Konten dari Pengguna

Analisis Gaya Ekspositori dalam Film Dokumenter Pulau Plastik

Andrea Christa Dityani
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta
18 Oktober 2024 11:28 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
12
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andrea Christa Dityani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Behind The Scene Pembuatan Film Dokumenter Pulau Plastik | Sumber: Instagram @pulauplastik
zoom-in-whitePerbesar
Behind The Scene Pembuatan Film Dokumenter Pulau Plastik | Sumber: Instagram @pulauplastik
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pulau Plastik adalah film dokumenter yang dirilis pada tahun 2021 oleh Visinema Pictures, bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat Kopernik, Akarumput, dan rumah produksi Watchdoc. Film ini mengangkat tema pencemaran plastik sekali pakai dan dampaknya terhadap makhluk hidup dengan latar belakang yang mencakup berbagai lokasi di Indonesia, termasuk Bali, Gresik, Yogyakarta, Cirebon, dan Jakarta. Dalam film ini, penonton dihadapkan pada gambaran nyata tentang bagaimana polusi plastik mengancam kehidupan manusia dan ekosistem laut.
ADVERTISEMENT
Film ini termasuk memanfaatkan gaya ekspositori, sebuah pendekatan dokumenter yang berfokus pada penyampaian informasi dengan narasi yang berfokus pada fakta dan argumen logis. Dalam konteks ini, Pulau Plastik membahas permasalahan sampah plastik dengan cara mengajak penonton untuk memahami kompleksitas isu ini dan mendorong mereka untuk berkontribusi dalam pencarian solusi. Dengan menggunakan struktur tiga babak, film ini membahas mulai dari pengenalan masalah, analisis dampak, dan solusi yang mungkin diambil.
Babak 1: Pengenalan Masalah Melalui Visual dan Narasi
Visual Pengenalan Masalah Polusi Plastik | Sumber: Netflix
Film dimulai dengan adegan pengujian bioplastik di perairan Bali, di mana plastik tersebut direndam selama enam bulan untuk mengukur biodegradabilitasnya. Lalu melalui narasi voice-over, penonton diajak melihat realitas tumpukan sampah yang menutupi Pantai di Bali, dengan data yang menyatakan bahwa 70% sampah laut berasal dari daratan. Selanjutnya terdapat visualisasi kemasan plastik dari jaman dulu yang masih utuh di alam menggambarkan sulitnya plastik terurai secara alami. Beberapa dampak yang sudah dipaparkan tersebut diperkuat dengan narasi dan visual masyarakat yang aktif menggunakan sampah plastik sekali pakai.
ADVERTISEMENT
Kekuatan film ini terletak pada kombinasi antara fakta, narasi, dan visual yang kuat. Setiap elemen saling melengkapi untuk menyampaikan informasi secara logis dan mudah dipahami. Misalnya, pengujian bioplastik menjadi titik awal narasi yang bukan hanya menunjukkan hasil eksperimen tetapi juga membuka ruang untuk diskusi yang lebih luas tentang efektivitas biodegradabilitas. Selanjutnya, narasi voice-over menggiring penonton untuk memahami kondisi tumpukan sampah yang menutupi pantai di Bali, disertai dengan data bahwa 70% sampah laut berasal dari daratan. Visualisasi kemasan plastik jaman dulu yang masih utuh berfungsi sebagai bukti visual yang memperkuat klaim bahwa plastik sulit terurai. Melalui kombinasi narasi dan visual, penonton dibimbing untuk melihat keterkaitan antara kebiasaan konsumsi manusia dan dampak jangka panjang sampah plastik.
ADVERTISEMENT
Babak 2: Mengupas Kompleksitas Masalah Sampah
Tumpukan Bal Sampah Kertas | Sumber: Netflix
Di babak kedua, film mengeksplorasi akar permasalahan yang mengakibatkan tingginya jumlah sampah plastik di Indonesia. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa Indonesia masih menerima impor sampah plastik kurang lebih sebanyak 100 ribu ton per tahun, yang berasal dari negara-negara asing. Fakta ini diperkuat melalui visual dalam film yang mendokumentasikan kegiatan perusahaan impor sampah kertas daur ulang di Jawa Timur. Di dalam setiap bal sampah kertas tersebut, diselundupkan plastik sekali pakai dari negara asing.
