Konten dari Pengguna

Alexithymia: Keterbatasan Mengungkapkan Emosi

Andini Maharani
Mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta
20 Desember 2023 7:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andini Maharani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber foto: https://www.pexels.com/id-id/@olly/
zoom-in-whitePerbesar
sumber foto: https://www.pexels.com/id-id/@olly/
ADVERTISEMENT
Apakah kamu pernah melihat seseorang yang mengalami kesulitan untuk mengekspresikan emosi? Atau mungkin kamu sendiri pernah merasa kesulitan untuk menyampaikan perasaanmu? Kenapa ya ada orang yang kesulitan untuk menyampaikan perasaannya sendiri? Apa yang terjadi jika seseorang tidak bisa mengekspresikan emosinya? Nah, kondisi ini disebut dengan alexithymia. Yuk, kita telusuri bersama mengenai fenomena alexithymia ini!
ADVERTISEMENT
Apa, Sih Alexithymia Itu?
Sedih dan bahagia merupakan salah satu bentuk emosi yang biasa kita rasakan dalam kehidupan. Tapi, gimana kalau kamu lagi galau atau sedih tapi kamu sendiri ga sadar? Kan pasti bingung banget tuh.
Dilansir dari psychology today, alexithymia merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang yang mengalami kesulitan merasakan dan mengekspresikan emosi. Orang yang mengalami alexithymia ditandai dengan kesulitan untuk mengenali dan membedakan antara perasaan dan sensasi tubuh, serta kesulitan dalam menjelaskan perasaan kepada orang lain. Sehingga perlu diingat bahwa orang yang punya alexithymia bukan berati mereka apatis, melainkan sulit untuk menceritakan atau menyampaikan perasaannya kepada orang lain.
Alexithymia bukanlah sebuah gangguan mental, namun tetap diakui sebagai fenomena psikologis karena kondisi ini sering dikaitkan, bahkan muncul bersamaan dengan gangguan mental seperti depresi, post-traumatic stress disorder (PTSD), autisme, atau skizofrenia.
ADVERTISEMENT
Apa Penyebab Seseorang Bisa Mengalami Alexithmia?
sumber foto: https://www.pexels.com/id-id/@anete-lusina/
1. Genetik
Penelitian yang terpublikasi dalam jurnal Psychotherapy and Psychosomatics menunjukkan bahwa ada indikasi alexithymia dapat disebabkan oleh faktor genetik. Dalam hal ini, diyakini bahwa seseorang mungkin mengalami alexithymia jika ada anggota keluarganya yang juga mengalami kondisi serupa.
2. Depresi
Menurut penelitian dalam jurnal Neuropsychiatry and Clinical Neurosciences menyatakan bahwa antara 32-51 persen orang yang mengalami gangguan depresi juga mengalami alexithymia, dan orang yang mengalami alexithymia dua kali lipat lebih mungkin mengalami depresi.
3. Trauma
Orang yang mengalami trauma, terutama pada masa kanak-kanak seperti diabaikan oleh orang tua lebih rentan mengalami alexithymia. Hal ini karena trauma bisa mengakibatkan perubahan pada otak yang membuat seseorang kesulitan merasakan dan mengenali emosi.
ADVERTISEMENT
Dampak Alexithymia
sumber foto: https://www.pexels.com/id-id/@liza-summer/
Jika alexithymia tidak segera ditangani, maka akan mempengaruhi kualitas kehidupan seorang. Berikut beberapa dampak dari alexithymia, diantaranya:
1. Cenderung menunjukkan sikap acuh tak acuh, yang membuatnya sulit berempati dengan orang lain.
2. Memiliki kecenderungan perilaku agresif dan impulsif.
3. Sulit dalam menyampaikan emosi secara konstruktif, sehingga berdampak negatif pada kualitas hubungan.
4. Kurang mempertimbangkan bahwa tindakannya dapat menyakiti orang lain, bahkan tanpa menunjukkan penyesalan.
Mampu merasakan dan mengungkapkan emosi tentu sangat penting karena itu merupakan cara alami untuk melepaskan tekanan emosional yang kita rasakan. Dengan mengenali emosi yang dirasakan akan membuat kita memahami keadaan diri sendiri dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, marilah kita kenali emosi yang ada pada diri kita dan ungkapkan secara perlahan kepada orang terdekat demi menjaga kesejahteraan mental.
ADVERTISEMENT