Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Merokok di Usia Muda: Bahaya Masa Depan yang Mengintai Pelajar
10 Juli 2024 6:29 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Andi Maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, merokok di kalangan pelajar menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan masyarakat. Tidak hanya mengancam kesehatan fisik, kebiasaan merokok di usia muda juga berdampak negatif pada perkembangan mental dan sosial pelajar. Kebiasaan ini dapat mengganggu konsentrasi dan prestasi akademik, serta meningkatkan risiko perilaku negatif lainnya seperti penggunaan narkoba dan alkohol. Selain itu, merokok di usia muda sering kali dikaitkan dengan tekanan teman sebaya dan citra diri yang keliru, yang dapat memperburuk kesejahteraan emosional pelajar. Upaya pencegahan dan edukasi tentang bahaya merokok menjadi sangat penting untuk melindungi generasi muda dari dampak buruk kebiasaan ini.
ADVERTISEMENT
Menurut hasil riset Indonesia Institute for Social Development (IISD) bersama Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) menunjukkan, sebanyak 27,7% pelajar di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia pernah merokok. Bahkan, 10,67% pelajar sudah aktif merokok setiap harinya. Sebanyak 22,25% pelajar yang merokok pertama kali mencobanya saat berusia 15 tahun. Kemudian, 12,68% pelajar pertama kali merokok saat berusia 13 tahun. Sebagian besar atau 46,32% responden pertama kali mengenal rokok karena pengaruh dari teman-temannya. Sebanyak 13,97% responden mengenal rokok dari teman dan lingkungan. Sementara, ada 12,5% responden yang mengenal rokok dari lingkungan. Ditinjau dari motifnya, stres menjadi pendorong utama pelajar untuk merokok, sebagaimana disampaikan oleh 29,41% responden. Motif lainnya adalah rasa penasaran (24,26%) dan solidaritas dengan lingkungan dan teman (7,35%).
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, 48,53% responden menghabiskan 1-5 batang rokok setiap harinya. Sementara, hanya 5,15% responden yang merokok 11-20 batang per hari. Sebagai informasi, IISD dan IPM bersama peneliti Universitas Prof. Dr. Hamka (Uhamka) melakukan survei terhadap 1.275 pelajar SMP dan SMA dari 175 kabupaten/kota pada 4-16 September 2022. Pengambilan sampel menggunakan metode random sampling dengan toleransi kesalahan (margin of error) sebesar 2,8%.
Merokok pada usia muda sangat berbahaya karena tubuh mereka masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Zat-zat kimia berbahaya yang terkandung dalam rokok dapat merusak organ-organ vital seperti paru-paru dan jantung. Selain itu, nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan ketergantungan yang sulit dihilangkan. Ketergantungan ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga mengganggu konsentrasi dan prestasi akademik pelajar. Selain dampak fisik dan akademik, merokok pada usia muda juga berpotensi mengganggu perkembangan mental dan emosional. Pelajar yang merokok seringkali mengalami tekanan untuk terus merokok karena pengaruh teman sebaya, yang dapat menyebabkan rasa cemas dan stres. Kebiasaan ini juga dapat mengisolasi mereka dari kegiatan positif dan mendukung, seperti olahraga dan kegiatan ekstrakurikuler, yang penting untuk perkembangan sosial dan emosional. Merokok juga membawa dampak jangka panjang yang serius. Remaja yang mulai merokok pada usia muda memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit kronis seperti kanker paru-paru, penyakit jantung, dan gangguan pernapasan di kemudian hari. Hal ini tidak hanya mengurangi kualitas hidup mereka, tetapi juga membebani sistem kesehatan masyarakat dengan meningkatnya biaya perawatan kesehatan.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, peran keluarga sangat penting dalam mencegah anak-anak dari kebiasaan merokok. Orang tua memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan contoh yang baik dengan tidak merokok dan mengajarkan anak-anak mereka tentang bahaya merokok sejak dini. Komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak mengenai risiko merokok juga dapat membantu anak-anak membuat keputusan yang lebih baik terkait kesehatan mereka. Orang tua dapat memulai dengan menginformasikan anak-anak tentang bahaya kesehatan yang diakibatkan oleh merokok, seperti kerusakan pada paru-paru, jantung, dan sistem pernapasan. Melalui pendekatan yang mendidik dan mendukung, mereka dapat memberikan pengetahuan yang diperlukan kepada anak-anak untuk membuat keputusan yang tepat. Selain memberikan pengetahuan, orang tua juga harus menciptakan lingkungan di rumah yang mendukung gaya hidup sehat tanpa rokok. Ini dapat mencakup menjaga rumah dari asap rokok, mendorong anak-anak untuk terlibat dalam aktivitas olahraga dan kegiatan positif lainnya, serta memberikan dukungan emosional yang kuat kepada anak-anak agar mereka merasa aman untuk berbicara dan bertanya tentang hal-hal yang mereka hadapi, termasuk tekanan untuk merokok dari teman sebaya.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya peran keluarga saja yang dibutuhkan, tetapi peran sekolah juga harus aktif dalam memberikan pendidikan kesehatan mengenai bahaya merokok. Program pendidikan yang terstruktur mengenai risiko merokok dapat membantu meningkatkan kesadaran pelajar. Sekolah juga dapat bekerja sama dengan organisasi kesehatan untuk mengadakan seminar dan kampanye anti-rokok. Sekolah memiliki potensi besar untuk mempengaruhi perilaku dan pola pikir pelajar melalui kurikulum yang disesuaikan dengan pendidikan kesehatan. Materi pelajaran yang mencakup bahaya merokok, efek negatifnya terhadap kesehatan, dan strategi pencegahan yang efektif dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan sehari-hari. Ini tidak hanya memberikan pengetahuan kepada pelajar tetapi juga membantu mereka memahami konsekuensi serius yang mungkin mereka hadapi jika mereka memilih untuk merokok.
