Efek Buruk Silent Treatment Bila Diterapkan oleh Suami Istri dalam Berkeluarga

Angela Vidya Octaviani
Mahasiswa Universitas Pembangunan Jaya Prodi Manajemen
Konten dari Pengguna
30 Oktober 2023 11:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Angela Vidya Octaviani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
freepik.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap orang pasti memiliki caranya sendiri untuk mengatasi kemarahannya atau kekecewaan dengan seseorang. Beberapa orang mampu untuk mengungkapkan pendapat diri atas kemarahan atau kekecewaan yang ia lalui. Tetapi ada beberapa orang yang memilih diam dalam mengatasi kemarahan atau kekecewaan tersebut, hal ini biasa disebut dengan silent treatment. Silent treatment atau perilaku mendiamkan adalah penolakan untuk berkomunikasi secara verbal dan elektronik dengan seseorang yang ingin berkomunikasi. Dengan kata lain orang akan menarik diri dari kehidupannya saat merasa kecewa dan melakukan penolakan komunikasi dengan berbagai cara. Walau terkadang terdapat juga orang yang melakukan silent treatment dengan tujuan agar seseorang yang membuat kemarahan atau kekecewaan tersebut menjadi sadar atas kesalahannya. Tetapi apakah baik jika melakukan silent treatment jika sudah berkeluarga?. Mari kita simak beberapa efek buruk dari silent treatment bila diterapkan saat berkeluarga.
ADVERTISEMENT

Tidak saling mengerti satu sama lain

freepik
Keluarga tentunya dikepalai oleh kepala rumah tangga atau bisa disebut dengan suami. Tidak hanya kepala rumah tangga saja pastinya didampingi oleh ibu rumah tangga atau bisa disebut dengan istri. Komunikasi antar keduanya tentunya harus terus terjalin dan juga baik adanya. Agar nantinya dari komunikasi yang baik akan menciptakan hubungan yang baik juga antar keduanya. Sikap suami maupun istri juga tidak selalu memiliki sikap yang sama. Menurut Widiasworo (2017: 81) bahwa “Pemahaman merupakan kemampuan untuk menghubungkan atau mengasosiasikan informasi-informasi yang dipelajari menjadi “satu gambar” yang utuh di otak kita”. Maka dari itu mereka harus tetap harus dapat memahami dan mengerti satu sama lain. Contohnya seperti saat ada pertengkaran kecil diantara keduanya, ada yang harus bersikap mengalah dan juga tidak ikut tersulut emosi bukan? Nyatanya hal tersebut salah bila diterapkan. Sebaiknya bila terjadi pertengkaran baik kecil maupun besar keduanya harus sama-sama mengalah dan mendengarkan sudut pandang masing-masing agar terciptanya satu pemahaman yang sama dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Maka dari itu pasangan suami istri harus menghindari tindakan silent treatment saat berkeluarga.
ADVERTISEMENT

Masalah Lama Menumpuk Dengan Masalah Baru

pexels.com
Permasalahan dalam berkeluarga yang dirasakan oleh suami istri tentunya akan terus berjalan seiringan. Menurut Istijanto, masalah merupakan bagian penting dalam suatu proses riset, karena masalah dapat menghadirkan petunjuk berupa jenis informasi yang nantinya akan sangat dibutuhkan. Sebagai suami istri permasalah diantara keduanya harus dapat diselesaikan sebelum mereka menyelesaikan masalah keluarga. Masalah keluarga yang di maksud disini merupakan masalah, baik yang dihadapi oleh anak ataupun masalah anak terhadap orang tuanya. Bila permasalahan suami istri diabaikan dengan silent treatment tentunya suami istri tidak bisa menyelesaikan permasalahan keluarga. Dengan kata lain masalah yang sebelumnya tidak terselesaikan dengan baik tetapi permasalahan yang lain malah menumpuk dengan permasalahan yang lama. Sehingga akan muncul kekacauan dan juga keributan berkepanjangan dalam keluarga.
ADVERTISEMENT

Penyesalan Datang di Kemudian Hari

pexels.com
Efek buruk dari silent treatment tentunya akan terciptanya penyesalan. Janet Landman, seorang psikolog sosial berpendapat, penyesalan adalah keadaan kognitif dan emosional yang menyakitkan karena menyesalkan atas kemalangan, keterbatasan, kehilangan, kelemahan, pelanggaran, atau kesalahan. Hal ini berhubungan dengan poin satu dan poin kedua. Dimana bila terjadi permasalahan terus menumpuk dan tidak terselesaikan satu persatu dengan baik tentunya penyesalan akan terjadi di akhir. Contohnya seperti setelah suami istri mengalami permasalahan lebih besar lagi kedepannya tetapi hal tersebut disikapi dengan silent treatment. Tentunya kita tidak mengerti perasaan masing-masing pasangan, tetapi kita bila mana kita sudah lelah melakukan silent treatment tidak akan menciptakan emosi yang meledak. Hal tersebut bisa terjadi dan menyebabkan hal berkepanjangan seperti terlanjur mengucapkan kata-kata yang menyakitkan bagi pasangan kita. Selanjutnya akan terciptanya penyesalan seperti “Seharusnya aku tidak mengatakan hal seperti itu” atau “Aku menyesal mengatakan hal tersebut padahal aku tidak bermaksud seperti itu”. Maka keterbukaan harus ada di setiap pasangan suami istri, agar nantinya tidak ada emosi yang meledak hingga terjadi penyesalan atau akhir yang tidak diinginkan.
ADVERTISEMENT
nah dari poin-poin tersebut kita telah mempelajari efek buruk dari silent treatment bila diterapkan oleh suami istri dalam keluarga. Keterbukaan komunikasi akan terjalin hubungan yang baik juga di antara pasangan. Maka dari itu stop melakukan silent treatment dan mari mengkomunikasikan segala hal pada pasangan kita ya!
Referensi
https://id.wikipedia.org/wiki/Perlakuan_mendiamkan
http://repositori.unsil.ac.id/641/6/8.%20BAB%20II.pdf
https://www.pelajaran.co.id/pengertian-masalah-menurut-para-ahli-dan-jenis-jenis-masalah-terlengkap/
https://pijarpsikologi.org/blog/hidup-berdampingan-dengan-penyesalan?format=amp