Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.2
Konten dari Pengguna
Cinta dalam Daur Ulang: Makna Kehidupan dari Tumpukan Sampah
24 Februari 2025 15:01 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Andika Muhammad Nuur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Oleh: Andika Muhammad Nuur
"Kamu adalah cahaya yang memandu di antara tumpukan sampah, seperti firman-Nya, 'Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda' (QS. Al-Isra: 12). Cinta kita adalah siklus kehidupan yang terus berulang, seperti daur ulang."
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan, cinta bukan sekadar perasaan, tetapi juga tindakan yang memberi manfaat, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain." (HR. Ahmad No. 23405). Seperti halnya pengelolaan sampah, cinta sejati bukan tentang membuang yang usang, tetapi mengolahnya kembali menjadi sesuatu yang lebih bernilai.
Mengubah yang Terbuang Menjadi Berharga
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2023, Indonesia menghasilkan sekitar 68,5 juta ton sampah per tahun, dengan 60% di antaranya berasal dari rumah tangga. Sayangnya, sebagian besar sampah ini tidak dikelola dengan baik dan hanya berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).
Namun, ada cara untuk mengubah sesuatu yang dianggap tidak berguna menjadi bernilai. Melalui konsep reduce, reuse, dan recycle (3R), sampah bisa diolah kembali dan memberi manfaat besar bagi lingkungan dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Begitu pula dengan cinta—ia tak selalu tentang keindahan, tetapi juga tentang kesediaan menerima, memperbaiki, dan memberi makna baru pada sesuatu yang mungkin dianggap tidak berharga oleh orang lain.
Belajar dari Alam: Cinta Seperti Daur Ulang
Siklus kehidupan di alam mengajarkan kita bahwa tak ada yang benar-benar sia-sia. Daun yang gugur akan menjadi pupuk bagi tanah, air yang menguap akan kembali dalam bentuk hujan, dan sampah organik bisa diubah menjadi kompos yang menyuburkan.
Begitu pula dengan cinta. Jika hanya membuang sesuatu yang rusak tanpa mencoba memperbaikinya, kita kehilangan esensi sejati dari kasih sayang. Cinta yang kuat adalah cinta yang mampu memperbarui, menyesuaikan, dan bertahan—seperti proses daur ulang.
Langkah Nyata: Mencintai Lingkungan, Mencintai Kehidupan
ADVERTISEMENT
Kita bisa mulai menerapkan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari:
Kesimpulan
Cinta sejati tidak selalu indah dalam wujudnya, tetapi bernilai dalam esensinya. Seperti daur ulang, ia adalah upaya terus-menerus untuk memperbaiki dan menjadikan sesuatu lebih bermakna.
Jika kita bisa mencintai seperti kita merawat bumi, mungkin dunia akan menjadi tempat yang lebih baik, dan cinta kita akan menjadi bagian dari siklus kehidupan yang lestari. Mari mulai melihat sampah dari perspektif baru—bukan sekadar limbah, tetapi sumber kehidupan yang bisa dikelola dengan baik.
ADVERTISEMENT