Lebih jauh lagi, pemerintah saat ini juga mempunyai banyak peran dalam mengurangi angka perokok di kalangan generasi muda terutama pelajar. Pemerintah dapat memainkan peran yang krusial dengan mengimplementasikan kebijakan yang lebih ketat terkait penjualan dan promosi rokok kepada anak-anak dan remaja. Langkah-langkah ini dapat mencakup regulasi yang lebih tegas terhadap iklan rokok di media massa dan internet, penegakan hukum terhadap penjualan rokok ilegal kepada anak di bawah umur, serta peningkatan pajak rokok untuk mengurangi daya beli mereka yang masih tergolong pelajar. Selain kebijakan regulasi, pemerintah juga dapat meningkatkan investasi dalam program-program pencegahan merokok di sekolah dan komunitas. Ini termasuk alokasi dana untuk kampanye edukasi yang lebih luas, pengembangan materi pelajaran yang relevan, serta pelatihan untuk guru dan konselor sekolah dalam menghadapi masalah merokok di kalangan pelajar. Pendekatan ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya merokok, tetapi juga untuk mengubah norma sosial yang mengesankan bahwa merokok tidak lagi menjadi perilaku yang diterima di kalangan generasi muda.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pemerintah juga dapat bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat, organisasi, dan sektor swasta untuk mendukung inisiatif pencegahan merokok. Contoh kolaborasi lintas sektoral yang bisa dilibatkan antara lain Tobacco Control Ikatan Pelajar Muhammadiyah (TC IPM), CHED ITB Ahmad Dahlan, Indonesia Institute for Social Development (IISD), IYCTC, TC LPAI, dan masih banyak lagi. Kolaborasi ini sangat penting untuk memastikan bahwa upaya pencegahan merokok mencakup berbagai aspek kehidupan pelajar, dari lingkungan keluarga hingga lingkungan sekolah dan masyarakat. Dengan melibatkan berbagai pihak ini, pemerintah dapat memanfaatkan keahlian dan sumber daya yang berbeda untuk mengembangkan strategi pencegahan merokok yang holistik dan efektif. Lembaga-lembaga ini dapat memberikan kontribusi dalam hal edukasi, pelatihan, pengawasan, dan advokasi untuk mengurangi prevalensi merokok di kalangan generasi muda. Kolaborasi lintas sektoral juga dapat memperluas jangkauan program-program pencegahan merokok, sehingga menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan bebas dari merokok bagi pelajar di seluruh Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dengan kerjasama yang baik antara pemerintah, masyarakat, keluarga, dan sekolah, diharapkan angka merokok di kalangan pelajar dapat ditekan secara signifikan. Generasi muda Indonesia diharapkan dapat tumbuh menjadi generasi yang sehat, produktif, dan mampu menanggulangi tantangan masa depan tanpa kebiasaan merokok yang merugikan. Melindungi generasi muda dari bahaya merokok bukan hanya menguntungkan individu secara langsung, tetapi juga merupakan investasi penting bagi masa depan bangsa yang lebih baik secara keseluruhan. Dengan mengedepankan pendidikan, kebijakan yang bijaksana, dan dukungan dari berbagai pihak, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat dan bebas dari merokok bagi anak-anak dan remaja. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan kesehatan mereka secara fisik dan mental, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menjadi pemimpin masa depan yang berdaya saing tinggi dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, upaya bersama dalam mencegah dan mengurangi kebiasaan merokok di kalangan generasi muda harus terus ditingkatkan. Dengan demikian, kita dapat menjaga dan memperkuat masa depan bangsa Indonesia dalam menjawab tantangan global yang semakin kompleks dan beragam.
ADVERTISEMENT
Penulis: Andi Maulana (Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah)