Konten dari Pengguna

Gedung Batin, Kampung Bersejarah yang Terus Mempertahankan Eksistensinya

Andika Fauzan Satrio
Mahasiswa Ilmu Pendidikan Agama Islam, Universitas Pendidikan Indonesia
20 Oktober 2022 18:35 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andika Fauzan Satrio tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Kampung Gedung Batin merupakan kampung tua yang terletak di Provinsi Lampung dan sarat akan peninggalan kuno seperti rumah, perabotan, dan peninggalan-peninggalan yang lain.

Andika Fauzan Satrio bersama siswa-siswi SD Negeri Gedung Batin. Kredit foto: Andika Fauzan Satrio/Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Andika Fauzan Satrio bersama siswa-siswi SD Negeri Gedung Batin. Kredit foto: Andika Fauzan Satrio/Pribadi
ADVERTISEMENT
Gedung Batin merupakan kampung yang terletak di wilayah kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung. Kampung ini diresmikan menjadi kampung wisata sejak tahun 2007. Sebuah prasasti yang terbuat dari fosil kayu yang sudah membatu menjadi tanda peresmian kampung wisata ini. Prasasti tersebut ditandatangani oleh Dr. Sapta Nirwandar, Sekjen Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2007. Perlu waktu 30 menit berkendara dari stasiun Negeri Agung dan 40 menit dari stasiun Blambangan Umpu untuk sampai di kampung tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurut salah satu sumber yang saya tanyakan, bapak Ali Bakri, dia menjelaskan sejarah kenapa kampung tersebut dinamakan Gedung Batin. Gedung berarti perkumpulan dan batin artinya ilmu kebatinan. Menurutnya, masyarakat dulu mempercayai dan mendalami ilmu kebatinan untuk menjaga perempuan yang ada di sana dari penjajah belanda. Kampung Gedung Batin diperkirakan sudah ada sekitar 700m, dengan ditandai adanya makam Siti Fatimah bin Muhammad Saleh.
Rumah tua di Gedung Batin. Kredit foto: Andika Fauzan Satrio/Pribadi
Kampung Gedung Batin merupakan kampung tua. Penduduk di sana sudah hidup dan bertahan selama ribuan tahun di tepian Sungai Way Besai. Kita akan menemukan rumah-rumah tua yang masih berdiri kokoh. Bentuk rumahnya masih menggunakan bentuk rumah panggung. Dahulu, rumah panggung dibuat untuk menghindari hewan-hewan buas agar tidak masuk ke rumah. Di dalam rumah-rumah tua juga terdapat plafon yang digunakan untuk mengintip penjajah belanda yang datang mendekat. Hingga sampai saat ini bentuk rumah tersebut masih dipertahankan dan dilestarikan.
ADVERTISEMENT
Rumah tua Nuwa Benawa. Kredit foto: Andika Fauzan Satrio/Pribadi
Rumah-rumah tua di Gedung Batin memiliki nama. Salah satunya adalah Nuwa Benawa. Rumah tersebut sekarang ditempati oleh Bapak Ali Bakri dan keluarga. Ali Bakri merupakan keturunan ke-7 yang menempati rumah tua tersebut. Di dalam rumahnya terdapat perabotan-perabotan kuno yang masih disimpan dan dijaga dengan baik.
Makam kuno Siti Fatimah binti Muhammad Saleh. Kredit Foto: Andika Fauzan Satrio/Pribadi
Terdapat juga makam kuno dengan kubah yang berbentuk lancip. Makam tersebut adalah makam Siti Fatimah bin Muhammad Saleh. Di kubahnya tertulis nama Siti Fatimah bin Muhammad Saleh dengan tulisan arab gundul dengan angka 1305. Keberadaannya menjadi bukti bahwa Kampung Gedung Batin merupakan kampung tua dan bersejarah.
Eksistensi Kampung Gedung Batin masih dipertahankan oleh warga setempat. Walaupun tidak ada aturan adat yang melarang untuk mengubah arsitektur rumah-rumah tua di sana, akan tetapi pada faktanya rumah-rumah tersebut masih dijaga dengan baik. Begitu pun juga dengan peninggalan-peninggalan yang lain.
ADVERTISEMENT