Konten dari Pengguna

Seikat Philia untuk Semua

Andy Arnolly Manalu
ASN, di Kota Jambi. A Floydian and KLanis.
2 Desember 2023 19:20 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Andy Arnolly Manalu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto dokumentasi oleh Atta/Bagus
zoom-in-whitePerbesar
Foto dokumentasi oleh Atta/Bagus
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Filsuf klasik, Plato membagi jawaban atas salah satu pertanyaan paling rumit di dunia yaitu cinta menjadi tiga konsep yaitu philia, eros dan agape. Banyak orang mungkin akrab atau setidaknya pernah mendengar konsep eros dan agape. Eros adalah konsep tentang cinta yang individualistik antara lawan jenis yang lazim diawali dengan ketertarikan fisika.
ADVERTISEMENT
Ada naluri alami seperti hasrat seksual yang hadir. Agape adalah konsep atau bentuk cinta yang paling tinggi menurut Plato. Agape tidak berfokus pada fisik, transaksi atau untung-rugi. Agape adalah bentuk cinta yang selalu mengembangkan orang yang dicintai, berkorban untuk perkembangannya dan membangun perasaan melindungi yang abadi. Cinta ibu kepada anaknya adalah contoh sederhana.
Lalu bagaimana dengan Philia? Konsep satu ini meletakkan cinta pada posisi yang berbeda dengan eros dan agape. Pada philia, cinta mengejawantah dalam hubungan antar teman, sahabat, rekan kerja atau karena kesamaan latar belakang. Cinta yang meminjam lirik lagu lawas milik Sindentosca, bisa mengubah “Hal yang tak mudah menjadi indah..”.

