Mengenal Sosok W.S. Rendra, Dramawan Terkemuka di Indonesia

Chici Kurniasih
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
14 Desember 2020 11:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Chici Kurniasih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mengenal Sosok W.S. Rendra, Dramawan Terkemuka di Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
W.S. Rendra memiliki nama lahir Willibrordus Surendra Broto Rendra. Ia lahir tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah dan meninggal tahun 2009 di Depok, Jawa Barat. Rendra adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia. Rendra mendapat julukan sebagai "Si Burung Merak" karena penampilannya sebagai deklamator selalu penuh pesona. Sejak muda, ia menulis puisi, skenario drama, cerpen, dan esai sastra di berbagai media massa. Rendra pernah mengenyam pendidikan di Universitas Gajah Mada, dan dari perguruan tinggi itu pulalah ia menerima gelar Doktor Honoris Causa. Pak Broto juga terkenal sebagai orang yang bisa bermain drama tradisional.
ADVERTISEMENT
Rendra menikah dengan Sunarti Suwandi, salah seorang pemain drama dalam grup Bengkel Teater, yang banyak memberikan inspirasi kepada Rendra dalam berkarya. Tahun 1970 ia beralih agama dari Katolik ke Islam, tepatnya ketika ia menikah dengan Sitoresmi Prabuningrat. Sejak saat itu ia hanya memakai nama Rendra, awalnya ia memakai nama W.S. Rendra (Willibrodus Surendra Broto).
Rendra masuk taman kanak-kanak tahun 1942. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan ke SD, SMP, dan SMA hingga tahun 1952. Tahun 1954 Rendra diundang oleh Pemerintah Amerika Serikat untuk menghadiri seminar tentang kesusastraan di Universitas Harvard. Tahun 1964 ia mendapat beasiswa dari American Academy of Dramatical Art (AADA) untuk belajar drama dan seni. Keberangkatannya ke Amerika Serikat itu membuat kegiatan teater di Yogyakarta terhenti. Pendidikannya itu diselesaikannya tahun 1967.
ADVERTISEMENT
Tahun 1968 Rendra mendirikan Bengkel Teater yang kemudian menjadi sangat terkenal di Indonesia karena memberi warna dan suasana baru dalam kehidupan teater di Indonesia, khususnya Yogyakarta. Minat menulis puisi bagi Rendra telah tumbuh sejak ia duduk di SMP kelas 2. Begitu juga, minatnya terhadap drama dan cerita pendek sudah terlihat sejak di SMP. Namun, sajaknya diterbitkan pertama kali tahun 1952 pada majalah Siasat.
Setelah itu, sepanjang tahun 1950-an puisi-puisi Rendra terus dimuat dalam Siasat, Kisah, Seni, Basis, dan Konfrontasi. Pada tahun 1960-an sajak-sajak Rendra terbit dalam majalah Budaya, Indonesia, Mimbar Indonesia, Quadrant, Selecta, dan Horison. Pada tahun 1970-an sajak Rendra banyak dimuat di majalah Pelopor.
Rendra sudah mulai menulis drama sejak di bangku di SMA. Drama pertama yang ditulisnya berjudul "Kaki Palsu", dimainkan di sekolahnya. Pada masa di SMA (1952) ia juga menulis drama yang berjudul "Orang-Orang di Tikungan Jalan". Naskah drama itu memenangi hadiah pertama lomba penulisan lakon Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta tahun 1954.
ADVERTISEMENT
Kegiatannya dalam menulis naskah drama dan bermain drama terus berkembang. Dramanya yang berjudul "Bip-Bop" dipentaskan pertama kali tahun 1968. Drama ini terkenal dengan judul "Teater Mini Kata" karena mempergunakan kata yang sangat sedikit, hanya ditampilkan dalam gerak dan lagu. Tahun 1988 drama itu dipentaskan pula di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Rendra juga menulis drama terjemahan, antara lain Odipus Sang Raja dan Kasidah Barzanji. Rendra juga menulis cerpen dalam berbagai majalah. Salah satu cerita pendeknya berjudul "Ia Punya Leher yang Indah" dimuat dalam majalah Kisah tahun 1956. Beberapa cerita pendeknya dikumpulkannya dalam sebuah kumpulan cerita pendek dengan judul Ia Sudah Bertualang yang terbit tahun 1963. Beberapa karya Rendra telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, Jepang, Hindi, dan Belanda. Menurut saya, dari karya-karya nya lah mengapa W.S Rendra dapat dikatakan sebagai dramawan yang terkemuka di Indonesia.
ADVERTISEMENT