVERTISEMENT
Allah SWT berfirman dalam surah An-Nisa ayat 58
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًا ۢ بَصِيْرًا ٥٨
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada pemiliknya. Apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu tetapkan secara adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang paling baik kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Prinsip ini bisa dijadikan sebagai landasan dalam teknologi AI untuk menjaga data pengguna, keputusam algoritma dan trasparansi system.
3. Analogi Munasabah dan Etika AI
Al-Qur’an tidak membiarkan suatu ayat terlepas dari konteks ayat yang lain. Sama halnya dengan AI, Maka dalam hal ini AI pun seharusnya tidak mengambil Keputusan bedasarkan data yang menyimpang dari nilai sosial dan konteks manusiawi. Serta tidak memberikan informasi dan data yang kemudian menjadi bias di tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
AI yang beretika perlu mempertimbangkan keterkaitan dan hubungan antara data, dampak sosial, budaya lokal, bahkan potensi bias yang mungkin timbul. Konektivitas dalam Al-Qur'an menjadi contoh bagi kita: setiap keputusan harus dilihat dalam kaitannya dengan nilai kebaikan yang lebih luas.
4. Upaya Membangun AI Beretika
Beberapa proyek global seperti AI for Good atau Ethical AI Initiatives berusaha membangun teknologi yang bertanggung jawab secara sosial. Mereka menekankan prinsip fairness, accountability, dan transparency. Hal ini mencerminkan semangat munasabah Al-Qur’an yang bukan hanya soal regulasi dan angka, namun juga membangun teknologi yang membaca realitas manusia secara utuh termasuk dalam hal spiritual.
Tak dipungkiri di era perkembangan zaman ini , persaingan dagang dan pekerjaan(ekonomi), bahkan Pendidikan menjadi tantangan yang nyata bagi generasi sekarang dan penerus nanti. AI datang dengan menawarkan berbagai kemudahan yang bisa dimanfaatkan oleh siapapun yang mampu menggunakannya.Apakah itu akan menjadi kemanfaatan yang nyata atau malah mendatangkan bencana, kita adalah penentunya. Al-Qur’an sejak lama telah membawa pesan sebagai pedoman bagi kita, maka janganlah kita tinggalkan pesan itu dalam kehidupan berteknologi. Jangan sampai teknologi merubah identitas kita sebagai seorang muslim yang beretika.
ADVERTISEMENT
Andika Maliyyan Jamman, Universitas PTIQ Jakarta