Film ini menggambarkan kompleksitas masalah melalui fakta bahwa sampah plastik sering diselundupkan dalam impor sampah kertas. Hal ini memunculkan pertanyaan tentang lemahnya regulasi dan pengawasan pemerintah dalam mengatasi praktik ilegal tersebut. Visualisasi tumpukan sampah kertas perusahaan pengimpor kertas bekas tersebut memperkuat narasi, menunjukkan bagaimana praktik ini terjadi dan disetujui karena celah dalam regulasi.
Penggunaan Sampah Plastik dan Pembuangan Limbah Pabrik ke Sungai | Sumber: Netflix
Selanjutnya, film mengeksplorasi masyarakat yang bergantung pada sampah sebagai sumber penghidupan, baik melalui industri rumahan maupun pabrik. Perspektif ini menunjukkan bahwa sampah tidak hanya menjadi masalah lingkungan, tetapi juga bagian dari ekonomi beberapa komunitas. Selain itu, film menekankan bahwa pengelolaan sampah yang tidak efektif menimbulkan dampak serius. Limbah yang dibuang ke sungai mencemari air dan mengganggu ekosistem, termasuk ikan-ikan dan tambak masyarakat di hilir sungai. Ketika hasil tambak yang tercemar tersebut dikonsumsi manusia, risiko kesehatan meningkat karena adanya mikroplastik di dalamnya.
Penjelasan Mikroplastik Oleh Ahli dan Uji Laboratorium | Sumber: Netflix
Analisis ekspositori dalam film semakin kuat dengan dukungan uji laboratorium dan wawancara ahli yang menjelaskan dampak mikroplastik pada kesehatan manusia. Untuk memperjelas informasi, film ini memanfaatkan uji feses yang menunjukkan adanya partikel mikroplastik dalam tubuh manusia. Selain itu, visualisasi animasi digunakan untuk menggambarkan bagaimana mikroplastik dapat menyebar melalui aliran darah dan merusak organ tubuh. Kombinasi antara wawancara, uji ilmiah, dan animasi bukan hanya menyajikan fakta tetapi juga membangun argumen yang logis dan mudah dipahami, membuat penonton semakin menyadari bahaya yang ditimbulkan polusi plastik terhadap kesehatan.
ADVERTISEMENT
Babak 3: Ajakan Bertindak dan Kritik atas Solusi Saat Ini
Pawai Tolak Sampah Plastik Sekali Pakai di Jakarta | Sumber: Netflix
Babak ketiga berfokus pada upaya pemecahan masalah. Di sinilah film menunjukkan karakter-karakter yang aktif mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam gerakan melawan penggunaan plastik sekali pakai. Aktivis pada film ini mengadakan sebuah pawai tolak sampah sekali pakai yang dilaksanakan di Jakarta, hal ini bukan hanya sekedar demonstrasi, tetapi juga merupakan sebuah gerakan edukasi yang berupaya membangkitkan kesadaran masyarakat dan mendorong pemerintah untuk lebih bertanggung jawab dalam pengaturan regulasi pengelolaan sampah.
Bioplastik yang Direndam dalam Lautan Selama 6 Bulan Tidak Terurai
Film ini juga tidak ragu untuk menyajikan kontradiksi. Misalnya, eksperimen perendaman bioplastik selama enam bulan yang menunjukkan bahwa plastik tersebut masih tidak terurai dalam air. Hal ini menekankan bahwa, solusi yang ada seperti penggunaan bioplastik belum sepenuhnya efektif dalam mengatasi masalah polusi plastik ini.
ADVERTISEMENT
Gaya ekspositori dalam Pulau Plastik cukup efektif dalam menyampaikan informasi. Narasi yang tegas, wawancara ahli, data, dan visual pada film ini memudahkan penonton memahami masalah polusi plastik dan mendorong adanya tindakan. Dengan struktur tiga babak, film ini tidak hanya mengidentifikasi permasalahan, tetapi juga mengajak penonton terlibat dalam gerakan perubahan, menjadikannya sebagai alat edukasi yang kuat serta pemicu kesadaran akan ancaman polusi plastik terhadap kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.