Konten dari Pengguna

Menguak Kembali Kisah Pemberontakan PKI 1948

Angela Merici Arvisca Rianneta
Mahasiswa Illmu Sejarah UNNES
30 April 2022 21:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Angela Merici Arvisca Rianneta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pemberontakan PKI 1948 di Madiun. Dok: Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemberontakan PKI 1948 di Madiun. Dok: Pribadi.
ADVERTISEMENT
Adanya pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok Partai Komunis Indonesia atau biasa disebut dengan PKI yang terjadi pada tanggal 18 September 1948 di mana Kemerdekaan Indonesia baru berusia tiga tahun. Ada sekelompok orang yang tidak paham apa arti kemerdekaan apa yang harus dilakukan setelah kemerdekaan bahkan ada yang justru mengisinya dengan kegiatan yang mengacaukan persatuan bangsa. Banyak juga yang mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan nasional, meskipun seharusnya setiap warga negara harus lebih mementingkan kepentingan negara bersama daripada mementingkan kepentingan pribadi.
ADVERTISEMENT
Pemberontakan yang dilakukan PKI mengakibatkan negara dan bangsa akan mengalami kesulitan untuk maju dan berdaulat, karena pemerintah harus memberi waktu untuk meredakan aksi pemberontakan itu yang seharusnya dipakai untuk menata negara yang baru merdeka. Pemberontakan PKI muncul dari kesalahan dalam "perhitungan politik" PKI, yang percaya bahwa organisasi tersebut mendapat dukungan luas dari mayoritas rakyat Indonesia khususnya dari golongan pekerja petani. Namun, perhitungan politik mereka tidak didasarkan pada pemahaman yang benar tentang falsafah hidup masyarakat Indonesia yang mengutamakan kehidupan yang tenteram, sejahtera, damai, aman.
Komunisme hanya ada berkembang di hati para pejuang PKI, rakyat terutama kamu buruh tani yang tidak mengerti apa-apa tentang politik. Mereka mengikuti para pejuang PKI hanya karena mereka patuh, bukan semata-mata karena mereka memahami komunisme dengan baik. Saat pemberontakan berlangsung, mayoritas rakyat Indonesia yang bekerja sebagai buruh tani tidak ikut berjuang bersama pemimpin PKI. Pemberontakan PKI hanya didukung oleh sekelompok orang yang tidak siap dengan pemberontakan. Mereka hanya dipersenjatai dengan senjata seadanya yaitu jenis senjata yang biasa mereka gunakan untuk kegiatan pertanian mereka. Hanya tentara polisi yang dilengkapi dengan senjata lengkap yang siap mendukung pemerintah.
ADVERTISEMENT
Pemberontakan PKI di Madiun berlangsung singkat yaitu pada tanggal 18 hingga 30 September 1948. Latar belakang pemberontakan PKI Madiun 1948 adalah peristiwa jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin pada tahun 1948 yang kemudian dia menandatangani perjanjian Renville yang ternyata justru merugikan pihak Indonesia. serta adanya doktrin yang muncul disebabkan karena Muso Amir membuat rencana untuk menggoyahkan kepercayaan masyarakat Indonesia berakibat semua kelompok saling bermusuhan penuh curiga.
Beberapa Tujuan yang ada di dalam peristiwa pemberontakan PKI di Madiun 1948 diungkapkan oleh A.H. Nasution yaitu:
1. Pasukan PKI profesional Musso disingkirkan dari pertempuran ditempatkan pada posisi yang agak strategis.
2. Menyelenggarakan demonstrasi besar-besaran.
3. Madiun menjadi tempat untuk bergerilya dengan tujuan untuk melanjutkan perjuangan.
ADVERTISEMENT
4. Selain adanya tentara resmi, ada juga tentara-tentara tidak resmi.
5. Solo menjadi tempat untuk mengalihkan perhatian.
Pada tanggal 18 September 1948, PKI kelompok warok Ponorogo juga terlibat konflik dengan adanya pertentangan tentang pemerintah Indonesia yang pada saat itu berkedudukan di Yogyakarta. Peristiwa pemberontakan PKI di Madiun 1948 menyebabkan Gubernur Jawa Timur yakni RM Suryo, dokter pendukung kemerdekaan Moewardi, juga beberapa petugas dari polisi tokoh agama tewas dalam pertempuran. Hal ini mendorong pemerintah Indonesia untuk bertindak tegas melancarkan kampanye represi sejak 20 September 1948 di bawah komando Kolonel A.H. Nasution. Selain melewati kekacauan di Madiun, TNI juga harus menghadapi Belanda. Pada 31 Oktober 1948, Musso tertembak saat berlari di dekat Ponorogo, juga mantan Perdana Menteri Amir Sjarifuddin serta tokoh kiri lainnya juga ditangkap dijatuhi hukuman mati.
ADVERTISEMENT
Namun, pemberontakan PKI muncul kembali pada 30 September 1965 karena bangsa Indonesia lengah terhadap aksi-aksi PKI. Pemberontakan kali ini jauh lebih baik direncanakan, namun juga gagal karena tidak adanya dukungan luas yang berasal dari rakyat Indonesia khususnya Tentara Nasional Indonesia (TNI) juga kepolisian.