Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Bitcoin, Antara Kemajuan Teknologi dan Krisis Ekonomi (Part 2)
1 Oktober 2017 19:48 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Andri Rahmad Wijaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Bitcoin dan Ethereum (Foto: Flickr)
ADVERTISEMENT
Dua minggu ini, begitu banyak berita-berita baru tentang blockchain technology, cryptocurrency dan bitcoin yang muncul silih berganti. Mulai dari dilarangnya Initial Coin Offering (ICO) di Korea Selatan, terbitnya lisensi dan endorsement pemerintah Jepang terhadap 11 cryptocurrency exchange hingga kabar terbaru dari negara tetangga, Malaysia. Malaysia dikabarkan tengah membahas regulasi untuk legalisasi bitcoin sebagai alat pembayaran sah di negeri jiran. Selain itu, dua hari lalu seperti dilansir dari laman resmi International Monetary Fund (IMF) Christine Lagarde sang Managing Director berkata bahwa “tidak bijak jika kita menolak keberadaan mata uang digital”[1 ]. Semua perkembangan itu berhasil mengerek naik harga semua mata uang digital setelah jatuh bebas sebagai akibat dari pengetatan regulasi di China. Perhatian bank sentral di seluruh dunia sepertinya tidak akan bisa berpaling dari pusaran isu mata uang digital seperti bitcoin, tidak terkecuali di Indonesia. Beberapa tahun lalu, Indonesia telah dengan jelas menyatakan bahwa bitcoin bukanlah alat pembayaran yang sah. Menarik untuk ditunggu bagaimana respons pemerintah Indonesia di masa depan, apakah tetap saklek ataukah mulai membuka diri untuk pilihan baru?
ADVERTISEMENT
Pada tulisan sebelumnya, penulis memulai dengan penjabaran tentang bitcoin. Namun sejatinya, bitcoin bukanlah penyebab dari semua “gangguan” ini. Bitcoin hanyalah salah satu dari ratusan jenis mata uang digital yang ada. Kemunculan mata uang digital seperti bitcoin dan ether hanyalah salah satu dari begitu banyaknya dampak yang bisa disebabkan oleh teknologi blockchain. Pada tulisan kali ini, penulis akan mencoba untuk lebih banyak menjabarkan tentang blockchain dan potensi tak terbatas yang dia miliki.
Apa itu blockchain? Kenapa blockchain begitu disruptive? Bagaimanakah blockchain bekerja? Apa saja potensi blockchain? Kenapa blockchain bisa menghasilkan mata uang?
Blockchain pada intinya adalah representasi digital dari sebuah buku besar yang digunakan untuk membuat atau mencatat transaksi, perjanjian, kontrak dan dokumen apapun yang butuh untuk dicatat untuk kemudian diverifikasi dengan aman menggunakan teknik kriptografi. Bayangkan ketika Anda masih berada di bangku SD dan diwajibkan untuk membayar uang kas kelas, setiap bendahara pasti punya sebuah buku yang digunakan untuk mencatat kas yang masuk dan yang keluar. Nah, buku tersebut adalah contoh representasi dari blockchain.
ADVERTISEMENT
Lantas, kalau hanya representasi sebuah buku, kenapa blockchain begitu hype dan dianggap disruptive? Semua karena keamanannya. Berdasarkan rancangannya, blockchain tidak bisa diubah seenaknya, hal ini mengurangi resiko kecurangan yang mungkin terjadi pada buku besar yang berbentuk fisik. Selain itu, blockchain juga menerapkan teknik kriptografi untuk verifikasi setiap catatan/transaksi baru yang terekam, untuk verifikasinya sendiri bisa dilakukan oleh satu alamat yang sudah ditentukan sebelumnya atau juga bisa dilakukan secara bersama-sama oleh semua alamat yang tergabung dalam jaringan blockchain tersebut (distributed ledger). Pemanfaatan teknik verifikasi dengan menyertakan semua alamat di jaringan inilah yang mendorong terciptanya mata uang digital.
Lalu, bagaimana sebenarnya blockchain bekerja? Mari kembali lagi ke masa kita SD. Ketika kita ingin menyetor uang kas, kita kemudian akan mendatangi bendahara dan kemudian menyerahkan sejumlah uang. Bendahara kemudian memastikan jumlah uang untuk kemudian mencatatnya di buku sesuai dengan uang yang kita berikan. Ada kesepakatan antara kita dan bendahara terkait jumlah uang yang ditransaksikan. Blockchain sama juga. Kita menentukan jumlah uang yang ditransaksikan menggunakan tanda tangan digital kita, kemudian diverifikasi oleh orang lain yang kita tuju atau partner transaksi menggunakan tanda tangan digital mereka. Namun, metode verifikasi untuk blockchain tidak hanya dua arah seperti yang saya jelaskan sebelumnya. Sebagai sebuah distributed ledger, cara kerja blockchain menjadi agak kompleks. Bayangkan di saat SD, semua murid kelas Anda adalah bendahara dan masing-masing memiliki buku kas yang identik. Ketika Anda ingin membayar uang kas, Anda tentu harus menghampiri semua murid untuk mencatat transaksi Anda di setiap buku kas, bukan? Kalau hanya ada pada satu buku saja, transaksi Anda bisa dianggap tidak sah. Kira-kira begitulah blockchain bekerja (tentu saja dengan penyederhanaan yang mungkin terlalu sederhana)
ADVERTISEMENT
Kemudian, apa saja guna blockchain? Mari sejenak kita berpikir, urusan apa di atas di dunia ini yang tidak dicatat atau direkam? Bahkan malaikatpun mencatat pahala dan dosa, bukan? Crowd Companies, sebuah dewan inovasi global yang didukung oleh brand ¬ternama dunia seperti IBM, Nestle dll tahun ini baru saja mempublikasikan sebuah infografis menarik terkait bidang-bidang apa saja yang berpotensi úntuk “diganggu” oleh blockchain.
Membaca infografis tersebut, membuat saya membayangkan era dimana Indonesia menjadi negara maju karena tidak ada lagi penyelewengan-penyelewengan, tidak ada lagi pasal-pasal di RUU yang tiba-tiba hilang, tidak ada lagi satu orang dengan mudah memiliki 3 atau 4 KTP. Semua hanya dengan memanfaatkan teknologi blockchain.
Hei, bagaimana dengan mata uang digital?
ADVERTISEMENT
Dilanjutkan di Part 3