Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Gelar Memang Penting, Tapi Sebaiknya Jangan Ditulis di Sini
11 Januari 2022 9:22 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Andri Saleh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian orang, punya gelar akademik adalah sesuatu yang bisa dibanggakan. Apalagi kalau gelarnya itu panjang berderet-deret. Semakin panjang gelarnya, semakin tinggi rasa bangga dan percaya dirinya. Maklum, enggak semua orang bisa menempuh pendidikan tinggi. Dan, ini yang paling penting, sekolah itu mahal, Bos! Makanya, gelar akademik itu bisa jadi alat buat menaikkan status sosial seseorang di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Saking pentingnya gelar akademik itu, enggak sedikit orang yang selalu mencantumkan gelar akademik di berbagai kesempatan. Padahal setahu saya, gelar akademik itu dituliskan dalam kondisi tertentu saja. Misalnya di forum-forum ilmiah, di kegiatan akademisi, atau di kegiatan lain yang berkaitan dengan gelar yang disandangnya. Sebagai contoh, kamu mencantumkan gelar Master Hukum ketika didaulat jadi narasumber seminar hukum. Itu baru pas. Lain cerita kalau kamu mencantumkan gelar yang sama di isian formulir tes swab PCR. Kalau ini, sih, Jaka Sembung bawa golok. Buat apa?
Memang enggak ada aturan khusus, sih, tentang pencantuman gelar akademik ini. Semuanya terserah pribadi masing-masing. Itu hak setiap orang dan saya enggak bisa ikut campur apalagi intervensi. Tapi, sebaiknya dipikirkan masak-masak kalau mau mencantumkan gelar akademik. Jangan sampai hal ini malah jadi bahan olok-olok dan bikin kamu kelihatan cupu. Ini adalah beberapa contoh media yang sebaiknya jangan kamu cantumkan gelar akademik di dalamnya.
ADVERTISEMENT
#1 Formulir KTP
Dalam isian formulir permohonan KTP ini ada rincian pertanyaan tentang nama lengkap. Seingat saya ada sebanyak 33 kotak yang disediakan di situ. Artinya, kamu bisa menuliskan nama sebanyak 33 karakter, termasuk spasi. Dengan space sepanjang itu, tolong jangan cantumkan gelar akademik di situ, ya. Selain memang cuma diminta nama lengkap, di KTP-nya pun enggak akan dicantumkan gelar akademik.
#2 Daftar hadir pertemuan
Ketika kamu menghadiri suatu pertemuan, entah itu pertemuan warga kelurahan, atau kegiatan kantor, atau bahkan acara resmi pemerintahan, sebaiknya jangan cantumkan gelar akademik, ya. Kecuali kalau memang diminta pihak panitia atau memang tema pertemuan ada kaitannya dengan gelar yang disandang.
#3 Buku tamu
Buku tamu biasanya dijumpai ketika datang ke kantor-kantor, perpustakaan, atau acara resepsi pernikahan. Plis, kalau memang enggak ada kepentingan ilmiah di tempat-tempat itu, jangan cantumkan gelar akademik kamu. Enggak akan ada efeknya sama sekali. Kecuali, ya, misalnya kamu cantumkan gelar Doktor di buku tamu acara resepsi pernikahan lalu dapat merchandise yang agak mahal gitu. Nah, kalau begitu aturannya, sih, monggo wae.
ADVERTISEMENT
#4 Artikel populer
Dalam penulisan artikel di media cetak atau online, pencantuman gelar akademik sebetulnya sangat penting. Karena gelar akademik itu akan memperkuat opini dalam artikel yang sudah kamu tulis. Apalagi kalau artikel itu artikel ilmiah, wajib hukumnya mencantumkan gelar akademik. Tapi, ya, kalau menulis artikel populer di blog atau media lain yang nggak ilmiah-ilmiah banget, kayaknya enggak perlu deh sampai mencantumkan gelar akademik. Malah jadinya aneh, loh.
#5 Surat undangan
Nah, yang ini masih sering saya jumpai, khususnya di surat undangan pernikahan. Banyak juga, kok, yang mencantumkan gelar akademik calon mempelai pria dan wanita dalam surat undangan. Meski enggak ada hubungan antara acara pernikahan dan gelar yang disandangnya, tapi ya saya maklum saja. Bisa jadi itu karena permintaan pihak keluarga yang susah ditolak oleh calon mempelai.
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk surat undangan kedinasan, sudah ada aturan enggak ada pencantuman gelar akademik. Lihat saja surat undangan dari gubernur, menteri, bahkan presiden sekalipun, hanya ditulis nama lengkap saja, tanpa gelar akademik.
Sekali lagi, pencantuman gelar akademik ini terserah ke pribadi masing-masing. Yang mau pakai gelar akademik, ya monggo. Yang enggak mau pakai juga nggak apa-apa. Bagaimana pun, semuanya bakalan balik lagi ke attitude masing-masing. Percuma juga, kan, punya gelar akademik panjang berderet-deret tapi attitude-nya jelek. Lihat, tuh, oknum pejabat yang korup atau oknum akademisi yang genit, apa enggak kurang panjang gelar akademik mereka?