Konten dari Pengguna

Makanan yang Mengandung Bahan Kimia atau Zat Aditif

Anfasa Praditaningrum
Mahasiswa S1 Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
23 Oktober 2022 14:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Anfasa Praditaningrum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto : Dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto : Dokumentasi pribadi
Sumber foto : Dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto : Dokumentasi pribadi
Sumber foto : Dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto : Dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saat ini banyak sekali masyarakat indonesia yang tidak memperhatikan makanan apa yang mereka makan. Karena kebanyakan masyarakat indonesia hanya mengedepankan enaknya saja, dan tidak memperhatikan gizinya. Sifat seperti inilah yang membuat produsen makanan nekat. Banyak cara yang dilakukan produsen untuk menambah daya tarik berbagai jenis makanan, salah satunya adalah dengan cara menambahkan zat aditif dalam makanan tersebut. Permasalahannya sekarang adalah bahwa tidak sedikit masyarakat yang menggunakan zat aditif untuk makanan dengan takaran yang berlebihan atau bahkan menggunakan zat aditif yang bukan diperuntukkan untuk makanan. Zat aditif adalah zat-zat kimia yang ditambahan pada makanan yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari yang dapat berupa zat pewarna, pemanis, pengawet dan penyedap dengan tujuan dalam rangka meningkatkan kualitas yang meliputi warna, penampilan, rasa dan awet.
ADVERTISEMENT
Contoh zat aditif atau bahan kimia yang paling sering digunakan adalah pewarna makanan buatan. Pewarna makanan buatan adalah bahan kimia yang digunakan untuk menambah warna dan mempercantik tampilan makanan agar lebih menarik perhatian. Salah satu contoh pewarna makanan yang berbahaya adalah Methanil Yellow. Metanil yellow merupakan zat warna sintetis yang digunakan untuk memberi warna kuning pada industri tekstil, kertas, tinta, plastik, kulit, dan cat. Namun tidak sedikit produsen yang menyalahgunakan untuk mewarnai berbagai jenis makanan seperti kerupuk, mie, tahu, dan makanan jajanan yang berwarna kuning mencolok. Ciri-ciri makanan yang menggunakan methanil yellow biasanya memiliki warna kuning mencolok. Penggunaan bahan kimia berlebih seperti methanil yellow untuk jangka pendek dapat menyebabkan sakit perut, diare, demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah sedangkan pada jangka panjang dapat menyebabkan kanker tumor, gangguan saraf, gangguan fungsi hati, iritasi lambung, dan gangguan fungsi sel.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya methanil yellow saja, terlalu banyak mengonsumsi pewarna buatan jenis apapun bisa menyebabkan penyakit seperti alergi, alergi merupakan masalah lain yang berkaitan dengan pewarna makanan buatan. Beberapa penelitian telah melihat reaksi alergi terhadap pewarna makanan, termasuk asma dan gatal-gatal. Penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang rentan terhadap gatal-gatal dan bengkak cenderung lebih cepat bereaksi terhadap pewarna makanan tertentu. Selain itu, pewarna makanan juga bisa menyebabkan penyakit kanker. Kanker sendiri terjadi akibat perubahan (mutasi) gen (DNA) dari sel-sel tubuh sehingga berkembang menjadi sel abnormal yang tidak akan mati dan tumbuh tanpa bisa dikendalikan. abnormal yang tidak akan mati dan tumbuh tanpa bisa dikendalikan.
Mulai sekarang, kita harus lebih pintar dalam memilih makanan. Kita juga harus bisa membedakan mana makanan yang menggunakan pewarna buatan atau tidak. Cara mengetahui apakah makanan yang kita konsumsi mengandung pewarna makanan buatan atau tidak yaitu dengan cara membaca label kemasan makanan secara teliti agar terhindar dari segala efek seperti yang sudah disebutkan di atas. Cara lainnya adalah dengan membatasi konsumsi berbagai makanan kemasan yang berwarna-warni. Konsumsilah makanan sehat kaya akan nutrisi yang alami. Ini tidak hanya mencegah Anda terkena efek berbahaya dari pewarna makanan berbahaya saja, tapi juga dapat menjaga kesehatan Anda secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT