Konten dari Pengguna

Libur Panjang Waisak Sulap Gunung Prau Menjadi Seperti Pasar

Andri Sulistyo
Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Boyolali. Menaruh minat pada dunia jurnalistik, isu sosial, budaya populer, dan fenomena unik di sekitar kita. Aktif menulis artikel dengan gaya observatif, ringan, dan dekat dengan pembaca.
13 Mei 2025 17:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andri Sulistyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Wonosobo 11 Mei 2025 - Libur panjang Hari raya waisak tahun ini menyebabkan salah satu gunung favorit di kawasan wonosobo, yaitu Gunung Prau mendadak menjadi sangat ramai seolah seperti pasar.
ADVERTISEMENT
Ratusan bahkan mungkin ribuan pendaki dari berbagai daerah memadati jalur pendakian sejak jumat malam (9/5) hingga minggu malam (11/5). Antrian pendaki terlihat jelas mengulir sangat panjang di jalur utama pendakian Gunung Prau via Basecamp Patak Banteng.
Suasana jalur pendakian antara Pos 2 dan Pos 1 Gunung Prau Bescamp Patak Banteng, tampak padat oleh pendaki yang turun. Foto diambil oleh penulis saat perjalanan turun
zoom-in-whitePerbesar
Suasana jalur pendakian antara Pos 2 dan Pos 1 Gunung Prau Bescamp Patak Banteng, tampak padat oleh pendaki yang turun. Foto diambil oleh penulis saat perjalanan turun
Bahkan tidak hanya di jalur utama pendaki juga harus bergantian untuk mengambil foto di spot ikonik seperti Bukit Teletubbies dan Puncak Gunung Prau.
Puncak Gunung Prau saat libur Waisak dipadati pendaki. Foto diambil oleh penulis
“Kami sudah sampai puncak sejak pukul 08.00 tapi sampai jam 10.00 masih saja belum dapat giliran untuk foto. Sampai di atas bukannya langsung lega, malah bingung mau berdiri di mana”  ujar Dyah (23), pendaki asal Boyolali  yang mengaku kaget dengan kondisi jalur yang lebih ramai dari biasanya.
Namun di sisi lain, keramaian ini menunjukkan bahwa masyarakat kita mulai mencintai wisata alam. Tinggal bagaimana cara mencintainya dengan lebih bijak. Menurut saya, Gunung Prau mungkin akan terus jadi gunung favorit, tapi semoga ke depannya bisa tetap terjaga, tidak rusak, dan tidak kehilangan esensi alaminya. Sebab sejatinya, kita naik ke gunung untuk mencari ketenangan, bukan meninggalkan jejak keramaian.
Foto penulis bersama rekan pendakiannya
ADVERTISEMENT