Konten dari Pengguna

Melawan Ketidakmungkinan dalam Menalukkan Lahan Gambut di Pulau Burung

Andri Kornelius
Pemuda dari pedalaman Kalimantan yang memiliki passion di bidang Sustainability Development memiliki pengalaman bekerja di bidang konservasi Orangutan. Saat ini bekerja sebagai Science Communication Lead di Tay Juhana Foundation.
13 Agustus 2024 17:28 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andri Kornelius tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penerapan Trio Tata Air  di Pulau Burung, Sumber: Dokumentasi Tay Juhana Foundation
zoom-in-whitePerbesar
Penerapan Trio Tata Air di Pulau Burung, Sumber: Dokumentasi Tay Juhana Foundation
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernahkah kamu mendengar tentang Pulau Burung? Terletak di Indragiri Hilir, Riau, tempat ini menyimpan rahasia tersembunyi di balik hamparan luas perkebunan kelapa. Rahasia ini bukan tentang harta karun, melainkan tentang pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan cerita kelam kebakaran lahan gambut yang sering kita dengar, Pulau Burung menawarkan kisah yang berbeda. Sejak tahun 1986, masyarakat di sana telah menerapkan teknik pengelolaan lahan gambut yang unik, yaitu "Trio Tata Air". Teknik "Trio Tata Air" ini menggabungkan kanal, tanggul, dan bendungan dengan pintu air yang berfungsi seperti sistem peredaran darah yang mengalirkan dan mengatur ketinggian air secara efisien. Kanal-kanal berfungsi sebagai nadi yang mengalirkan air, tanggul sebagai dinding pelindung yang menahan air, dan bendungan sebagai pengontrol yang menentukan ketinggian air dengan presisi.
Perahu pengangkut yang disebut Pompong dalam bahasa lokal.Sumber: Dokumentasi Tay Juhana Foundation
Di Pulau Burung, kanal-kanal bukan hanya sekadar solusi irigasi. Kanal-kanal ini menjadi jalur transportasi utama karena medan gambut tidak memungkinkan pembangunan jalan darat. Masyarakat di sana menggunakan perahu tradisional yang disebut "Pompong" untuk mengangkut hasil panen dan kebutuhan hidup sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Ada cerita menarik tentang Trio Tata Air. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Ihsan Fawzi mengungkapkan bahwa metode ini menghasilkan emisi CO2 yang jauh lebih rendah dan tingkat penurunan tanah (subsiden) yang lebih kecil dibandingkan metode tradisional. Metode tradisional pengelolaan lahan gambut yang biasa digunakan di Pulau Burung dan banyak daerah lain sering kali kurang memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Metode tradisional sering kali hanya fokus pada hasil jangka pendek dengan mengabaikan dampak lingkungan jangka panjang. Teknik ini biasanya melibatkan pengeringan lahan secara berlebihan, menyebabkan oksidasi gambut dan pelepasan CO2 dalam jumlah besar, serta meningkatkan risiko kebakaran lahan.
Selain itu, pembakaran lahan merupakan praktik umum sebelum menanam untuk membersihkan vegetasi yang ada. Pembakaran ini tidak hanya menyebabkan hilangnya vegetasi asli dan fauna, tetapi juga melepaskan emisi gas rumah kaca yang signifikan, termasuk CO2 dan metana. Kebakaran gambut juga sulit dipadamkan dan dapat berlangsung lama, menyebabkan kerusakan ekosistem yang parah.
ADVERTISEMENT
Metode tradisional juga sering kali menggunakan monokultur, di mana hanya satu jenis tanaman, seperti sawit atau kelapa, yang ditanam. Monokultur mengurangi keanekaragaman hayati dan membuat lahan lebih rentan terhadap hama dan penyakit. Selain itu, metode ini membutuhkan input kimia yang tinggi seperti pupuk dan pestisida yang dapat merusak kualitas tanah dan air.
Penggunaan pupuk kimia dan pestisida dalam jumlah besar juga menjadi ciri khas metode tradisional. Meskipun meningkatkan hasil panen dalam jangka pendek, penggunaan berlebihan bahan kimia ini dapat mencemari air dan tanah, mengganggu keseimbangan ekosistem lokal, dan menyebabkan penurunan kualitas tanah dalam jangka panjang.
Tanah yang lebih stabil berkat tingkat subsiden yang rendah memberikan manfaat signifikan bagi petani di Pulau Burung. Mereka tidak lagi harus khawatir kehilangan lahan produktif, yang memungkinkan tanaman kelapa tumbuh dengan lebih baik dan berkelanjutan, serta memberikan jaminan masa depan yang lebih pasti bagi keluarga mereka. Metode pengelolaan lahan gambut yang tepat tidak hanya membantu mengurangi emisi gas rumah kaca tetapi juga menjaga kesuburan tanah, mendukung keanekaragaman hayati, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Perkebunan kelapa yang diatur tinggi muka airnya menggunakan Trio Tata AirSumber: Dokumentasi Tay Juhana Foundation
Tidak hanya itu, sebuah penelitian yang diterbitkan di IOP Science menunjukkan bahwa Trio Tata Air juga membantu mengurangi kebakaran lahan gambut. Kebakaran ini biasanya menghancurkan tanaman, merusak ekosistem, dan menyebabkan polusi udara yang berbahaya bagi kesehatan. Dengan berkurangnya kebakaran, petani di Pulau Burung tidak hanya melindungi tanaman mereka, tetapi juga kesehatan mereka dan komunitas sekitar. Mereka bisa fokus meningkatkan hasil panen dan kualitas hidup tanpa khawatir.
ADVERTISEMENT
Harapan para petani di Pulau Burung kini terletak pada keberhasilan sistem ini. Melalui pengelolaan lahan yang lebih baik dan hasil panen yang meningkat, mereka tidak hanya menciptakan kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan bagi keluarga mereka, tetapi juga menjadi inspirasi bagi komunitas lain untuk mengikuti jejak mereka, memperkuat ketahanan pangan dan ekonomi lokal.