Konten dari Pengguna

Neraca Pembayaran Indonesia Surplus, Apa Penyebabnya?

Rivalino Andrianto
Mahasiswa Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
12 Desember 2024 17:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rivalino Andrianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Neraca Pembayaran (sumber : https://www.istockphoto.com/id/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Neraca Pembayaran (sumber : https://www.istockphoto.com/id/)
ADVERTISEMENT
Neraca Pembayaran Indonesia Surplus, Apa Penyebabnya?
Pada tahun 2024, kondisi neraca pembayaran Indonesia memberikan gambaran mengenai upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas eksternal di tengah dinamika ekonomi global. Salah satu pencapaian positif adalah surplus pada transaksi modal dan finansial, yang mencapai USD 2,7 miliar pada kuartal kedua. Surplus ini menunjukkan tingginya kepercayaan investor asing terhadap prospek ekonomi domestik, baik melalui investasi langsung maupun portofolio. Salah satu motor utama pertumbuhan adalah investasi langsung dengan surplus USD 1,4 miliar, yang diakui sebagai penopang stabilitas ekonomi domestik.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, tantangan tetap ada, terutama pada transaksi berjalan yang mencatat defisit sebesar USD 3,0 miliar (0,9% dari PDB). Defisit ini didorong oleh tingginya impor barang, pembayaran bunga, dan dividen kepada investor asing. Sementara itu, defisit neraca jasa juga meningkat, sebagian besar disebabkan oleh faktor musiman seperti pelaksanaan ibadah haji. Namun, ada perkembangan positif dalam ekspor jasa, yang menunjukkan pertumbuhan signifikan hingga mencapai USD 9,0 miliar pada kuartal kedua. Hal ini mencerminkan penguatan sektor jasa yang semakin kompetitif di pasar global.
Dalam merespons tantangan ini, pemerintah berfokus pada diversifikasi ekspor melalui pengembangan sektor manufaktur berbasis teknologi tinggi, seperti otomotif dan elektronika. Kebijakan pelarangan ekspor bahan mentah juga terus diintensifkan untuk mendorong hilirisasi industri domestik. Selain itu, pemerintah mengembangkan ekosistem semikonduktor untuk meningkatkan daya saing industri teknologi. Di sektor jasa, kebijakan diarahkan untuk memperkuat layanan keuangan dan teknologi, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih besar dalam beberapa tahun mendatang.
ADVERTISEMENT
Di sisi kebijakan struktural, reformasi regulasi dan peningkatan infrastruktur tetap menjadi prioritas. Pemerintah melalui Indonesia Investment Authority (INA) juga berupaya meningkatkan aliran modal berkualitas, terutama untuk sektor infrastruktur, energi, dan teknologi. Langkah-langkah ini diharapkan dapat mengurangi defisit transaksi berjalan secara bertahap dan memperkuat stabilitas jangka panjang.
Secara keseluruhan, meskipun tantangan masih ada, tren positif dalam neraca pembayaran menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi dan meningkatkan daya saing di pasar internasional. Upaya yang berkelanjutan, termasuk promosi investasi dan penguatan sektor bernilai tambah tinggi, akan menjadi kunci untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan di masa mendatang