Praktik Soft Diplomacy Indonesia Melalui Batik

Angelina Eugene
Mahasiswa
Konten dari Pengguna
21 Mei 2023 10:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Angelina Eugene tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perajin menyelesaikan proses pembuatan motif batik di Rumah Batik Palbatu, Jakarta Selatan, Kamis (1/10). Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Perajin menyelesaikan proses pembuatan motif batik di Rumah Batik Palbatu, Jakarta Selatan, Kamis (1/10). Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman, baik dari segi budaya, kepercayaan dan latar belakang masyarakat yang berbeda-beda. Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnis yang berbeda dengan bahasa, adat istiadat, dan kepercayaan yang unik.
ADVERTISEMENT
Beberapa ciri khas dari Indonesia yang sangat kental adalah batik, wayang kulit, tari kecak, dan lain-lain. Batik merupakan seni tekstil tradisional khas Indonesia, dalam pembuatan batik sendiri menggunakan lilin yang diaplikasikan pada kain untuk memberikan efek resist.
Eksistensi batik sudah dimulai pada saat zaman kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, batik digunakan untuk memberikan kesan estetika pada pakaian pemimpin kerajaan dan menjadi simbol status sosial di kala itu.
Hal ini terbukti dari beberapa penemuan kain batik pada artefak-arkeologis dari kerajaan-kerajaan kuno seperti Kerajaan Mataram dan Kerajaan Sriwijaya.
Ilustrasi pengrajin yang sedang membuat batik Kampung Batik Laweyan Foto: Shutter Stock
Batik menjadi populer di kalangan aristokrasi Jawa pada abad ke-17 hingga abad ke-18 dan batik dikembangkan menjadi motif-motif yang lebih kompleks dengan mengadopsi motif flora dan fauna.
ADVERTISEMENT
Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 batik menjadi simbol kebanggaan nasional dan tepat pada tanggal 2 Oktober 2009 UNESCO mengakui batik sebagai Warisan Budaya Tak Benda Manusia yang Melekat.
Sekarang batik sudah dikenal di seluruh penjuru dunia, tak jarang juga Indonesia menggunakan batik sebagai soft diplomacy dalam kerja sama internasional. Soft diplomacy adalah diplomasi yang berupaya untuk mempengaruhi negara lain baik dari segi sikap, opini dan juga keyakinan melalui kegiatan non-kontradiktif.
Soft diplomacy sendiri berfokus pada pengaruh jangka panjang dan mencoba untuk menciptakan kepercayaan dan kerja sama antar negara tanpa menggunakan kekerasan atau ancaman. Indonesia memilih batik karena batik dipercaya mudah diterima oleh masyarakat asing.
Ilustrasi pengrajin di Kampung Batik Trusmi, Cirebon. Foto: Arief Adhari/Shutterstock
Diplomasi batik berhasil membawa citra yang baik untuk Indonesia dan berhasil memberikan kesan yang baik bagi Indonesia dalam kerja sama internasional. Tujuan dari internasionalisasi batik ini sendiri adalah untuk nation branding.
ADVERTISEMENT
Indonesia sudah menggunakan soft diplomacy menggunakan batik sejak pemerintahan Ir. Soekarno.Bahkan semua Presiden Indonesia dari tahun ke tahun menggunakan baju batik di banyak kesempatan seperti Presiden Soeharto yang selalu menggunakan batik ketika berkunjung ke luar negeri atau pada saat kunjungan politik luar negeri.
Dalam soft diplomacy batik dinilai cukup cepat dalam memberikan efek global. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana batik diterima dan digunakan oleh pemimpin-pemimpin negara lain. Mantan presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela, mengungkapkan bahwa ia sangat mencintai batik.
Awal mula Mandela mengenal baju batik adalah ketika Mandela berkunjung ke Indonesia pada tahun 1990 mewakili Organisasi Kongres Nasional Afrika dan Mandela menerima hadiah batik, pada saat kunjungan keduanya sebagai Presiden Afrika Selatan pada tahun 1997, Mandela juga menggunakan batik sebagai simbol kedekatan antara Indonesia dengan Afrika Selatan.
Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela (kiri) mengucapkan selamat tinggal kepada Presiden Indonesia Suharto di depan tangga istana kepresidenan 15 Juli 1997. Foto: JOHN MACDOUGALL / AFP
Sejak saat itu Mandela mengungkapkan bahwa Mandela terkesan dengan bentuk dan juga corak batik dan Mandela mulai menggunakan baju batik sebagai simbol kedekatan Indonesia dengan Afrika Selatan.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya Nelson Mandela saja tetapi masih banyak pemimpin-pemimpin negara lain seperti Xi Jinping sebagai presiden Cina yang terkesan dengan corak batik yang unik.
Dengan ini batik dinilai berhasil dalam mempresentasikan Indonesia di kancah internasional. Batik akan selalu hadir mewarnai pagelaran budaya di tingkat internasional dan banyak industri batik Indonesia yang memberikan pelatihan dan juga kursus membuat batik di luar negeri dengan ribuan peminat.
Sebaiknya kita sebagai penerus generasi bangsa harus melestarikan dan juga mempertahankan budaya batik agar eksistensi batik semakin diakui dunia.