Konten dari Pengguna

Perang Tarif AS-China Makin Memanas: Peluang atau Petaka Bagi Pelaku Bisnis?

Angellica Beatrice
Saya mahasiswi Universitas Ciputra Surabaya yang sedang menempuh pendidikan S1 jurusan International Business Management
22 April 2025 12:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Angellica Beatrice tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustri dibuat oleh chatgpt.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustri dibuat oleh chatgpt.com
ADVERTISEMENT
Ketegangan ekonomi antara dua kekuatan besar dunia, Amerika Serikat dan China, terus berlanjut. Keduanya terlibat dalam perang tarif yang semakin tajam—namun di balik ancaman resesi global, benarkah hal ini selalu membawa kerugian? Atau justru terdapat celah emas bagi pelaku usaha yang jeli membaca peluang?
ADVERTISEMENT
Terbaru, Presiden AS Donald Trump kembali memanaskan tensi perdagangan global dengan menaikkan tarif impor terhadap produk China hingga 245 persen, naik signifikan dari sebelumnya 145 persen. Kebijakan ini diumumkan secara resmi oleh Gedung Putih pada Rabu, 16 April 2025.
China pun tidak tinggal diam. Meskipun menyatakan tidak menginginkan perang dagang, Beijing menegaskan kesiapan menghadapi segala kemungkinan. Sebagai langkah balasan, China menghentikan ekspor enam jenis logam tanah jarang ke AS—material yang sangat vital bagi industri otomotif, kedirgantaraan, dan semikonduktor.
Eskalasi ini memicu kekhawatiran di pasar global. Harga emas dunia melonjak tajam sebagai respons atas ketidakpastian ekonomi. Di sisi lain, sektor pertanian Amerika Serikat mulai merasakan tekanan serius, dengan para petani menghadapi kerugian akibat menurunnya ekspor ke China.
ADVERTISEMENT
Namun, di tengah ketegangan dua raksasa ekonomi ini, para pelaku bisnis di negara berkembang seperti Indonesia justru melihat peluang. Dari sudut pandang entrepreneur, krisis global sering kali menjadi pemicu lahirnya inovasi dan strategi baru.
Salah satu peluang besar yang bisa dimanfaatkan adalah diversifikasi rantai pasok global. Kenaikan tarif impor dari China membuat banyak perusahaan AS mulai mencari alternatif sumber pasokan dan produksi. Ini membuka kesempatan bagi Indonesia untuk mengambil alih sebagian peran yang sebelumnya dipegang China.
Salah satu strategi yang potensial adalah mengimpor bahan baku setengah jadi dari China, lalu menyelesaikan proses produksinya di Indonesia. Dengan memanfaatkan tenaga kerja lokal dan fasilitas industri dalam negeri, produk akhir tersebut kemudian dapat diekspor ke pasar Amerika Serikat dengan harga yang lebih kompetitif dan tanpa terkena tarif tinggi.
ADVERTISEMENT
Jika Indonesia mampu menawarkan kualitas produk yang baik serta efisiensi dalam proses produksi, maka negara ini dapat menjadi mitra dagang baru yang strategis bagi pasar AS. Hal ini sekaligus mendorong pertumbuhan industri manufaktur dalam negeri dan membuka lapangan kerja baru.
Meski perang tarif membawa dampak luas bagi perekonomian dunia, pelaku usaha Indonesia tetap bisa melihat sisi cerahnya. Dengan strategi yang tepat, krisis ini justru bisa menjadi momentum bagi Indonesia untuk naik kelas dalam peta perdagangan global. Yang dibutuhkan adalah kesiapan, kecepatan beradaptasi, dan kemauan untuk terus berinovasi di tengah tantangan.
Opini ini ditulias oleh Angellica Beatrice, mahasiswi Universitas Ciputra Surabaya.