Konten dari Pengguna

Mengulik Fakta Sejarah Perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang

ANGELA WINDI DJASKIANDINI
Saat ini sedang menempuh pendidikan di Prodi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak
19 Maret 2024 7:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ANGELA WINDI DJASKIANDINI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto: Dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto: Dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
Etnis Tionghoa bermigrasi dari China Selatan ke Kalimantan Barat dimana mereka kemudian mendiami daerah-daerah di pesisir barat. Mereka yang mendiami daerah pesisir barat kebanyakan adalah orang-orang khek atau hakka. Mata pencaharian mereka. Menurut Mary Soomers Heidhues pada mulanya orang-orang Tionghoa diminta oleh Sultan Sambas dan Raja Mempawah untuk menambang emas di kawasan Monterado mereka kemudian membangun perkampungan dan hunian di daerah sekitar tambang.
ADVERTISEMENT
Berkembangnya Kota Singkawang tidak lepas dari peranan orang Tionghoa dengan aktivitas yang berkembang seperti perniagaan, kebudayaan, dan keagamaan. Para penambang emas yang bermukim di perhuluan Sambas dan Mempawah seperti di Monterado, Lumar, Bengkayang dan Sangking menjadikan Singkawang sebagai kota perniagaan dan pelabuhan. Kebudayaan Tionghoa kemudian berkembang di kota ini ditandai dengan berdirinya tempat peribadatan seperti pekong atau kelenteng dan kedua berdirinya pasar dan rumah-rumah tradisional Tionghoa. Salah satu perayaan yang menjadi identitas budaya masyarakat Tionghoa di Singkawang adalah Cap Go Meh.
Cap Go Meh merupakan tradisi yang dibawa oleh masyarakat Tionghoa. Perayaan ini dilaksanakan pada akhir perayaan Imlek dihari ke lima belas. Tujuan perayaan ini untuk tahun ini dan sekaligus harapan agar musim berikutnya diperoleh yang lebih baik. Perayaan Cap Go Meh di Singkawang diwarnai dengan beberapa rangkaian kegiatan. Salah satunya adalah atraksi Tatung (Louya). Tatung adalah media utama dari perayaan Cap Go Meh yang digunakan untuk menangkal roh jahat dan membersihkan kota serta kelenteng dari kejahatan atau nasib buruk.
ADVERTISEMENT
Perayaan Cap Go Meh telah melewati periode sejarah Singkawang dari masa tradisional, kolonial hingga sekarang. Perayaan ini dilaksanakan mulai dari mengelilingi pasar dan sekeliling kelenteng. Di era Orde Baru (1966-1998), perayaan Cap Go Meh khususnya ritual tatung dilarang dipertontonkan di depan umum. Akan tetapi di era pemerintahan Presiden Abdurachman Wahid menerbitkan Keppres No. 6 tahun 2000 yang mencabut Inpres No. 14 tahun 1967 tentang agama, kepercayaan, dan adat istiadat Tionghoa. Dengan terbitnya Keppres ini, maka perayaan Konghuchu ataupun aktivitas kebudayaan warga Tionghoa lainnya tidak perlu lagi ijin khusus. Pada pemerintahan berikutnya Megawati Soekarno Putri melalui Keppres RI No. 19 tahun 2002 menetapkan Tahun Baru Imlek menjadi Hari Libur Nasional.
ADVERTISEMENT
Angela Windi Djaskiandini, Refti Yusli Ananda, Thalia Lania Arsi Salsa Billa
Pendidikan Sejarah
Universitas Tanjungpura