Konten dari Pengguna

Khayalan dan Dunia Nyata

Andrian Maulana Ali
Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
17 Desember 2022 19:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andrian Maulana Ali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pexels.com
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Siapa di sini yang pernah berkhayal? Atau bahkan sering melakukannya? Kalau zaman sekarang, sering disebut halu. Hayo, siapa yang suka halu? Halu bisa masuk ke isekai? Travelling keliling dunia? Bisa debut sebagai idol dan bertemu sang idola? Atau halu mengenai masa depan yang indah seperti di film atau drama yang baru saja ditonton?
Sebenarnya, halu atau berkhayal (daydreaming) merupakan hal yang wajar-wajar saja jika kita lakukan. Baik itu dilakukan secara sadar maupun tidak. Hampir setiap harinya kita mengalami yang namanya berkhayal, walaupun hanya sekilas. Contohnya ketika pikiran kita tiba-tiba terbesit pengalaman yang memalukan sehingga membuat kita senyum-senyum sendiri. Pasti ada beberapa diantara kalian yang pernah mengalami hal tersebut, bukan?
Berkhayal dapat menjadi berbahaya ketika kita sudah sering melakukannya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan saking asyiknya berkhayal, kita jadi terlarut dalam khayalan yang kita buat sehingga tidak sadar kalau sudah banyak waktu yang dihabiskan untuk hal tersebut. Memang, dengan berkhayal, kita bisa membuat dunia yang kita inginkan dan menjadikannya seolah-olah nyata, yang sebenarnya hal tersebut tidak terjadi dalam dunia nyata kita (our real life). Walaupun mengetahui itu, hal tersebut tetap kita lakukan karena mungkin di dunia nyata, kita tidak bisa hidup sesuai dengan keinginan kita atau bisa jadi karena punya banyak permasalahan dan penyesalan sehingga bisa dikatakan dunia khayalan merupakan tempat pelarian. Dunia khayalan itulah yang membuat kita menjadi bahagia dan lupa akan dunia nyata tempat kita tinggal. Nah, bila hal tersebut terjadi pada diri kita, kita perlu waspada dan berhati-hati. Bisa jadi kita mengalami yang namanya maladaptive daydreaming.
ADVERTISEMENT
Apa sih maladaptive daydreaming itu? Bagaimana ciri-cirinya? Dan apa yang harus dilakukan untuk menghindarinya? Yuk, simak artikel ini sampai akhir, ya.

Mengenal Lebih Dekat yang Namanya Maladaptive Daydreaming

Dilansir dari Halodoc dengan artikel yang berjudul “Terlalu Sering Melamun, Hati-Hati Tanda Maladaptive Daydreaming” (2022), dapat dikatakan bahwa maladaptive daydreaming merupakan sebuah kondisi seseorang yang banyak menghabiskan waktunya untuk berkhayal dan tenggelam dalam khayalannya tersebut sehingga ia tidak fokus dalam kehidupannya. Saking seringnya berkhayal, seseorang dengan maladaptive daydreaming ini bisa menjadikan berkhayal sebagai sebuah kebiasaan.
Dampak dari maladaptive daydreaming adalah mempengaruhi pikiran dan emosi orang yang mengalaminya. Karena apa? Karena seseorang dengan maladaptive daydreaming ini akan sangat serius dengan khayalannya sehingga menghabiskan waktu yang lama. Hal tersebut dapat mengganggu kendali fungsi eksekutif, seperti pengambilan keputusan dan membuat perencanaan.
ADVERTISEMENT

Mencirikan Maladaptive Daydreaming

Setelah tahu tentang apa itu maladaptive daydreaming, kita perlu mengetahui apa saja tanda-tanda orang yang mengalami maladaptive daydreaming agar kita bisa membedakan mana orang yang sedang berkhayal biasa dan mana orang yang mengalami maladaptive daydreaming.
Berikut, ciri-ciri orang yang mengalami maladaptive daydreaming yang dilansir dari Halodoc (2022).

1. Khayalan Intens dan Detail

Orang yang mengalami maladaptive daydreaming akan berkhayal secara intens. Selain itu, khayalannya akan sangat detail dan jelas. Kalau diibaratkan, khayalannya seperti sebuah film yang sudah menentukan alur, latar, dan tokoh.

2. Khayalan Kompleks

Orang yang mengalami maladaptive daydreaming, khayalannya akan kompleks dan semakin rumit. Kalau diibaratkan seperti film juga, khayalannya memiliki banyak sekali tokoh, alur dan latarnya juga jelas, serta memiliki konflik.

3. Durasi yang Lama

Orang yang mengalami maladaptive daydreaming akan menghabiskan banyak waktu untuk berkhayal sehingga melupakan aktivitas yang akan dilakukan. Karena apa? Seperti yang sudah disampaikan, khayalannya sudah sangat detail dan rumit sehingga membutuhkan banyak waktu untuk berkhayal.
ADVERTISEMENT

4. Sengaja

Orang yang mengalami maladaptive daydreaming akan sengaja menyiapkan atau meluangkan waktunya untuk berkhayal. Seakan-akan, berkhayal sudah menjadi sebuah kebutuhan.

5. Terasing dari Dunia Nyata

Orang yang mengalami maladaptive daydreaming memiliki keinginan yang begitu kuat untuk berkhayal sehingga ia akan fokus dalam berkhayal. Hal tersebut bisa menyebabkan ia memisahkan diri dari lingkungan sekitarnya karena keasyikan dengan khayalannya.

Kiat Sukses Mengalahkan Maladaptive Daydreaming

Berkhayal memang sangat mengasyikkan karena bisa meningkatkan mood kita. Contohnya, yang tadi sedih jadi gembira setelah berkhayal. Namun, apabila sering dilakukan, sampai-sampai mengganggu aktivitas kita, maka berkhayal akan membawa dampak buruk bagi kehidupan kita, salah satunya menurunkan kualitas hidup kita.
Untuk menghindari hal tersebut, bagi orang yang mengalami maladaptive daydreaming, perlu kiranya untuk mengalahkan yang namanya maladaptive daydreaming. Salah satu kiat suksesnya adalah konsultasi atau berobat ke psikolog atau psikiater. Biasanya, penanganan yang akan dilakukan oleh psikolog atau psikiater terhadap orang yang mengalami maladaptive daydreaming dengan cara melalui terapi kesehatan mental (psikoterapi) dan salah satu jenisnya adalah Terapi Perilaku Kognitif (CBT). Terapi ini membantu orang dengan maladaptive daydreaming untuk memahami alasan di balik layar, mengapa orang tersebut melakukannya dan memberitahu bagaimana cara mengelolanya. Walaupun begitu, bisa jadi tiap orang memerlukan penanganan yang berbeda karena berdasarkan riwayat kesehatan, kondisi, dan keadaan yang dialami.
ADVERTISEMENT
Bagi orang yang mengalami maladaptive daydreaming, kalian harus ingat bahwa kalian hidup di dunia nyata, bukan di dunia khayalan. Seindah-indahnya khayalan, hal tersebut tetaplah sesuatu yang tidak nyata. Jangan sampai karena itu, kalian menyia-nyiakan yang nyata. Oleh karena itu, kalian harus berusaha untuk mengalahkan dan melepaskan diri dari yang namanya maladaptive daydreaming. Cheers. You can do it!
Referensi:
Halodoc, R. (2022). Terlalu Sering Melamun, Hati-Hati Tanda Maladaptive Daydreaming. halodoc. https://www.halodoc.com/artikel/terlalu-sering-melamun-hati-hati-tanda-maladaptive-daydreaming