Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Konten dari Pengguna
Ibu, Orang Tua Rasa Motivator
9 Juli 2021 13:49 WIB
·
waktu baca 4 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 13:57 WIB
Tulisan dari Andini Salsabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak kecil aku sangat dekat dengan Ibu. Ia seorang perempuan sederhana yang selalu ada untuk anak-anaknya. “Menjadi ibu rumah tangga bukanlah hal yang mudah nak” tutur ibu. Ialah yang menjadi kepala keluarga dan mengatur segala kebutuhan anak-anaknya ketika Ayah tidak ada di rumah. Akan tetapi, sebelum menjadi ibu rumah tangga, Ibu pernah menjadi seorang wanita karier yang bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta. Ia sudah bekerja untuk menghasilkan uang sendiri setelah dirinya lulus SMA.
ADVERTISEMENT
Kakekku mempunyai sepuluh anak dan Ibu adalah anaknya yang ke delapan. Dari hasil menjual buah, Kakekku tidak bisa membiayai pendidikan anak-anaknya sehingga mereka harus hidup mandiri untuk menghasilkan uang. Dengan kondisi seperti ini, ibu tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Ibu berkata bahwa, sebenarnya ia ingin sekali melanjutkan pendidikannya tetapi ia sadar kalau Kakek tidak mampu membiayai kuliahnya.
Ibu menikah dengan Ayahku di usia yang cukup muda yaitu ketika ia menginjak umur 22 tahun. Walaupun sudah menikah, Ibu tetap bekerja untuk membantu Ayahku memenuhi keperluan rumah tangga. Ibu menegaskan bahwa penghasilan Ayah saja tidak cukup untuk membayar kebutuhan mereka sehari-hari.
Setelah satu tahun menikah Ibu dikaruniai anak laki-laki. Ia melahirkan anak pertamanya yang merupakan Kakak kandung ku pada tahun 1994. Namun, sejak Kakak ku lahir, Ibu selalu mengkhawatirkannya karena ia sering jatuh sakit. Ibu menjelaskan bahwa dia dan Ayah sangat sibuk bekerja sehingga tidak ada orang yang merawat Kakak di rumah.
ADVERTISEMENT
Ketika itu, Ibu terjebak dalam suatu kondisi yang mengharuskan dirinya memilih antara tetap melanjutkan pekerjaannya atau berhenti bekerja lalu merawat kakak di rumah. Dengan berat hati Ibu berhenti dari pekerjaannya. Ia memilih menjadi ibu rumah tangga untuk merawat Kakak. “Ibu tidak bisa melihat Kakakmu sering jatuh sakit,” ujarnya.
Sebelum menjadi PNS, Ayahku bekerja di perusahaan swasta dengan penghasilan kecil. Oleh karena itu, Ibu sangat sulit melepaskan pekerjaannya untuk membantu keuangan keluarga. Namun, ia berkata bahwa rezeki akan mengalir bila kita ikhlas menjalani pilihan kita. Pada saat itu, ia harus berhemat agar penghasilan Ayah cukup memenuhi kebutuhan keluarga. Namun seiring berjalannya waktu kondisi keuangan keluarga ku semakin membaik sejak Ayah ku bekerja sebagai PNS.
ADVERTISEMENT
Ibu mengatakan, melalui kisah hidupnya yang cukup berat ini, ia jadi mengerti betapa sulitnya menjalani kehidupan. Oleh sebab itu, ia menginginkan anaknya tumbuh sangat baik dengan kasih sayang yang penuh. Pilihannya untuk berhenti bekerja merupakan bentuk kasih sayangnya karena selalu menempatkan anak sebagai prioritas utama di dalam hidupnya.
Ibu tidak pernah memarahi anak-anaknya bila mereka gagal. Ibu mengatakan kegagalan adalah suatu hal yang bisa kita jadikan pelajaran untuk lebih baik dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Ia selalu memotivasi anaknya dengan meyakinkan mereka bahwa mereka itu lebih baik dari apa yang mereka pikirkan.
Ibu mengajarkanku agar dapat menjadi anak yang tidak mudah menyerah jika mengalami kegagalan dan tetap semangat untuk mencoba hal baru. Setiap langkah hidup ku, Ibu selalu mendukung selagi aku melakukan suatu hal yang baik. Ia tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada ku untuk menjalani apa yang ia inginkan.
ADVERTISEMENT
Setiap aku gagal sebenarnya aku merasa sangat buruk kepada Ibuku, karena dia lah alasan utama mengapa aku harus menjadi orang sukses di masa depan. Sejak kecil aku bukanlah anak yang cerdas tetapi Ibu selalu memahami ku dengan tidak terlalu memaksa ku untuk mendapatkan nilai tinggi di sekolah. Namun, karena pemahamannya dan motivasinya kepada ku. Sebagai anak, timbul keinginan untuk memberikan suatu kebanggaan kepada Ibu.
Jadi, ketika SMP aku mulai sadar untuk mulai rajin belajar agar mendapat nilai tinggi di kelas. Sejak itulah Aku berhasil memahami pelajaran dengan sangat baik dan mendapatkan nilai tinggi. Keyakinan, dukungan, dan doa ibu memang sangat memengaruhi kehidupan anak-anaknya.
Pada kondisi yang sama juga terjadi ketika aku tidak berhasil lulus ujian masuk perguruan tinggi negeri mana pun. Namun, saat itu Ibu ku tetap percaya bahwa aku mampu. Bahkan, ia justru mengatakan bahwa diriku tidak boleh stress dan terlalu keras terhadap diri sendiri. Menurut ibu, kondisi psikologis anak merupakan hal utama yang perlu diperhatikan ketika mereka menghadapi suatu tantangan.
ADVERTISEMENT
Ibu merupakan wanita luar biasa yang selalu mengapresiasi keberhasilan dan memotivasi kegagalan anak-anaknya. Bukan hanya menjadi orang tua dan teman, ia juga dapat menjadi motivator bagi kehidupan anak-anaknya.
Andini Salsabila
Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta