Kampung Gajah: Permata yang Dilupakan

Andin Danaryati
Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
14 Juli 2021 17:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andin Danaryati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Source: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Source: Pixabay

Pernahkah kamu mengunjungi Kampung Gajah? Tempat ini pernah menjadi salah satu destinasi wisata yang terkenal di Bandung. Tempat yang pernah jadi sorotan bagi pengunjung yang datang dengan keluarga untuk berwisata atau sekedar mencicipi cita rasa kuliner di sejumlah resto yang ada di sana kini telah habis umurnya.

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa kali mengunjungi Kampung Gajah, aku menyukai suasana yang ditawarkan tempat wisata tersebut. Dengan udara yang sejuk dan lingkungan asri karena terletak di dataran tinggi, bisa dipastikan kamu akan betah berlama-lama di sana.
ADVERTISEMENT
Pada hari libur, biasanya jumlah pengunjung yang berwisata ke Kampung Gajah bertambah dibanding hari biasa. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya kendaraan yang mengarah naik ke Lembang setiap hari libur.
Ketika Kampung Gajah dibuka pada 2010, tempat ini memiliki banyak wahana yang dirancang untuk dapat dinikmati keluarga. Berlokasi di Jalan Sersan Bajuri, Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat (KBB), tempat wisata ini bisa terbilang hampir tidak pernah sepi pengunjung. Wahana yang paling terkenal adalah kolam ombak dan waterboom. Selain itu, Kampung Gajah juga terkenal dengan wahana berupa perosotan ban di lahan kering pertama di Indonesia.
Hanya saja, sudah bukan rahasia jika tempat wisata yang terkenal karena patung-patung gajah ini mematok biaya yang cukup tinggi untuk setiap pengunjungnya. Di pintu masuk, pengunjung harus membayar tiket seharga Rp 15.000 untuk hari kerja, dan Rp 20.000 saat hari libur. Tiket ini belum termasuk biaya parkir kendaraan dan biaya wahana yang dibayar terpisah.
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang diduga menjadi salah satu alasan dibalik bangkrutnya Kampung Gajah. 13 Desember 2017 merupakan saat di mana taman wisata ini dinyatakan pailit dan akhirnya resmi ditutup pada Mei 2018. Patung-patung gajah di sepanjang jalan masuk menuju tempat wisata ini kemudian dibongkar di pinggir jalan menuju Kampung Gajah.
Setelah beberapa waktu berlalu, wahana yang tadinya dipenuhi pengunjung kini ramai oleh semak belukar. Kolam ombak yang airnya jernih menyusut dan dipenuhi lumut. Jalur seluncuran air juga telah dibongkar, menyisakan bekas fondasinya saja.
Selain itu, trek bermain ATV pun mulai tertutupi rerumputan dan ranting pepohonan hingga keadaannya nyaris tidak dapat dikenali lagi. Namun, di sejumlah sudut masih terlihat beberapa trike bike yang sudah berkarat.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, food and convention hall yang tadinya terlihat indah dengan kaca-kaca besar sekarang tampak suram dan tidak terawat. Coretan graffiti dari tangan-tangan jahil terlihat di sejumlah dinding dan kaca bangunan megah tersebut. Di bawahnya terdapat patung sinterklas tak bertangan, menambah kesan suram tempat tersebut.
Salah seorang mantan karyawan wisata Kampung Gajah, Komar, mengatakan bahwa sejak ditutup, tidak banyak orang yang datang berkunjung ke tempat itu. "Memang sudah lama tak ada kunjungan sejak ditutup Mei 2018 lalu, saat ini dalam tahap lelang," ujarnya.
Kini, tahun demi tahun telah berlalu. Kampung Gajah bukan lagi destinasi wisata menyenangkan bagi pengunjung. Rumput tinggi dan wahana yang terbengkalai sekarang memenuhi tempat itu.
(Andin Danaryati, mahasiswa Politeknik Negeri jakarta)
ADVERTISEMENT