news-card-video
16 Ramadhan 1446 HMinggu, 16 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Bencana Alam Berulang: Salah Alam atau Salah Manusia?

Angel Silalahi
Saya adalah seorang Mahasiswa semester 6 Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Katolik Santo Thomas
16 Maret 2025 10:52 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Angel Silalahi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi banjir bandang sumber foto : canva
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi banjir bandang sumber foto : canva
ADVERTISEMENT
Banjir bandang yang melanda kota padangsidimpuan tanggal 13/3 yang diakibatkan dari curah hujan tinggi yang melanda kota padangsidimpuan. Mengakibatkan rumah penduduk banyak yang digenangi air sehingga mereka mengungsi ke tempat yang lebih aman. Tidak itu saja curah hujan tinggi ini juga mengakibatkan sungai batang ayumi meluap sampai keatas jembatan, terlihat air sudah berada diatas jembatan sekitar jam 24.00 WIB. Banjir ini mempengaruhi 3 kecamatan di Padangsidimpuan, dengan dampak yang cukup parah di beberapa wilayah. Di Desa Huta Lombang, Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara, warga telah bersiaga mengantisipasi kemungkinan meluapnya sungai di dekat Bendung Paya Sordang, yang sebelumnya pernah menyebabkan banjir di pemukiman penduduk. Selain itu, di Kelurahan Sihitang, Sungai Batang Angkola yang merupakan muara seluruh sungai di kota ini telah meluap.Di sungai batang angkola ini juga ditemukan korban yang bernama feri siregar (21) di temukan dalam keadaan meninggal dunia pada jumat(14/3/2025) sekitar pukul 12.30 WIB.(AntaraSumut.com) (waspada.id). Hal ini mengakibatkan masyarakat setempat merasa was-was, Erwin nasution anggota DPRD kota padangsidimpuan dari partai PAN mengatakan sampai saat ini masyarakat sekitar lingkungan kelurahan Wek V kecamatan padangsidimpuan selatan sudah banyak yang mengungsi karna air sudah batas paha orang dewasa. (hariantabagsel.com)
ADVERTISEMENT
Jika bencana ini dipandang hanya sebagai takdir atau ujian semata, tanpa refleksi dan evaluasi mendalam maka besar kemungkinan kejadian serupa akan terulang. Dalam situasi seperti ini, solidaritas dan empati dari seluruh masyarakat Indonesia sangat dibutuhkan. Ungkapan "Pray for Padangsidimpuan" yang ramai di media sosial dan media massa juga ikut menyuarakan hal ini. Di zaman serba digital, media sosial menjadi alat utama bagi anak muda untuk mengekspresikan empati terhadap suatu kejadian. Tidak mengherankan jika ungkapan "Pray for Padangsidimpuan" ramai beredar di berbagai platform digital seperti TikTok, Instagram, dan Twitter bahkan juga televisi.
Namun, muncul pertanyaan: Apakah tren ini didorong oleh empati yang tulus atau sekadar mengikuti arus viral? Faktanya, tidak sedikit anak muda yang membagikan berita atau foto tanpa memastikan kebenarannya. Bahkan, ada yang mengunggah video korban tanpa izin, hanya demi mendapatkan perhatian dan interaksi di media sosial. Menyebarkan informasi tanpa verifikasi dapat menyesatkan publik dan memperparah situasi. Anak muda perlu lebih bijak dalam menggunakan media sosial, memastikan bahwa informasi yang disebarkan benar adanya, dan menghindari eksploitasi tragedi demi konten semata.
ADVERTISEMENT
Namun doa saja tidak cukup, diperlukan aksi nyata untuk membantu meringankan beban mereka yang terkena dampak banjir. Bantuan bisa berupa makanan, pakaian, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya sangat diperlukan saat ini. Selain itu, relawan yang siap membantu evakuasi dan pemulihan pasca-bencana juga sangat dibutuhkan.
Pemerintah daerah dan pusat harus bergerak cepat dalam menangani bencana ini. Penanganan yang sigap dan terkoordinasi akan meminimalisir dampak lanjutan dan memastikan bantuan tepat sasaran. Selain itu, evaluasi terhadap sistem drainase dan infrastruktur kota perlu dilakukan untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Anak muda juga dapat berperan aktif dengan memberikan donasi melalui lembaga-lembaga resmi yang terpercaya. Selain itu, penyebaran informasi yang akurat dan tidak menyesatkan sangat penting untuk menghindari kepanikan dan memastikan bantuan tersalurkan dengan efektif. Kejadian ini mengingatkan kita akan pentingnya kesadaran lingkungan. Penggundulan hutan, pembuangan sampah sembarangan, dan pembangunan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan dapat meningkatkan risiko bencana alam. Oleh karena itu, upaya pelestarian lingkungan harus menjadi prioritas bersama. Selain itu anak muda juga bisa mengedukasi masyarakat mengenai kesiapsiagaan bencana perlu di tingkatkan sehingga dapat meminimalisir korban jiwa dan kerugian material.
ADVERTISEMENT
Peran media dalam memberitakan bencana juga sangat krusial. Pemberitaan yang objektif, akurat, dan empatik akan membantu meningkatkan kesadaran publik serta mendorong partisipasi aktif dalam upaya bantuan dan pemulihan. Namun salah satu tantangan etika anak muda saat ini adalah meningkatnya sikap individualisme akibat budaya digital. Banyak yang lebih sibuk dengan dunia maya dibanding dengan realitas sosial di sekitarnya. Padahal, saat terjadi bencana seperti ini, empati dan aksi solidaritas sangat diperlukan.
Mengucapkan “Pray for Padangsidimpuan” adalah hal yang baik dan menunjukkan rasa empati. Namun, kita tidak bisa berhenti hanya pada doa. Tindakan nyata jauh lebih dibutuhkan, baik dari masyarakat, pemerintah, maupun pihak terkait lainnya. Banjir dan longsor yang terjadi harus menjadi pelajaran berharga agar ke depan kita lebih siap, lebih peduli, dan lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan serta tata kelola kota.
ADVERTISEMENT
Saatnya kita mengubah kepedulian menjadi aksi. Karena pada akhirnya, doa yang paling nyata adalah usaha untuk mencegah tragedi serupa terulang kembali.
Penulis mahasiswa Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Katolik Santo Thomas Medan