3 Tahun Jokowi-JK, Sudahkah Ramah Inovasi Startup Teknologi?

Andrias Ekoyuono
Chief of Corporate Strategy, kumparan
Konten dari Pengguna
17 Oktober 2017 10:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andrias Ekoyuono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
3 Tahun Jokowi-JK, Sudahkah Ramah Inovasi Startup Teknologi?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Terpilihnya Jokowi menjadi Presiden di 2014 merupakan harapan dan angin segar bagi inovasi startup teknologi di Indonesia. Dengan latar belakang beliau sebagai wirausahawan dari Solo, pengalaman beliau sebagai inovator di pemerintahan, juga ketertarikan dengan teknologi serta startup meningkatkan optimisme para pelaku startup teknologi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Setelah menjabat, Presiden Jokowi juga menunjukkan antusiasme yang sama, bahkan boleh bisa dibilang makin besar, terhadap startup teknologi. Sering sekali beliau menyebutkan keinginan beliau agar startup, pemerintah, dan masyarakat bisa maju bersama dengan memanfaatkan teknologi. Tidak terhitung berapa kali Presiden Jokowi menunjukkan komitmen tersebut.
Namun apakah komitmen beliau bisa terwujud oleh eksekusi jajaran pemerintahan di bawah Presiden atau bisa didukung oleh jajaran legislatif ? Nanti dulu.
Simpang-siur
Itu mungkin adalah salah satu kata yang bisa mewakili kondisi pemerintah menghadapi derasnya inovasi startup, dan kadang menjadi ironis.
Salah satu contohnya adalah soal transportasi online. Di satu sisi Presiden berkali-kali membanggakan transportasi online dan pengaruhnya, tapi sering kali kita membaca berita tentang pelarangan transportasi online oleh beberapa level pemerintahan. Menhub pernah, Pemprov pernah, apalagi Pemerintah Kota/Kabupaten. Pemerintah sering tak berdaya menghadapi tekanan pengusaha angkutan konvensional, tetapi melupakan kepentingan rakyat dalam jumlah lebih besar, yaitu : konsumen, pengemudi transportasi online, dan usaha-usaha yang terbantu oleh mereka.
ADVERTISEMENT
Contoh yang lain, misalnya e-commerce. Perencanaan roadmap e-commerce yang sudah terlihat berhati-hati dan menyeluruh, namun industri malah menjadi gaduh dengan berbagai isu soal pajak e-commerce yang nampak tidak dikomunikasikan dengan baik dengan para pelaku ecommerce yang beragam ukuran. Soal pajak ini juga menjadi sasaran kritik terutama bila mengingat bahwa terdapat raksasa internet global, Facebook dan Google, yang seharusnya menjadi sasaran utama bagi pemenuhan pendapatan negara dari pajak.
Pendanaan Inovasi dan Startup
Bagaimana agar pendanaan terhadap riset, inovasi, dan startup bisa diakses dengan mudah? Apakah juga sudah ada realisasi dari wacana untuk memberikan insentif kepada para investor kecil maupun besar agar mau membiayai startup teknologi dari tahap ide hingga berkembang? Perlu diingat bahwa investasi di teknologi adalah investasi yang beresiko, namun bila tidak terdapat cukup pendanaan maka inovasi bisa mandek. Apakah sudah cukup terdapat terobosan-terobosan pendanaan yang lain melalui hibah, dana CSR, hingga perbankan?
ADVERTISEMENT
Para pelaku startup teknologi tahap awal rasanya saat ini masih mengandalkan angel investor (yang belum mendapat cukup insentif dari pemerintah) dan berbagai kompetisi startup yang sifatnya insidentil untuk menjadi ajang mereka mendapat akses ke pendanaan. Belum terdapat akses pendanaan yang sifatnya kontinyu dari pemerintah. Akses pendanaan itu seharusnya bisa diakses setiap saat dengan persyaratan yang konsisten, sehingga bisa menjadi tujuan pasti buat mereka yang baru memulai startupnya.
Engineer, Engineer, Engineer
Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi, khususnya meningkatnya jumlah dan skala startup teknologi, memiliki konsekwensi peningkatan kebutuhan engineer-engineer handal. Tidak hanya programmer, tapi juga banyak keahlian lain seperti IT infrastructure, data scientist, hingga QA/QC. Dan karena sifat internet yang tanpa batas, maka setiap startup teknologi dituntut mampu bersaing secara teknologi dengan beragam perusahaan regional maupun global.
ADVERTISEMENT
Peningkatan jumlah kebutuhan IT engineer ini dibarengi dengan kebutuhan skill set yang mungkin berbeda dengan dihasilkan oleh kebanyakan insitusi pendidikan. Tentu saja tidak bisa dipecahkan oleh para startup saja, tapi juga oleh pemerintah dan juga para stakeholder bidang pendidikan.
Diperlukan terobosan dari pemerintah Indonesia agar Indonesia bisa memiliki makin banyak IT engineer berkualitas global. Kita bisa berkaca dari sejarah India, Cina, dan Korea dalam mengembangkan pendidikan untuk melahirkan para engineer. Langkah-langkah lain misalnya adalah kebijakan dan insentif yang tepat agar dapat menarik kembali diaspora Indonesia serta merekrut para engineer berkemampuan global untuk bekerja bersama dengan para engineer lokal di Indonesia.
Apakah yang bisa dilakukan Presiden Jokowi ?
Saya bermimpi bila Presiden Jokowi bisa memimpin sendiri langkah-langkah akselerasi startup teknologi Indonesia laiknya beliau memimpin pembangunan infrastruktur. Mungkin dalam intensitas yang tidak sama, namun dalam skala perhatian yang signifikan. Kenapa ? Karena banyak isu harus diselesaikan lintas kementrian maupun lintas wilayah, dan mungkin juga mesti terintegrasi dengan pembangunan sektor lain.
ADVERTISEMENT
Isu-isu di atas saya rasa akan bisa terselesaikan bila Presiden Jokowi memantau poin-poin utama secara langsung, dan diawasi progressnya, seperti layaknya beliau blusukan ke proyek infrastruktur. Bahkan mungkin bisa tercipta kolaborasi yang tidak terbayang sebelumnya. Terlebih bila bisa ditemukan benang merah antara mengembangkan startup teknologi dengan berbagai program utama pemerintah serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Masih ada waktu untuk berbenah dan mewujudkan inovasi yang berkemanfaatan.
Menurut kalian, apa lagi yang harus Presiden Jokowi lakukan untuk startup teknologi ? Sampaikan pendapat kalian di kolom komentar
Photo by Štefan Štefančík on Unsplash