Charlie Hebdo dan Kebebasan Berekspresi

Andria Wibisono
KKN DR UIN WS 75 Kel. 14
Konten dari Pengguna
7 November 2020 13:41 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andria Wibisono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Majalah Charlie Hebdo
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Majalah Charlie Hebdo
ADVERTISEMENT
Kebebasan berekspresi yang dilakukan majalah Charlie Hebdo telah menyulut amarah umat muslim di seluruh dunia, karena karikatur Nabi Muhammad SAW yang dimuatnya. Bahkan, seoarang guru di Prancis harus terbunuh setelah menunjukkan karikatur tersebut di depan muridnya.
ADVERTISEMENT
Beragam tindakan sebagai reaksi atas munculnya karikatur tersebut mulai bermunculan, mulai dari serangan dan pengeboman di kantor redaksi majalah Charlie Hebdo hingga pemboikotan berbagai produk Prancis oleh Umat Muslim.
Kebebasan berekspresi yang dijadikan tameng untuk memvisualkan Nabi Muhammad SAW adalah suatu kesalahan fatal, karena memvisualkan Nabi Muhammad SAW adalah suatu larangan keras bagi seluruh umat Islam.
Ini sudah dijelaskan dalam sebuah hadist, dimana Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa berdusta kepada saya dengan sengaja maka dipersilahkan untuk menempati duduknya di api neraka". (HR Muttafaq 'Alaih)
Hadist tersebut menegaskan bahwa tidak akan ada upaya yang mampu menggambarkan beliau dalam bentuk apapun secara sempurna. Dan jika ada yang melakukannya justru orang tersebut telah jatuh dalam suatu kedustaan yang mengatasnamakan Rasulullah SAW.
ADVERTISEMENT
Kebebasan berekspresi bukanlah hal yang salah, tetapi bukan berarti bebas sebebas-bebasnya. Kebebasan berekspresi boleh asal sesuai dengan koridor yang ada. Islam sendiri melarang kebebasan berekspresi yang menunjukkan penghinaan atas hal sakral yang diyakini suatu kaum. Jadi, kebebasan berekspresi bukan berarti kita dapat bertindak sesuka hati.