Menemukan Philia

Aku pikir dalam imajinasi yang sederhana, philia adalah keniscayaan yang paling memungkinkan dirangkai dibandingkan eros dan agape. Seorang kawan lama pernah bilang, bahwa ia lebih nyaman menjalin pertemanan dengan banyak orang ketimbang jatuh cinta pada lawan jenisnya. Aku tahu, dia tidak sedang patah hati waktu itu. Seperti aku pernah menyaksikan bahwa eros terkadang absurd.
ADVERTISEMENT
Ada manifestasi cinta yang menyakiti-disakiti namun tak lantas mendatangkan jerih. Maaf dan memaafkan seperti saling berbagi kesempatan. Pada akhirnya, ada yang langgeng dan bergandeng tangan sepanjang jalan. Ada pula yang memutuskan berpisah jalan.
Sejak hari Rabu aku Bersama kawan-kawan sekantor mengikuti family gathering. Tajuknya, Jelajah Sumatera Barat. Sejenak lepas dari rutinitas dan aktivitas yang repetitif. Kau tentu tahu kawan, terkadang rutinitas sudah serupa mahzab bagi mereka yang bekerja dalam sistem dan organisasi yang baku. Menjadi diri sendiri tetap bisa tapi regulasi adalah kunci. Tak perlu kuperjelas, kurasa kau sudah dan harus mahfum.
Momentum seperti ini adalah kesenangan yang ditunggu-tunggu. Aku tidak akan bercerita tentang indahnya Mandeh, mempesonanya Bukittinggi dengan ragam kuliner yang membuat lemak di tubuhku dan tubuhmu semakin menekan jalan darah atau syahdunya tidur dalam tenda di Lembah Harau ditemani ritmisnya rinai hujan dan suara alam. Biarlah itu menjadi bagian para penutur perjalanan yang saban hari bisa kau simak lewat gawai di tanganmu.
ADVERTISEMENT
Aku mau bercerita tentang philia tadi. Sejak lama aku suka mendengarkan dan mencermati. Entah kenapa, kedua laku tersebut menurutku adalah penyeimbang dari agresivitas seorang Gemini seperti aku. Sisi baiknya, aku bisa mengolah hasil dari mendengar dan mengamati menjadi tulisan seperti kali ini.
Sepanjang perjalanan dan sebelum meringkuk dalam selimut jelang tidur aku mendengarkan percakapan-percakapan yang cair dan egaliter. Ada adikku yang bercerita bahwa dia suka momen seperti ini. Ada rekan kerja yang tadinya segan untuk sekadar menyapa dan bergabung hanya dalam hitungan semalam telah bisa guyub dan mau bertukar cerita dan tawa. Seorang kawan lain bilang, “betapa menyenangkan jika setiap tahun ada kegiatan seperti ini”. Ketika kutanya apa alasannya, dia tersenyum penuh misteri.
ADVERTISEMENT
Melalui dua contoh percakapan tersebut aku menyimpulkan telah menemui philia atau setidaknya benih philia. Akuilah bahwa sering kali rutinitas dan hirarki sering membuat nilai relasi dan interaksi yang ideal terabaikan. Terkadang tak bisa dibedakan lagi mana rasa sungkan dan takut. Padahal semuanya meminjam istilah Dek Haikal dan Ilham, hanyalah soal mindset.
Aku tak tahu apakah istilah tersebut muncul karena keseringan menonton filsuf dadakan Bayam Sore atau memang sebentuk kesadaran ekstensial bahwa (re)posisi seorang manusia adalah mengenai apa yang ada di pikirannya dan kemudian membentuk pilihan sikap dan turunannya.
Kalau misalnya demikian, maka kebersamaan kali ini telah mereposisi banyak konsep yang sebelumnya hadir ke dimensi yang baru. Aku pikir, masing-masing dari kami sebagai manusia dewasa telah menyadarinya meskipun mungkin dalam gradasi yang berbeda-beda.
ADVERTISEMENT
Jika ada prasangka maka dalam 1-2 hari dia tak berubah menjadi syak wasangka malah jadi permakluman. Jika sebelumnya ada jarak maka dalam 1-2 hari, semua dirapatkan melalui percakapan kecil dan sapaan di sepanjang perjalanan. 1-2 orang ada pula yang terlalu menghayati aktivitas tidur dan aku beberapa kali meledeknya. Tak apa, tidur pun adalah pilihan bukan?
Pada akhirnya, aku, kau dan kita yang tergabung dalam sebuah organisasi kerja formal dengan seabrek aturan harus menerima apa adanya. Sebagai seorang yang pernah makan doktrin, “terima atau tolak seluruhnya”, aku mahfum. Tapi, tidak semua orang bisa serta merta demikian. Ada proses yang mesti dilalui.
Kesalingpengertian adalah philia itu sendiri. Tak perlu menggebah cemeti atau memukul bagian belakang pelana untuk membuat kuda berlari kencang. Cukup dengan belaian lembut pada surai dan bisikan, “ayo….kita sudah terlambat” akan membuat seekor Kuda melesat cepat. Tentu ini hanya tamsilan, kawan. Manusia bukan Kuda meski kadang dipaksa kerja keras Bagai Kuda…hahaha…
ADVERTISEMENT
Hari ini perjalanan kami masih berlanjut. Aku melihat wajah-wajah yang mungkin keletihan tapi tak bisa menyembunyikan pula semburat kegembiraan. Ketenangan untuk sejenak lepas dari rutinitas yang menuntut. Tawa-tawa lepas, jokes yang kian malam kian gelap namun memancing gelegar tawa serta denting gitar dan lirik-lirik lagu yang pernah dan masih akrab di telinga.
Aku pikir kami seperti sedang mempartisi ulang ruang-ruang memori dan membuang cache yang mengganggu. Seperti terapi energi yang tidak hanya datang dari ruang-ruang sepi perenungan tapi bisa juga dari keikhlasan membuka diri. Philia mengisyaratkan rasa bahagia datang melihat kawan-kawan berbahagia dan berkembang dengan caranya masing-masing.
Aku melihat bahwa kami telah punya seikat philia untuk semua. Semoga.