Konten dari Pengguna

Inflasi Terkendali, Daya Beli Masyarakat Terus Tergerus: Apa Solusinya?

angelina najmani
Mahasiswa Universitas Ciputra Surabaya
28 April 2025 11:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari angelina najmani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Inflasi 2025 di Indonesia diperkirakan terkendali di kisaran 2,5% ±1, sesuai dengan target yang ditetapkan Bank Indonesia. Dalam Laporan Kebijakan Moneter terbaru, Bank Indonesia menegaskan bahwa inflasi inti tetap stabil, didukung oleh pasokan domestik yang memadai dan koordinasi erat antara pemerintah pusat, daerah, serta otoritas fiskal dan moneter. Namun, realitas di lapangan menunjukkan hal berbeda. Banyak masyarakat mengeluhkan naiknya harga kebutuhan pokok, membengkaknya biaya hidup, hingga berkurangnya kemampuan berbelanja.
ADVERTISEMENT
Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana solusi untuk menjaga daya beli di tengah inflasi yang "diam-diam" menggerus isi dompet?
Penulis: Angelina Medina Najmani, mahasiswi Universitas Ciputra Surabaya. (Foto: Doc. Ist)
zoom-in-whitePerbesar
Penulis: Angelina Medina Najmani, mahasiswi Universitas Ciputra Surabaya. (Foto: Doc. Ist)
Apa Itu Inflasi dan Mengapa Mempengaruhi Daya Beli? Secara sederhana, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa dalam periode tertentu. Dalam batas wajar, inflasi sehat bagi pertumbuhan ekonomi. Tapi jika pendapatan masyarakat tidak naik seiring kenaikan harga, daya beli otomatis melemah. Di 2025 ini, fenomena shrinkflation makin sering terjadi: ukuran produk diperkecil, harga tetap sama, tanpa banyak disadari konsumen.
Penyebab Daya Beli Melemah Meski Inflasi Terkendali
Ada beberapa penyebab yang membuat daya beli masyarakat tetap menurun, meskipun inflasi secara angka terlihat stabil. Kenaikan harga pangan global menjadi salah satu faktor utama. Gangguan pasokan dunia mendorong harga bahan makanan pokok melonjak, membuat beban pengeluaran rumah tangga bertambah. Di sisi lain, ketegangan geopolitik internasional memicu lonjakan harga energi, yang berujung pada biaya transportasi dan produksi yang lebih mahal.
ADVERTISEMENT
Fluktuasi nilai tukar rupiah juga turut memperparah situasi, terutama untuk barang-barang impor yang kini harganya lebih tinggi di pasar domestik. Ditambah lagi dengan kebijakan fiskal dalam negeri, seperti kenaikan tarif PPN, yang memperbesar beban belanja masyarakat. Situasi ini makin terasa saat momen tertentu seperti Ramadan, Lebaran, dan tahun ajaran baru, di mana permintaan meningkat tajam sehingga harga barang-barang pun ikut melonjak.
Dampak Langsung ke Kehidupan Sehari-hari
Dalam kondisi ini, banyak masyarakat mulai melakukan berbagai penyesuaian. Belanja menjadi jauh lebih selektif dan terarah pada kebutuhan primer. Konsumen juga mulai beralih ke merek-merek lokal yang lebih ramah di kantong, sekaligus lebih aktif memburu diskon di berbagai marketplace online. Tak sedikit pula yang memanfaatkan pasar barang bekas untuk memenuhi kebutuhan sekunder seperti elektronik dan pakaian. Jika tren ini terus berlanjut, ada risiko penurunan konsumsi nasional secara lebih luas. Padahal, belanja rumah tangga adalah salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Solusi untuk Menjaga Daya Beli
Menjaga daya beli masyarakat memerlukan langkah dari berbagai pihak. Dari sisi pemerintah, stabilisasi harga bahan pokok menjadi prioritas utama, termasuk memperkuat distribusi dan menjaga stok nasional. Pemerintah juga perlu mempertimbangkan pemberian subsidi energi untuk mencegah lonjakan harga listrik dan bahan bakar. Di samping itu, percepatan program bantuan sosial yang tepat sasaran akan sangat membantu kelompok rentan menjaga daya beli mereka.
Di tingkat individu, masyarakat perlu lebih melek literasi keuangan. Mengelola keuangan pribadi dengan ketat, membuat anggaran bulanan yang realistis, dan menahan diri dari pembelian impulsif adalah langkah dasar yang penting. Selain itu, mencari peluang untuk diversifikasi pendapatan, misalnya melalui usaha kecil atau freelance, bisa menjadi strategi tambahan untuk mempertahankan keseimbangan finansial. Mengamankan sebagian tabungan dalam bentuk investasi mikro seperti emas atau reksa dana pasar uang juga dapat membantu mempertahankan nilai uang di tengah tekanan inflasi.
ADVERTISEMENT
Butuh Sinergi, Bukan Sekadar Angka Inflasi
Mengendalikan inflasi secara angka memang penting, tetapi mempertahankan daya beli masyarakat jauh lebih esensial untuk stabilitas ekonomi jangka panjang. Masyarakat perlu mengadopsi pola konsumsi yang lebih bijak, sementara pemerintah dituntut untuk membuat kebijakan yang benar-benar berpihak pada kesejahteraan rakyat.
Inflasi yang rendah di atas kertas harus disertai dengan rasa aman dan cukup dalam kehidupan sehari-hari. Karena pada akhirnya, bertahan di tengah inflasi bukan hanya tentang mengatur harga, tetapi tentang mempertahankan kesejahteraan bersama.